![]() |
Pj Gubernur Banten Al Muktabar menjawab pertanyaan wartawan. (Foto: Istimewa) |
Hal itu dikatakan Penjabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabar
yang secara legalitas berperan sebagai pemegang saham mayoritas pengendali
terakhir di Bank Banten, yang tentunya mempunyai tanggungjawab dan otoritas
yang lebih terhadap upaya penyehatan perseroan.
"Oleh karena itu, saya berharap betul kepada Bapak dan
Ibu Bupati dan Walikota, dengan segala kewenangan yang mereka milik dengan
didasarkan pada keyakinan bahwasannya Bank Banten bisa menjadi bagian dari
instrumen pembangunan di daerahnya masing-masing," ujar Al Muktabar kepada
wartawan di Kota Serang, Rabu (18/5/2022).
Muktabar menjelaskan jika Bank Banten sudah menjadi RKUD
seluruh Kabupaten dan Kota, termasuk juga Pemprov Banten yang saat ini sudah
menggunakan Bank Banten sebagai bank RKUD, potensi pengelolaan keuangannya
cukup besar.
"Ada sekitar Rp 50 triliun dana yang akan dikelola oleh
Bank Banten. Sehingga dari besaran dana yang dikelola itu, bisa menjadikan Bank
Banten sebagai tuan rumah di rumahnya sendiri," ujarnya.
Selain itu, kata Muktabar, akan mendorong pihak swasta dan
seluruh industri yang ada di Provinsi Banten agar mempunyai akun atau rekening
Bank Banten. Rekening itu tentunya digunakan secara maksimal baik sebagai
penyimpanan uang atau dalam bentuk pendanaan lainnya.
"Kalau itu sudah masuk, line money market agenda kerja
keuangan Bank Banten sudah bisa bergerak dengan optimal," ungkapnya.
Tentunya, imbuh Muktabar, hal itu bisa terwujud dengan basis
kondisi Bank Banten telah memenuhi level kesiapan likuiditas sebagaimana yang
sudah dijelaskan dalam berbagai aturan.
"Dengan kata lain, Bank Banten sudah layak digunakan
sebagai bank penyimpan RKUD. Karena walau bagaimanapun, Bank Banten merupakan
BPD kebanggaan kita bersama," tuturnya.
Dijelaskan, secara kesehatan bank, Bank Banten dinyatakan
sehat oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). OJK berharap Kabupaten dan Kota bisa
segera membuka rekening RKUD di Bank Banten.
Sementara itu, Direktur Bisnis Cendria Tj. Tasdik, sekaligus
sebagai Plt. Direktur Utama Bank Banten yang sedang melaksanakan ibadah Umroh
seusai melaksanakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPST) beberapa hari lalu
mengungkapkan rasa optimisnya dalam menyambut tahun 2022 ini.
“Hal itu mengacu pada hasil kinerja tahun 2021 lalu, yakni
Perseroan berhasil melaluinya dengan baik dan menunjukkan ketangguhan segenap
nasabah Bank Banten dalam fase akselerasi pertumbuhan ini," katanya.
Direksi sangat menghargai kepercayaan dan keyakinan para
pemegang saham, khususnya Pemerintah Provinsi Banten dan PT Banten Global
Development, dan pemegang saham publik.
"Serta, kami berterima kasih atas pengawasan, dukungan
dan arahan segenap Dewan Komisaris,” ujarnya.
Meskipun belum mencatat laba, namun pada 2021 perseroan
mencetak kinerja yang lebih baik dibandingkan 2020. Pada 31 Desember 2021, aset
meningkat secara signifikan sebesar 65,7 persen ke angka Rp 8,85 triliun, dari
Rp 5,34 triliun pada 31 Desember 2020.
Hal ini didorong oleh
Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat secara signifikan sebesar 79,8 persen ke
angka Rp 4,64 triliun, dari Rp 2,58 triliun pada 31 Desember 2020.
"Demikian pula, pendapatan operasional selain bunga
naik 45,8 persen secara YoY menjadi Rp 41,85 miliar dari Rp 28,7 miliar,"
ucapnya.
Di sisi biaya, perseroan juga melakukan efisensi operasional
sehingga berhasil menekan beban bunga menjadi Rp241 miliar, turun 27,7 persen
dibandingkan Desember 2020.
Bank Banten menutup tahun 2021 dengan kredit di angka Rp 3,89
triliun dan total ekuitas mencapai Rp 1,89 triliun. Perseroan masih membukukan
rugi bersih periode berjalan sebesar Rp 265,18 miliar.
"Rugi tersebut berhasil ditekan lebih baik 20,88 persen
dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 308,16 miliar," tuturnya.
Hal ini dicapai di antaranya dengan mendongkrak pendapatan
sepanjang tahun 2021, yakni pendapatan bunga bersih tumbuh 90 persen secara
tahunan (YoY) menjadi sebesar Rp 67,02 miliar dari Rpb35,23 miliar. (*/pur)
0 Comments