![]() |
Wakil Gubernur Banten Andika Hazrumy: diskriminasi terhadap marginal. (Foto: Dokumentasi Tangerangnet.com) |
WAKIL GUBERNUR Banten menyatakan
selain menyelesaikan sarana dan prasarana pendidikan bahwa bersama dengan
Gubernur Banten dirinya juga konsen terhadap tiga isu utama pendidikan di
Indonesia. Masing-masing yakni kualitas
guru, sekolah yang tidak ramah anak, dan diskriminasi terhadap kelompok
marginal.
"Selain sarana dan prasarana, ada tiga isu strategis pendidikan di
Indonesia, termasuk Banten yang menjadi konsentrasi kami (Pemprov Banten),”
ujar Wakil Gubernur (Wagub) Banten Andika Hazrumy di kediamannya belum lama
ini.
Wagub menjelaskan kualitas guru yang rendah disebabkan rasio ketersediaan
guru, khususnya di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T). “Berdasarkan
hasil uji kompetensi guru baru-baru ini menunjukkan nilai di bawah standar. Itu
tidak sebanding dengan anggaran yang dialokasikan untuk gaji guru. Oleh karena
itu, langkah kita akan meningkatkan kualitas guru dengan berbagai pelatihan dan
peningkatan kompetensi,” tandasnya.
Bukan hanya itu, Wagub menyebutkan persoalan
yang juga harus menjadi perhatian di dunia pendidikan, yakni menciptakan
lingkungan sekolah yang ramah anak. Ia berharap tidak ada lagi persoalan
kekerasan di sekolah, baik fisik maupun non fisik. Ia juga menginstruksikan
kabupaten dan kota di Banten juga berperan aktif dalam mengkampanyekan stop kekerasan,
di lingkungan sekolah.
“Baik kekerasan guru terhadap siswa, siswa terhadap guru, sesama siswa wali
murid kepada guru, pelecehan seksual dan tawuran antarsekolah. Mudah-mudahan
kampanye “stop kekerasan” dan kampanye lingkungan ramah anak ada progres hingga
2 sampai 3 tahun ke depan,” harapnya.
Untuk persoalan ketiga, yakni akses pendidikan bagi kelompok marginal. Ia
menegaskan bahwa dirinya bersama dengan Wahidin Halim berkomitmen untuk
memberikan pemerataan pendidikan terhadap masyarakat di wilayah Banten.
“Sehingga tidak lagi ada kasus warga Banten tidak mendapatkan akses
sekolah. Baik kelompok difabel, anak di penjara, anak jalanan, anak keluarga
miskin. dan kelompok marginal lainnya,” terangnya.
Sementara Kepala Dindikbud Provinsi Banten Engkos Kosasih mengatakan
sebanyak 23.796 guru dan guru sekolah berkebutuhan khusus 951 orang guru di
Provinsi Banten akan diberikan tujuh program peningkatan kualitas.
"Untuk meningkatkan kualitas pendidik di Provinsi Banten kita
menyiapkan banyak program pelatihan, Bimtek dan Diklat bagi guru pada tahun
2017 ini, kita punya sekitar 7 program utama," paparnya.
Diklat dan pelatihan tersebut, seperti Diklat peningkatan kinerja kepala
SMK, Bimtek pengembangan keprofesian yang berkelanjutan (PKB) bagi kepala SMK
dan Bimtek kewirausahaan.
Dengan program pelatihan dan Diklat ini diharapkan, Provinsi Banten
memiliki tenaga kependidikan yang profesional dan berkualitas sehingga dunia
pendidikan Banten ke depannya bisa lebih maju dan berdaya saing. (Adv-14)
0 Comments