Ilustrasi, buku Tokoh Paling Berpengaruh Di Dunia menempatkan Nabi Muhammad SAW adalah orang nomor satu. (Foto: Istimewa) |
PERENCANAAN yang seksama, persiapan yang matang, termasuk
orang-orang yang kompeten, merupakan kunci keberhasilan Nabi Muhammad SAW
(ditemani Abu Bakar RA) hijrah dari Makkah ke Madinah. Peristiwa itu kemudian
menjadi awal tahun Hijriyah, 1 Muharram. Tahun 2021, tahun baru Hijriyah 1443 H
jatuh pada Selasa, 10 Agustus.
Rasulullah SAW memilih Abu Bakar RA untuk menemani
perjalanan yang sulit dan penuh bahaya itu. Abu Bakar as-Siddiq RA adalah
sahabat yang terpercaya. Nabi Muhammad SAW menyiapkan logistik yang cukup, yang
dilakukan oleh Siti Aisyah dan Asma. Sebagai penunjuk jalan dipilih seorang non-muslim,
Abdullah bin Uraiqith.
Beliau juga menyiapkan unta tunggangan yang kuat. Amir bin
Fuhairah bertugas sebagai informan. Mengamati gerak-gerik orang-orang Quraisy,
yang berniat membunuh sang Nabi. Ali bin Abi Thalib disuruh tidur berselimut di
tempat tidur Nabi Muhammad SAW, untuk mengelabui orang-orang kafir yang datang
malam itu ke rumah beliau.
Perjalanan yang sangat berisiko sejauh hampir 500 kilometer
(Km) itu dimulai pada malam hari. Di zaman itu, Juli/September 622 M, belum ada
senter dan lampu jalan. Gelap gulita. Bahkan Rasulullah SAW dan Abu Bakar RA
harus bersembunyi di Gua Tsur yang sempit di punggung bukit, selama tiga hari.
Orang-orang kafir yang mengejar mereka juga sampai di dekat situ.
Abu Bakar RA ketakutan. Rasulullah SAW menenangkannya.
Ditegaskan bahwa Allah Ta'ala bersama dan melindungi mereka. Itulah keyakinan
kuat sang Nabi terhadap pengamanan Sang Khalik. Cermin dari iman yang amat
kokoh. Tak tergoyahkan, sedikit pun.
Barnaby Rogerson dalam Muhammad Biografi Singkat: Kisah
Penderitaan dan Perjuangan yang Indah, menulis untuk mengelabui rombongan
pencari yang mengawasi semua rute yang diketahui dari Makkah ke Madinah, Nabi
dan Abu Bakar mengendarai unta dengan arah berlawanan.
Jum'at, mereka sampai di daerah Bani Salim bin ‘Auf.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan shalat Jum’at di suatu
lembah bersama para sahabatnya yang berjumlah sekitar seratus orang. Itu
merupakan shalat Jum’at pertama yang dilakukan Rasulullah SAW di dalam kota.
Sebelum tiba di Madinah, beliau Shallallahu ‘alaihi wa
sallam berjalan dan singgah di Quba’ di wilayah Bani Amr bin ‘Auf. Di daerah
itu sang Nabi tinggal selama 14 hari dan mendirikan masjid pertama setelah
hijrah, Masjid Quba`.
Penduduk Madinah, tua muda, besar kecil, sangat bergembira
menyambut kedatangan sang Nabi. Mereka sudah berhari-hari menunggunya. Abu
Darda` Radhiyallahu anhu, salah satu yang menyaksikan peristiwa itu
mengisahkan, “Aku tidak pernah melihat penduduk Madinah lebih bergembira dengan
sesuatu sebagaimana kegembiraan mereka dengan kedatangan Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam.” [HR al-Bukhâri].
Tibanya Nabi Muhammad di Yatsrib (sebelum berubah menjadi
Madinah) adalah titik penting bagi sejarah Islam. Sang Rasul kemudian membentuk
kekuatan baru di tanah Arab, yang tidak dipersatukan oleh ikatan darah atau
ikatan apa pun, kecuali persaudaraan atas dasar keimanan kepada Allah yang Maha
Esa.
Seorang sarjana Barat, L Stoddart, menyatakan peristiwa
hijrah seolah mengubah padang pasir Timur Tengah "menjadi mesiu" yang
disulut dari Madinah dan meledakkan Jazirah Arab seluruhnya. Sebab, katanya,
setelah beberapa tahun hijrah ke Madinah, beliau menjadi "tokoh yang
paling sukses" dalam sejarah umat manusia.
Setelah bertahun-tahun beliau di Madinah, berlangsung
pembebasan Makkah (Fathu Makkah) pada tahun 630 M, 10 Ramadhan 8 H. Nabi
Muhammad SAW beserta 10.000 pasukan bergerak dari Madinah dan menaklukkan
Makkah secara keseluruhan tanpa pertumpahan darah sedikit pun. Sekaligus
menghancurkan lebih kurang 360 berhala yang berada di dalam dan sekitar
Ka'bah.
Kini saatnya kita introspeksi (muhasabah): apa saja yang
kita kerjakan selama 1442 H? Banyak baiknya atau buruknya? Apa target yang
ingin kita capai pada 1443 H ? (***)
Penulis adalah pegamat social dan kebangsaan.
0 Comments