![]() |
Panen buah tomat di Desa Kalimanggis. (Foto: Istimewa) |
NET - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) merampungkan Sekolah Lapang Iklim (SLI) operasional di Desa Kalimanggis, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung, dan Desa Jogoyasan, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Program SLI operasional diadakan BMKG sebagai langkah konkret dalam upaya penguatan ketahanan pangan terhadap cuaca ekstrem, terutama pada masa pandemi ini, Sabtu (7/11/2020).
"SLI Operasional bertujuan untuk membantu petani dalam
menjaga produktivitas pertanian di tengah meningkatnya potensi cuaca ekstrem.
Utamanya, SLI ini adalah untuk pemahaman cuaca dan iklim, sehingga bapak/ibu
(petani) dapat menyusun strategi dan perencanaan tanam. Agar tidak mengalami
gagal panen yang berujung kerugian bagi petani," ujar Kepala Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati.
Untuk mewaspadai fenomena La Nina yang juga berdampak pada
pertanian. “Saya ingin menyampaikan hal penting yakni perihal fenomena La Nina.
Saat ini terjadi anomali berupa perbedaab suhu muka air laut hingga mencapai
lebih dari -1,1 derajat Celcius antara Samudra Pasifik dan perairan di
kepulauan Indonesia, yang dikategorikan sebagai fenomena La Nina level
Moderat,” ucap Dwikorita.
"Akibat dari anomali suhu muka air laut tersebut, maka
terjadi aliran massa udara basah yang lebih kuat dari Samudra Pasifik menuju ke
Kepulauan Indonesia, yang mengakibatkan kenaikan akumulasi curah hujan bulanan
atau musiman di wilayah Indonesia yang diprediksi hingga mencapai 20 persen- 40
persen lebih tinggi dari normalnya, tergantung pada variasi wilayah dan
waktunya," ujarnya.
Dwikorita mengungkapkan untuk wilayah Temanggung ini akan
mengalami peningkatan curah hujan 10-40 persen per bulan atau sekitar 60 mm per
bulan. Oleh karena itu, perlu diwaspadai potensi terjadinya longsor. Kegiatan
SLI Operasional di Provinsi Jawa Tengah kali ini dilaksanakan di lahan tanam
milik petani di Desa Kalimanggis, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung
diikuti oleh petani dari kelompok tani yang ada di empat desa di Kecamatan
Kaloran yaitu Desa Kalimanggis, Getas, Tleter, dan Geblog.
"Meski di tengah pandemi Covid-19, kegiatan ini tetap
berjalan efektif dengan metode pembelajaran berupa pemahaman informasi terkait
cuaca dan iklim secara daring/virtual dan tatap muka/langsung praktek di
lapangan dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Ditengah kondisi
pandemi seperti saat ini, merupakan
tantangan sendiri bagi para peserta dan BMKG dalam menyukseskan kegiatan SLI
dengan budidaya cabai dan tomat yang menerapkan pola tanam dan mempertimbangkan
umur komoditi," ungkap Dwikorita.
Meskipun demikian, kata Dwikoritas, cabai yang ditanam
selama SLI Operasional (tiga bulan dalam satu musim tanam) berhasil tumbuh dan
dipanen dengan kualitas yang baik. Terbukti dari harga jual yang lebih tinggi
karena dipanen di luar bulan panen raya.
Sementara itu, Koordinator kegiatan SLI Provinsi Jawa
Tengah Tuban Wiyoso mengatakan hasil
panen cabai di wilayah Kabupaten Temanggung mengalami peningkatan yang cukup
tinggi yakni kisaran 0,4 - 0,7 kg/pohon, dengan harga cabai mencapai
Rp27.000/kg. Begitu pula dengan panen tomat di wilayah Desa Jogoyasan mengalami
peningkatan rata-rata produksi 4kg/pohon dengan harga Rp4.000/kg.
Sedangkan hasil panen non SLI hanya 2-3 kg/pohon. Cabainya
luar biasa, meskipun di tengah hujan ekstrem, irigasinya tidak terganggu
sehingga produksinya alhamdulillah melimpah 6-7 kilo.
"Kami berterima kasih kepada BMKG atas bimbingan SLI
ini. Para petani di Temanggung sangat terbantu, dan semoga ke depannya dapat
merambah komoditas lain seperti asparagus dan vanili," ucap Tuban. (dade)
0 Comments