Surya Paloh, bos pertama Bambang Soesatyo hadir pada peluncuran buku itu. (Foto: Istimewa) |
Terlahir bukan dari keluarga berada, membuat Bambang Soesatyo
(Bamsoet) harus berusaha keras sejak kecil. Bahkan, Bamsoet sempat menggadaikan
barang-barang, seperti jam tangan, sebagai modal usaha menjual kebutuhan pokok.
"Apa yang saya capai hari ini bukan sesuatu hal yang
tiba-tiba datang dari langit. Saya merintis usaha dari bawah. Semasa kuliah,
saya menjual berbagai kebutuhan pokok, seperti sayur, bawang merah dan telor di
Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta. Karena tidak memiliki modal, saya terpaksa
menggadaikan barang-barang yang dimiliki, termasuk jam tangan kesayangan
pemberian almarhum Ayah saya," ujar Bamsoet saat launching buku 'Meniti
Buih di Antara Karang' sekaligus syukuran ulangtahun ke-60 bersama keluarga dan
para sahabat di Jakarta, Minggu (10/9/2022) malam.
Turut hadir antara lain Wakil Presiden RI ke-10 dan ke-12
Jusuf Kalla; Wakil Ketua MPR RI Ahmad Muzani, Lestari Moerdijat, Sjarifuddin
Hasan, Hidayat Nur Wahid, Arsul Sani, dan Fadel Muhammad; Wakil Ketua DPD
Mahyudin dan Sultan Baktiar Najamudin; Wakil Ketua Komisi III DPR RI Ahmad
Sahroni; Ketua MK Anwar Usman, Ketum Nasdem Surya Paloh, Ketum PAN Zulkifli
Hasan, Ketum Hanura Oesman Sapta, Ketum Partai Demokrat Agus Harimurti
Yudhoyono, Ketum Perindo Harry Tanoe, Sekjen PKS Aboe Bakar Alhabsy. Para milenial,
Youtuber, influencer seperti Atta Halilintar dan Aurel, Raffi Ahmad, Deddy
Corbuzier, Ruddy Salim, Rizky Billar, Anang Hermansyah dan Ashanti, Kris
Dayanti, Hotman Paris Hutapea dan lain-lain.
Hadir pula Menteri Luar negeri Retno Marsudi, Menteri Agraria
dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Hadi Tjahjanto,
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno, Menteri
Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, Menteri PUPR
Basoeki Hadimoeljono, KASAD Jenderal TNI Dudung Abdurachman, KASAL Laksamana
Yudo Margono, Danjen Kopassus Mayjen TNI Iwan Setiawan, Dubes Maroko Ouadiâ
Benabdellah, Dubes Kuwait Abdullah Y B SH Alfadhli, Plt. Dubes Libya Zakarya MM
Elmograhbi, serta Duta Besar RRT Lu Kang.
Ketua DPR RI ke-20 sekaligus mantan Ketua Komisi III DPR RI
bidang Hukum, HAM, dan Keamanan ini menuturkan, dirinya usai lulus dari Akademi
Akuntasi Jayabaya dan Fakultas Ekonomi STEI, memulai kariernya sebagai seorang
jurnalis.
Bamsoet bergabung dalam Harian Prioritas yang dipimpin Surya
Paloh. Saat menjadi wartawan, Bamsoet banyak bertemu dengan narasumber yang
menjadi pengusaha. Semisal, Bob Sadino, Aburizal Bakrie, Agung Laksono ataupun
Syarif Cicip Sutardjo.
"Mereka adalah guru-guru saya dalam bidang bisnis. Bang
Surya Paloh adalah Boss yang memberikan gaji pertama dalam kehidupan saya
sebagai wartawan. Ketika Harian Prioritas dibredel, saya kemudian memberanikan
diri memulai usaha media dengan menawarkan proposal kepada Aburizal Bakrie,
Agung Laksono, Adi Putera Tahir, Ava Tjokropranolo dan Fadel Muhammad. Mereka
semua kemudian menyetujuinya," urai Bamsoet.
Bamsoet menerangkan Agung Laksono pula yang mengajak dirinya
bergabung dalam Partai Golkar. Sementara, Fadel Muhammad mengajak bergabung
Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) dan Aburizal Bakrie membawanya masuk
dalam jajaran pengurus KADIN Indonesia dua puluh tahun lalu.
"Setelah bergabung di Partai Golkar, saya memberanikan
diri menjadi Caleg (Calon anggota legislative) Partai Golkar. Namun, perjuangan
menjadi anggota DPR tidak mudah dan memerlukan perjuangan panjang. Butuh empat
kali gagal sebagai Caleg sebelum akhirnya berhasil terpilih sebagai wakil
rakyat," urai Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila dan Wakil Ketua Umum FKPPI
ini memaparkan pertama kali mengikuti Pemilu sebagai calon anggota legislatif
di Pemilu 1992 dengan nomor urut 18, Pemilu 1997 dengan nomor urut 8, Pemilu
1999 dengan nomor urut 4, dan Pemilu 2004 dengan nomor urut 2. Dalam keempat
Pemilu tersebut, belum terpilih menjadi anggota legislatif.
Baru pada Pemilu 2009 Bamsoet terpilih menjadi anggota DPR
dari Dapil VII Jawa Tengah yang meliputi Kabupaten Purbalingga, Banjarnegara, dan
Kebumen.
"Ketika gagal saat mengikuti Pemilu keempat di tahun
2004, harta yang saya miliki ludes terpakai. Apa yang saya kumpulkan selama
berbisnis, habis semua. Bahkan, saya sempat down. Mungkin itulah cara Allah
menunjukkan bahwa saya akan mendapatkan yang lebih besar lagi. Karena setelah
itu, saya bersama Agung Laksono dan beberapa senior Hipmi lainnya mendapatkan
Hak Pengusahaan Hutan (HPH) di Papua dan tambang batubara di Kalimantan
Selatan. Di situlah kemudian, pelan-pelan saya membangun lagi bisnis yang
habis-habisan kemarin karena Pemilu," ucap Bamsoet mengenang.
Ketua Umum Ikatan Motor Indonesia dan Ketua Umum Keluarga
Besar Olahraga Tarung Derajat ini menegaskan profesi atau usaha apapun jika
ditekuni dengan tekun dan serius akan membuahkan hasil yang baik. Kegagalan
jangan membuat patah semangat, tetapi harus menjadi cambuk untuk berusaha lebih
baik lagi.
"Keluarga dan teman adalah anak tangga untuk mencapai
sukses. Untuk itu, nilai-nilai sebuah pertemanan atau persahabatan harus
dijaga. Ketika menjabat sebagai Ketua DPR ataupun menjadi Ketua MPR saat ini,
saya selalu menghindari konflik. Jurus yang selalu saya terapkan adalah
merangkul, bukan memukul. Bagi saya seribu kawan masih terlalu sedikit, satu
musuh sudah terlalu banyak," ujar Bamsoet.
Dalam buku Bamsoet '60 Tahun Meniti Buih Diantara Karang',
banyak tokoh dan sahabat yang menyampaikan kesannya. Di antaranya Presiden Joko
Wododo, Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin, Ketua DPR RI Puan Maharani, Ketua DPD RI
La Nyalla Mattalitti, Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa, Kapolri Jenderal
Pol Listyo Sigit Prabowo, Jaksa Agung Sanitiar Burhanuddin, Kepala BIN Jenderal
Pol (P) Budi Gunawan, Ketua KPK Komjen Pol Firli Bahuri, Gubernur BI Perry
Warjiyo, Ketua Umum Kadin Indonesia Arsjad Rasjid, Ketua Umum FKPPI Pontjo
Sutowo dan Ketua Umum Pancasila Japto Soerjosoemarno.
Jaksa Agung Sanitar Burhanuddin menegaskan selain sebagai
politisi ulung, Bamsoet juga memiliki perhatian yang luar biasa terhadap
perkembangan hukum di Indonesia. Bamsoet juga sangat mengapresiasi atas
reformasi penegakkan hukum pidana yang dilakukan oleh Kejaksaan.
Sebagai sosok legislator yang matang, Bamsoet sangat
memahami arti penegakkan hukum yang berkeadilan dan tidak terpaku pada teks
peraturan perundang-undangan semata, melainkan harus dapat dilihat dalam
konteksnya agar dapat menyentuh rasa keadilan yang ada di masyarakat. (*/rls)
0 Comments