![]() |
Memed Chumaedi: komunikasi politik. (Foto: Istimewa) |
Pendapat tersebut
disampaikan oleh pengamat politik Memd
Chumaedi kepada TangerangNET.Com, Rabu (17/8/2016) terkait belumjuga Rano Karno
menentukan pilihan siapa yang menjadi wakil gubernur pada Pemilihan Kepala
Daerah (Pilkada) Banten 2017. “Saya menilai nasib Rano Karno kini di ujung
tanduk karena waktu terus berjalan dan waktu pendaftaran calon semakin dekat,” tutur Memed Chumaedi yang juga dosen pada Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik (FISIP), Universitas Muhammadiyah Tangerang (UMT).
Partai politik
yang hingga kini belum menentukan pilihan adalah Partai Gerakan Indonesia Raya
(Gerindra), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Amanart Nasional (PAN),
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan Partai Nasional Demokrat. “Saya melihat
dari partai politik tersebut, ada upaya untuk mengusung calon gubernur dan
wakil gubernur sendiri. Paling tidak itu ada dari unsur pengurus di PAN,”
ungkap Memed.
Bila saja itu
terjadi, kata Memed, semua partai politik yang belum menentukan pilihan
tersebut semakin mengkristal mengusung calon sendiri, bisa jadi Partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan (PDIP) akan
kehilangan kesempatan untuk mengusung kadernya. Hal ini menjadi dilema bagi
Rano Karno yang hingga kini belum jelas siapa pendampinginya.
“Rano semakin
sulit bila mengambil pendampingi dari kalangan birokrat. Kita semua kan tau,
kalau birokrat itu tidak punya partai politik. Ada gelagat Rano Karno akan
mengambil Pak Asmuji HW atau Ranta Suharta yang kini menjadi Sekretaris Daerah
Provinsi Banten, tentu membuat partai politik semakin menjauh,” ujar Memed.
Menurut Memed,
bila Rano Karno mengambil kalangan birokrat ada kerugian yang mahal harus
dibayar. PDIP kursinya di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Banten adalah
15 kursi. Tentu perlu partai poilitik
lain harus digandeng. Misalnya, bila ada
salah satu partai politik itu yang tetap setia bergabung ke PDIP, biaya menjadi
tinggi.
“Memang dalam
aturan tidak ada jual beli kursi. Faktanya biaya yang dikeluarkan untuk seseorang
mencalonkan diri menjadi kepala daerah, habis miliaran rupiah. Terus, bisa saja
partai politik tersebut mengaku biaya untuk sosialisasi selama ini sudah habis
sekian miliar rupiah. Ini kan sah-sah saja dan tidak ada larangan,” ucap Memed
meyakinkan.
Ketika ditanya
kenapa hal itu bisa terjadi? Memed menjelaskan komunikasi politik Rano Karno
kurang bagus dan boleh dibilang jelek. Kebijakan politik PDIP sentralistik
yakni tergantung kepada Megawati Soekarno Putri, Ketua Umum PDIP. Termasuk
pimpinan dan poltikus PDIP di Banten belum dapat menata komunikasi dengan
partai politik lain.
“Di dalam konteks
Pilkada, Rano Karno yang sudah diberi kesempatan untuk menentukan siapa
pendampingnya, tidak mampu memfinalisasi. Inilah persoalan yang dihadapi Rano
sekarang ini kenapa belum juga ada pendampinginya,” ucap Memed menguraikan.
Sementara itu,
pasangan Wahidin Halim dan Andika Hazrumy yang diusung partai Golkar, Demokrat,
Hanura, dan PKS terus menjalin komunikasi politik dengan partai politik lain. “Komunikasi
politik itu penting agar mendapat dukungan sebanyak-banyaknya,” tutur Memed.
(ril)
0 Comments