![]() |
Nurlaela: bukan PNS. (Foto: Istimewa) |
NET – Hanya dalam hitungan jari orang
yang memilih hidup untuk mengabdi untuk kesehatan masyarakat. Pengabdian yang
dilakukan selama 24 jam tanpa lelah dan mengeluh. Dialah Nurlaela, warga Desa
Tamansari, Kecamatan Pulomerak, Kota Cilegon, Banten.
Perempuan berkerudung tersebut punya banyak tugas dalam pengabdian dirinya. Setiap
hari pun dia selalu siap di Puskesmas Pulomerak, meski bukan pegawai negeri
sipil (PNS). “Setiap hari harus memberikan manfaat untuk masyarakat. Jadi
ngantor saja di Puskesmas seperti PNS,”
ungkap Nurlaela, mengawali perbincangan dengan wartawan, Selasa
(13/12/2016).
Setiap hari pula, Nurlaela membantu
masyarakat tidak mampu untuk mendapatkan pelayanan masyarakat dengan baik.
Termasuk mengurus persyaratan jika hendak dirujuk Puskesmas ke rumah sakit.
“Bahkan hingga mengantar pasien tidak mampu secara ekonomi ke rumah sakit, meski
hingga ke Jakarta,” ujarnya.
Pelayanan selama 24 jam kepada masyarakat membuat Nurlaela harus rela
meninggalkan keluarganya berhari-hari di rumah. Bahkan bukan hanya untuk warga
kurang mampu di Kecamatan Pulomerak, juga hingga warga di Kecamatan Puloampel,
Kabupaten Serang. “Saat warga membutuhkan pertolongan, tengah malam pun saya
bangun. Saya sudah jalani ini selama
sepuluh tahun,” tutur Nurlaela.
Nurlaela juga konsentrasi terhadap ODHA (orang dengan HIV AIDS). Ia
ditunjuk sebagai Ketua Warga Peduli AIDS (WPA) di Kecamatan Pulomerak. Hingga Nurlaela dan suami
membentuk posko di samping rumahnya. “Banyak yang harus diberikan penyadaran
perihal bahaya HIV AIDS. Bahkan di Pulomerak ada lima ODHA. Jumlah penderita
ODHA di Kecamatan Pulomerak ini peringkat kedua setelah Kecamatan Ciwandan,”
ujarnya.
Bukan hanya itu, ternyata ibu empat anak ini punya juga peduli terhadap
orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Ia mendampingi sekira 30 ODGJ di Kecamatan
Pulomerak. Nurlaela merupakan Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat (TPKJM).
Akibat bergelut di dunia kesehatan, ia banyak memiliki pengetahuan tentang
kesehatan. “Saya disebut dokter tanpa sertifkat,” ujarnya tertawa kecil.
Profesi lain? Nurlaela juga merupakan pekerja sosial masyarakat (PSM),
pengurus Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3), kader JKN-KIS, dan
kader Badan Narkotika Nasional (BNN). “Semua dijalanin dengan ikhlas. Senang
bisa bermanfaat bagi masyarakat,” ujarnya.
Dengan banyak profesi yang mengarah kepada pengabdian masyarakat, Nurlaela
masih merasa belum banyak bermanfaat bagi masyarakat. “Saya masih melihat,
kerja saya untuk masyarakat kurang bagus. Tetapi berpatokan tetap bekerja
dengan ikhlas, walau saya sadari ada pro dan kontra di masyarakat,” ujarnya.
Kamsari sang suami, cukup mengerti aktivitas istrinya, Nurlaela. Ia pun
menitipkan pesan kepada Nurlaela agar tidak meminta imbalan terhadap setiap
pengabdian kepada masyarakat. Meski berat, ia pun harus ikhlas ditinggalkan
Nurlaela ketika ada tugas ke luar kota, baik untuk melayani masyarakat maupun
pelatihan yang digelar Pemerintah. “Saya cukup terharu ketika ada masyarakat
yang pernah dibantu, kemudian mengantarkan pisang ke rumah. Bagi kami, bukan
imbalan yang diharapkan, tapi ibadah dan bermanfaat bagi masyarakat,” ucap
Kamsari. (*/ril)
0 Comments