I Ketut Wardana saat menyampaikan paparannya. (Foto: Dade, TangerangNET.Com) |
NET – "Meningkat
peran dan komitmen PHDI dan stake holder dalam meningkatkan Perilaku Sehat
Masyarakat, sebagai upaya memberikan kontribusi percepatan terbentuknya
masyarakat sehat yang mandiri dengan tujuan khusus," ujar Komisaris Besar Polisi Purnawirawan (Kombes Pol Purn), I Ketut Wiardana, Sabtu
(5/11/2016), saat acara Lokakarya Gerakan Masyarakat Hidup Sehat, di Hotel
Sultan Senayan, Jakarta.
Kegiatan
Lokakarya Germas, kata Ketut, adalah rangkaian kegiatan kerjasama antara Kementerian
Kesehatan RI dengan PHDI yang tertuang dalam bentuk MOU I yang berlangsung
sejak 2011-2014 tahun dalam Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat khususnya Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Pura
dan Rumah Tangga di Desa binaan yang meliputi enam Provinsi, yakni DKI Jakarta,
Bali, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, dan Sulawesi Tenggara.
Kementerian
Kesehatan dan PHDI, kata Ketut, pada 2015 menandatangani MOU II dengan kegiatan pada tahun
2016 meliputi Lokakarya Germas di dua provinsi
yaitu Provinsi Bali dan DKI Jakarta dan penyebarluasan informasi kesehatan dan
keberhasilan kegiatan melalui media cetak dan elektronik baik lokal maupun
nasional.
Perilaku merupakan
faktor utama yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat namun banyaknya
masalah kesehatan yang terjadi di Indonesia, akar permasalahannya adalah
ketidakmampuan masyarakat untuk ber-Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
tatanan di rumah tangga, tatanan Tempat Kerja serta tatanan di Institusi
Kesehatan, tatanan Tempat Kerja serta tatanan di Tempat-tempat Umum (TTU).
"Oleh karena
itu, PHBS merupakan salah satu komponen desa dan kelurahan Siaga Aktif adalah desa
yang penduduknya dapat mengakses dengan mudah pelayanan kesehatan dasar,
terbina dan berkembangnya Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) dan
masyarakatnya ber PHBS. Parisada adalah Majelis Tertinggi Umat Hindu Indonesia,
bersifat keagamaan dan independen, namun Parisada bertujuan untuk mewujudkan
masyarakat Hindu dengan keyakinan, komitmen dan kesetiaan yang tinggi terhadap ajaran agama Hindu menuju
kesejahteraan lahir dan bathin," ujarnya.
Menurut Ketut, cita-cita
kehidupan setiap manusia adalah Moksartham Jagadhita Ya Ca Iti Dharmah, yang
artinya kebahagian lahir bathin di dunia dan akhirat berlandaskan dharma.
Kebahagiaan lahir adalah terpenuhinya kebutuhan akan artha dan kama dan
kebahagiaan bathin adalah kedamaian, sesuai dengan siklus 'rwa bhineda'
perbuatan manusia dapat ditinjau dari dua sisi/dimensi yang berbeda, yaitu
antara perbuatan yang baik (subha karma) dan perbuatan yang tidak baik/buruk
(asubha karma).
Sementara itu, kata Ketut, perputaran/siklus subha dan asubha karma ini selalu saling bertautan dan silih
berganti satu sama lainnya dan tidak dapat dipisahkan. "Sikap dan perilaku
manusia selama hidupnya berada pada dua jalur yang berbeda itu, sehingga patut
dengan kesadaran budhi nuraninya (manusia) harus dapat menggunakan kemampuan
berpikirnya kearah yang lebih baik dan benar," ungkap Wiardana.
Apabila manusia
sebagai makhluk berpikir (punya manah) mau dan mampu, mengarahkan pikirannya ke
arah yang baik akan mengakibatkan ucapan dan perilakunya menjadi baik (subha
karma). Dalam sarasamuscaya disebutkan bahwa hakekat penjelmaan sebagai manusia
adalah untuk meningkatkan/menyempurnakan diri dari perbuatan buruk (asuba
karma) menjadi perbuatan baik (subha karma), kata I Ketut Wiardana. (dade)
0 Comments