Wakil Rektor II UTA '45 Brian Matthew Darsono dan para ahli Fakultas Farmasi. (Foto: Dade Fachri/TangerangNet.Com) |
NET - Dampak masuk virus corona ke Indonesia membuat sejumlah
orang berbondong-bondong membeli masker dan hand sanitizer, sebagai upaya
pencegahan. Hal ini membuat kedua barang itu menjadi langka di pasaran, atau
jika ada, harganya menjadi mahal.
Menyikapi kondisi itu, Fakultas Farmasi Universitas 17
Agustus 1945 (UTA '45) Jakarta mencoba membantu masyarakat dengan memproduksi
hand sanitizer hasil racikan mereka sendiri yang sesuai standar Badan Kesehatan
Dunia (WHO).
"Upaya ini, kita lakukan karena hand sanitizer langka,
sudah sangat sulit ditemukan di pasaran," ujar Wakil Rektor II UTA '45
Jakarta, Brian Matthew Darsono, Rabu (11/3/2020), di Kampus UTA' 45 Jakarta,
Sunter, Jakarta Utara.
Hand sanitizer yang mereka buat dijual dibawah harga pasaran
yakni Rp 7.500 per botol. Mereka hanya menghitung biaya penyediaan botol, belum
bahan baku dan lain sebagainya. Harga yang teramat murah ini dipatok, agar bisa
membantu masyarakat yang membutuhkan cairan tersebut.
"Kita jual dibawah harga pasar, agar bisa membantu
saudara-saudara kita," ujarnya.
Dalam penyediaan hand sanitizer murah ini, UTA '45 bekerja
sama dengan pihak lainnya untuk pengemasan dan bahan baku. Sementara yang
meracik, ialah para ahli dari Fakultas Farmasi UTA' 45.
Pada tahap awal, 2.000 botol dijual Fakultas dan setiap
orang bisa membeli dua botol.
Untuk sementara, penjualan hand sanitizer hanya dilakukan
bagi internal kampus yakni kepada dosen, mahasiswa, dan warga UTA '45 lainnya.
Menurut Dekan Fakultas Farmasi UTA '45 Diana Laila
Ramatillah, penjualan hand sanitizer masih dilakukan di internal lantaran
mereka masih mengurus izin produksi dan izin edar ke Kementerian Kesehatan
(Kemenkes), sesuai ketentuan yang berlaku. Jika izin sudah didapat, mereka akan
memasarkannya ke masyarakat luas.
"Sudah sampai Kemenkes, izin produksi dan izin edar.
Mudah-mudahan tidak sampai satu bulan ini selesai," ungkap Brian .
Menurut Diana, hand sanitizer yang diproduksi sangat efektif
membunuh virus, karena sesuai standar WHO yakni menggunakan alkohol jenis
etanol.
"Hand sanitizer kita sesuai standar WHO karena pakai
formula yang satu, pakai ethanol. Pakai etanol itu lebih efektif membunuh virus
dibanding alkohol propanol. Propanol lebih efektif untuk bakteri, sementara
etanol ini lebih efektif untuk membunuh virus," papar dia.
Sementara itu, Ketua Dewan Pembina Yayasan UTA '45 Jakarta,
Rudyono Darsono, berharap adanya kerja sama yang terjalin baik dengan seluruh
pihak guna mengatasi wabah corona di Indonesia. Tak terkecuali keterlibatan
para akademisi seperti yang dilakukan kampusnya.
"Kami berharap adanya kerja sama yang baik, koordinasi
yang baik, antara pemerintah, pejabat-pejabat pemerintah. Antara pemerintah
dengan legislatif. Antara pemerintah dengan yudikatif," tutur Rudyono.
Karena corona ini, kata Rudyono, bukan masalah pribadi lagi,
tapi masalah bangsa. “Dibutuhkan kesatuan, kebersamaan kita untuk mencegah,
menanggulangi," imbuhnya.
Gotong-royong seluruh rakyat Indonesia dalam menanggulangi
virus yang telah membunuh 4 ribu orang ini, dinilai penting. Mengingat dampak
yang ditimbulkan dari keberadaan virus asal Wuhan, China ini cukup serius.
"Masalah corona ini keselamatan bangsa, karena yang
dihantam corona bukan hanya kesehatan, tapi juga ekonomi, mungkin juga politik,
kalau terus dipolitisir, diributkan, dikaitkan dengan masalah lain. Saya
khawatir dengan kelangsungan bangsa kita," paparnya.
Rudyono pun meminta proses produksi dan proses penyebaran
secara massal barang seperti hand sanitizer maupun masker oleh pihak-pihak yang
berniat membantu, bukan mencari untung, dipermudah pemerintah. Sebab, ada
kondisi darurat di mana diperlukan keterlibatan seluruh elemen masyarakat untuk
menyelesaikannya. (dade)
0 Comments