Berita Terkini

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

RSIA Mutiara Bunda Tangerang Diduga Gunakan Vaksin Palsu

RSIA Mutiara Bunda: sudah ditarik BPOM.
(Foto: Istimewa)  
NET – Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Provinsi Banten memberikan catatan kepada Dinas Kesehatan Kota Tangerang soal rumah sakit yang diduga belanja vaksin palsu. Beberapa rumah sakit tersebut adalah, Rumah Sakit Ibu dan Anask (RSIA) Mutiara Bunda, Rumah Sakit Bhakti Asih, Rumah Sakit Pratiwi, Klinik Bersalin Melati, dan Klinik Diana.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang Roostiwi mengakui pihaknya sudah mendapatkan  laporan dari BPOM Provinsi Banten ada lima rumah sakit yang diduga membeli vaksin dari distributor tidak resmi. Karenanya, kata Roostiwi, pihaknya langsung melakukan tindak lanjut terkait laporan tersebut dengan cara mengecek kebenarannya.

"Tim kami sudah turun langsung ke bawah. Namun dari lima rumah sakit yang  diduga menggunakan vaksin palsu tersebut hanya RSIA Mutiara Bunda terindikasi," ujar  Roostiwi.

Sementara itu pihak Rumah Sakit Ibu dan Anak Mutiara Bunda di Jalan H. Mencong, Kecamatan Ciledug, Kota Tangerang, Banten yang diduga menggunakan vaksin palsu jenis DPT (Difteri, Pertusis dan Tetanus),Toniman, tidak menampik hal tersebut. Namun demikian ia mengaku pihak rumah sakit belum sempat menggunakan vaksin itu  karena sudah ditarik terlebih dahulu oleh BPOM.

“Kita hanya kedapatan vaksin yang diduga palsu, tapi belum dipakai, BPOM sudah datang mengambil vaksin itu untuk diuji. Vaksin itu ada di kita sejak tiga bulan yang lalu,” tutur Toniman, Dokter Spesialis Anak RSIA Mutiara Bunda.

Lebih jauh  Toniman mengatakan vaksin tersebut dibeli dari sales langganannya, karena stok vaksin DPT yang tidak menyebabkan panas pada anak dari pabrikan sedang kosong sejak awal 2016. Kemudian orang tersebut datang ke rumah sakit menawarkan vaksin pada 23 April lalu.

"Kiita sering pesan dari dia sejak tahun 2014, tapi biasanya kita pesan vaksin dari Biofarma. Tapi untuk yang DPT dari awal tahun ini kosong, tidak tau mungkin barangnya dari luar negeri  tidak produksi. Akhirnya ditawarin vaksin dari dia, harganya lebih murah. Kita beli 130 ampuls, satu ampul seharga Rp200 ribu,” katanya.

Dan mengenai vaksin itu, Toniman mengaku tidak yakin apakah palsu atau tidak. " Hingga kini, kami belum yakin apakah vaksin itu palsu atau tidak," ungkap dia.

Untuk itu, katanya, pihaknya masih menunggu langkah selanjutnya dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang akan melakukan vaksin ulang. (man)

Post a Comment

0 Comments