Berita Terkini

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Presiden Jokowi Dikritik Beathor Suryadi, Tak Mampu Berantas Mafia Tanah

Beathor Suryadi. 
(Foto: Istimewa)  



NET - Beathor Suryadi mengkritik kinerja dan komitmen Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam pemberantasan sepak terjang para mafia tanah di Indonesia.

Suryadi adalah penasihat nasional Forum Korban Mafia Tanah Indonesia (FKMTI) mengemukakan tersebut sebab semenjak menjadi Presiden RI, Jokowi telah tiga kali berganti Kapolri. Namun hingga saat ini progres pemberantasan mafia tanah belum menunjukkan hasil yang diharapkan oleh masyarakat sebagai korban. Apakah mafia tanah yang dilakuakan oleh perorangan maupun oleh korporasi perusahaan dan pengembang. 

"Jokowi sudah 3 kali punya Kapolri, kenapa satu pun belum berhasil memberantas mafia tanah," ujar Beathor Suryadi, Jumat (24/9/2021). 

Menurut Suryadi, hal itu disebabkan oleh ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh Presiden Jokowi. Hal itu disampaikan Beathor Suryadi kepada TangerangNet.Com melalui pesan WhatsApp.

Suryadi menjelaskan ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh Presiden Jokowi antara lain. Pertama, Jokowi telah "mencampur air dengan minyak" di Istana, sehingga polisi sulit untuk menghadapi Aguan, Summarecon, Bintaro Jaya dan lainnya.

Kedua, Jokowi harus menuntun generasi muda Badan Pertanahan Nasional (BPN) dan Polri untuk tidak takut membongkar kasus para senior di BPN dan Polri pada masa sebelumnya.

Ketiga, Jokowi harus memastikan bahwa kenaikan pangkat, ikut pendidikkan bebas biaya sehingga tidak ada sponsor dari mafia tanah.

Keempat, Jokowi harus paham bahwa di BPN itu ada 2 Jenderal Polisi tapi belum berhasil melawan mafia tanah. Kelima, Jokowi harus fokus konflik tanah dimulai dari ploting, ukur oleh pihak BPN baik untuk Sertipikat Hasil Guna Bangunan (SHGB) maupun Sertipikat Guna Usaha (SHGU).

“Terakhir yaitu keenam. Solusi problem hukum demi keadilan harus dimulai dari keberanian dan ketegasan Presiden Jokowi terhadap para pengusaha kebun dan tambang yang sering ke istana," ungkap Beathor Suryadi. (btl)

Post a Comment

0 Comments