Sachrudin: melayani kebutuhan masyarakat. (Foto: Man Handoyo, Tangerangnet.com) |
NET - Keberadaan Pedagang Kaki
Lima (PKL) belakangan ini semakin marak di Kota Tangerang. Mereka menggelar
dagangannya di trotoar hingga ke bandan jalan, seperti di Jalan; Soleh Ali,
Kali Pasir, kiasnawi, Kisamaun, Dimyati, TMP Taruna, HOS Cokroaminoto, Lembang
dan beberapa ruas jalan lainnya.
Berdasarkan data yang ada di
Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Tangerang hingga tahun
2016, sedikitnya jumlah PKL yang tercatat dan tersebar di Kota Ahlakul Kharimah
sebanyak 9.000 orang, dengan rincian 5.000 PKL berasal dari Kota Tangerang, dan
4.000 orang dari luar Tangerang.
Guna untuk membersihkan mereka,
tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Namun untuk menguranginya,
Pemerintah Kota Tangerang telah menggulirkan program pembangunan pasar
lingkungan di 104 kelurahan dan 13 kecamatan di wilayahnya.
Hal itu dibenarkan oleh Wakil
Walikota Tangerang Sachrudin bahwa dengan adanya program pasar lingkungan yang tersebar di kelurahan dan kecamatan akan mengurangi jumlah PKL. “Ya. Paling bila PKL itu bisa berdagang di
pasar lingkungan, keberadaan mereka akan berkurang," ungkap Sachrudin,
baru-baru ini.
Program tersebut, lanjutnya,
sudah digulirkan oleh Pemeritah Kota Tangerang sejak 2016 lalu, dengan membangun lima unit pasar lingkungan di
kelurahan Juru Mudi, Kecamatan Benda, Kelurahan Manis Jaya (Jatiuwung), Periuk
Jaya (Periuk), Kunciran Indah (Pinang) dan Kelurahan Larangan Utara di
Kecamatan Larangan.
"Selain membangun lima
pasar, Pemerintah Kota Tangerang juga menyerahkan lima unit mobil sayuran ke
pasar itu agar bisa keliling melayani
kebutuhan masyarakat,'' tutur Sachrudin.
Mengingat program pasar lingkungan
merupakan salah satu program untuk
mendekatkan pelayanan kepada masyarakat.
Pada 2017 ini, tambahnya, Pemerintah Kota
Tangerang akan kembali membangun 15 pasar lingkungan. Dan pembangunan itu
ditangani oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag). Mengomentari
hal itu, Kepala Bidang (Kabid) Perdagangan di Disperindag Kota Tangerang
Junizar membenarkan. Di antara ke-15
pasar lingkungan itu adalah pasar di Kelurahan Belendung, Kecamatan Benda, (Benda),
Pondok Bahar (Karang Tengah), Karawaci Baru (Karawaci), Cibodas Baru (Cibodas),
Cibodasari (Cibodas), dan Nusa Jaya di Kecamatan Cibodas.
"Insyaa Allah bila lahannya
sudah tersedia, ke-15 pasar itu akan bisa diselesaikan pada tahun 2017 ini.
Mengingat dana pembangunannya Rp 8 miliar dari APBD 2017, sudah tersedia,” ujarnya.
Adapun luas masing-masing bangunan pasar lingkungan di kelurahan sekitar 100
meter persegi. Dengan jumlah pedangang paling banyak 16 orang. Sedangkan untuk
Pasar Kecamatan yang saat ini baru akan dibangun, seperti di Kecamatan
Cipondoh, luasnya mencapai 2.500-3.000 meter persegi. '"Untuk pembangunan
fisiknya adalah tanggung jawab Disperindag, sedangkan lahannya adalah bagian
aset dan teknis oengoprasian pasarnya diserahkan ke PD (Perusahaan Daerah-red)
Pasar," kata dia.
Teguh Suprianto, kepala Bidang
(Kabid) Aset di Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Kota
Tangerang, Banten mengatakan masalah aset untuk pembangunan pasar lingkungan
sudah tersedia, sehingga dipastikan pada tahun 2017, pembangunan 15 pasar
lingkungan tersebut sudah bisa direalisasikan.
"Dari 15 lahan yang ada, 8
di antaranya tinggal koordinasi dengan Dinas Perumahan dan Pemukiman (Perkim)
Kota Tangerang. Mengingat lahan itu adalah fasos-fasum warga di perumahan.
Sedangkan warganya, sudah menyetujui,”
ucap Teguh.
Sementara itu, Direktur PD Pasar
Kota Tangerang Titien Mulyati mengatakan pasar lingkungan yang berbentuk
hanggar nantinya akan disediakan meja lipat bagi para pedagang, sehingga bila
mereka usai berdagang dapat disimpan di gudang yang tersedia. "Kami
siapkan meja lipat bagi pedagang, karena Pemerintah Kota Tangerang berharap
pasar itu bisa multifungsi, seperti dapat digunakan untuk pertemuan warga atau
pusat-pusat kuliner di malam hari," imbuh Titien.
Sedangkan mengenai pengelolaanya,
kata Titien, PD Pasar hanya akan menarik retribusi kepada para pedangan Rp 6000
perhari. "Retribusi itu, kami tarik untuk biaya kebersihan, keamanan dan
lain-lain," tutur Titien. (man)
0 Comments