Berita Terkini

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Asesor SLB Dapat Pembekalan Dari BAN SM Banten

Ketua dan Anggota BAN SM Banten
bersama sebagian asesor seusai pembekalan. 
(Foto: Istimewa) 



NET – Guna memenuhi kebutuhan untuk akreditasi Sekolah Luar Biasa (SLB) pada 2019, Badan Akreditasi Nasional Sekolah dan Madrasah (BAN SM) Provinsi Banten melaksanakan pembekalan
kepada 88 orang asesor.

“Kita laksanakan pembekalan agar visitasi untuk SLB dapat dilaksanakan,” ujar Ketua BAN SM Banten Fitri Hilmiyati di Hotel Ultima Horison Ratu, Kota Serang, Senin (11/11/2019).

Fitri Hiliyati menyebutkan pelaksanaan pembekalan dilakukan terhadap 88 orang itu, lima orang di antaranya memang asesor khusus SLB. Sedangkan selebihnya, adalah asesor dari berbagai bidang baik untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) maupun Sekolah Menengah Atas (SMA).

“Pembekalan ini untuk memudahkan pelaksanaan visitasi terhadap 84 SLB yang tersebar di delapan kabupaten dan kota di Provinsi Banten. Sebab, asesor yang khusus untuk SLB hanya ada lima orang sementara sekolah yang akan divisitasi ada 84 sekolah dan tentu tidak memadai bila tidak melibatkan asesor lain,” ungkap Fitri.

Materi pembekalan diberikan oleh anggota BAN SM seperti Kamalsyah dan H. Ari Hasan Ansori dengan moderator Tatang Suharta yang juga Sekretaris BAN SM Banten.

Tati, salah seorang peserta menceritakan suka duka menjadi asesor SLB. Di SLB tidak bisa disamakan dengan sekolah normal dan tidak bisa diberikan target. Untuk mendidik seorang murid SLB memerlukan waktu yang cukup lama.

“Perlu kesabaran untuk menjadi guru SLB dan harus ada unsur sakarelanya. Guru SLB bekerja seperti melakukan ‘akrobat’ agar anak didik dapat berintekaksi. Bila antara murid dan guru sudah ada interaksi, selanjutnya akan lebih mudah,” ungka Tati.

Dalam praktiknya, kata Tati, guru SLB melaksanakan dua versi  kegiatan yakni suatu sisi harus mengikuti aturan namun dalam kenyataan bertentangan dengan aturan. Misalnya, pelajar SLB tuna rungu tidak boleh dicampur dengan tuna netra.

“Keterbatasan tempat dan guru, terpaksa mereka digabungkan agar semua bisa ditangani,” ucap Tati. (ril)

Post a Comment

0 Comments