![]() |
Warga saat melintas di Jembatan Aria Wangsakara. (Foto: Istimewa) |
Meskipun sudah ada jembatan baru yang lebih lebar, Jembatan
Bogeg tetap dipertahankan. Bahkan, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten
memolesnya menjadi lebih cantik yang diperuntukkan pejalan kaki.
Pada bulan Ramadhan ini, jembatan kecil itu menjadi tempat
'ngabuburit' favorit baru masyarakat Kota Serang dan sekitarnya. Tak heran jika
setiap sorenya, jembatan kecil ini selalu ramai dikunjungi masyarakat untuk
menunggu waktu berbuka.
Buah dari pembangunan Jembatan Aria Wangsakara itu kini
sudah dirasakan langsung oleh masyarakat Banten, terutama bagi mereka yang
mobilitas selalu melewati jembatan yang mendapat rekor MURI sebagai jembatan
dengan ornamen etnik terbesar di Indonesia ini.
Amiruddin, salah satu supir elf trayek Serang-Labuan saat
ditemui di lokasi mengatakan, setelah adanya jembatan yang baru ini kemacetan
yang biasa terjadi begitu panjang di Jembatan Bogeg lama sudah tidak terjadi
lagi.
"Biasanya kalau sore kaya begini macetnya lumayan
panjang Pak. Apalagi bulan puasa kaya gini. Tapi sejak jembatan yang baru ini
dioperasikan, Alhamdulillah jadi lancar," ujar Amirudin kepada wartawan,
Rabu (6/4/2022).
Amir menjelaskan kemacetan lalulintas yang sering terjadi
ketika sore dan pagi hari itu. Salah satunya diakibatkan oleh kecilnya Jembatan
Bogeg yang lama, yang hanya mampu dilintasi oleh satu mobil besar seperti bus.
"Makanya sering terjadi macet, soalnya kita bergantian
jalannya. Udah gitu, pas pulang dan berangkat kerja lagi kan," pungkasnya.
Hal yang sama juga dikatakan Soleh, supir kendaraan pickup
yang sering melintas di jalur Jembatan Aria Wangsakara. Soleh yang kerap
membawa hasil pertanian dari Pandeglang ini mengaku bersyukur jalur di Bogeg
ini tidak lagi macet seperti sebelum-sebelumnya.
Biasanya memang titik kemacetan yang parah itu ya di Jembatan
Bogeg ini. Makanya para supir yang membawa hasil pertanian dari Pandeglang,
biasanya istirahat dulu sampai kondisi arus lalu lintas di Bogeg benar-benar
lancar.
"Dari pada kita ikut terjebak macet panjang, yang bikin
boros BBM (bahan bakar minyak), lebih baik kita istirahat dulu. Kan jadinya
uang transport bisa lebih banyak dibawa pulang," ujarnya.
Lain halnya dengan Aldi, warga Kelurahan Kalodran, Kecamatan
Walantaka, Kota Serang. Aldi bersama teman-temannya sejak Ramadhan ini hampir
setiap sore 'ngabuburit' di Jembatan Bogeg yang lama.
Hal itu ia lakukan karena jembatan kecil ini sudah bagus dan
tidak lagi dilintasi oleh kendaraan. "Jadi ya enak buat tempat
ngabuburitnya," katanya.
Diakui Aldi, selain tempatnya yang bagus dan nyaman,
jembatan Bogeg yang lama ini cocok untuk tempat ngabuburit karena akses
jalannya juga besar dan luas. "Sehingga walaupun pulangnya sore, itu ga
macet," ungkapnya.
Untuk diketahui, Jembatan Aria Wangsakara ini membentang di
Jalan Syech Nawawi Al Bantani sepanjang 10,3 kilometer. Di mana jalan ini
merupakan akses di Kota Serang yang menghubungkan berbagai pusat kegiatan dari
terminal, Polda Banten, Kawasan Pusat Pemerintah Provinsi Banten (KP3B), Kantor
Kejati Banten, Sport Center atau Banten Internasional Stadium (BIS), kawasan
pendidikan, Bendungan Sindang Heula dan RSUD Banten. Jalan ini juga merupakan
jalan arteri, menuju Kabupaten Pandeglang dan Lebak.
Kondisi Jembatan Bogeg yang lama dengan lebar hanya 5 meter
kondisinya kurang mendukung terhadap lalu lintas transportasi, bahkan menjadi
salah satu penyebab kemacetan yang parah yang banyak dikeluhkan oleh masyarakat
Banten, khususnya Kota Serang. (*/pur)
0 Comments