Kongres Teknologi Nasional: perlu skenario jamin pasokan. (Foto: Dade, TangerangNET.Com) |
NET - Dalam
penyediaan energi primer, batubara tetap dominan, namun skenario optimistik
cadangan batubara hanya sanggup sampai dengan tahun 2038. Perlu skenario untuk
menjamin pasokan batubara jangka panjang di dalam negeri melakukan pembatasan volume produksi batubara
untuk ekspor.
Kepala Badan Pengkajian
dan Penerapan (BPPT) Unggul Priyanto
mengatakan penguasaan teknologi eksploitasi minyak dan gas bumi,
khususnya untuk ladang marginal dan intensifikasi proses eksploitasi cadangan
minyak melalui teknologi enhanced oil and gas recovery dan eksplorasi minyak
lepas pantai.
"Kontribusi
energi baru dan terbarukan (EBT) sebesar 23 persen pada tahun 2025 sulit
dicapai, sehingga perlu memaksimalkan penggunaan EBT yang potensial khususnya
nuklir, biomasa, biofuel, panas bumi, dan hidro," ujar Unggul Priyanto,
Rabu (27/7/2016), saat penutupan hasil rumusan Kongres Teknologi Nasional (KTN)
2016 bidang penyediaan energi primer, Auditorium BPPT, Gedung II BPPT, Jalan MH Thamrin No.8 Jakarta.
Sektor listrik,
kata Unggul, antara lain untuk memenuhi
kebutuhan listrik skala besar, PLTN harus beroperasi sebelum tahun 2030, dan
keputusan pembangunannya harus ditetapkan sebelum 2020. Oleh karenanya, Road
map khusus PLTN termasuk penyiapan bahan bakar PLTN direkomendasikan untuk
segera dibuat. Dalam penyediaan listrik nasional, PLTU Batubara masih menjadi
andalan, dalam pelaksanaannya diwajibkan memakai teknologi yang efisien dan
ramah lingkungan.
Unggul
menjelaskan untuk sektor transportasi,
mendorong pemanfaatan transportasi publik berbasis listrik (kereta listrik),
mengawal implementasi kebijakan mandatori pemanfaatan BBN (biodiesel dan
bioetanol) agar BBN tetap menjadi bahan bakar substitusi BBM.
"Namun,
sektor rumah tangga, mendorong perluasan pemanfaatan listrik di sektor rumah
tangga, dan perluasan pemanfaatan BBG untuk penyediaan bahan bakar rumah tangga
melalui pembangunan infrastruktur jaringan gas kota, dan membangun fasilitas
untuk penyediaan BBG," ujarnya.
Oleh karena itu, imbuh
Unggul, solusi teknologi, antara lain BBG untuk bahan bakar nelayan dan rumah
tangga melalui pembangunan, yakni infrastruktur jaringan gas kota, dan
penyediaan BBG dari berbagai sumber. Sedangkan rekomendasi riset energi antara
lain disampaikan, pengembangan teknologi fuel cell dan bahan bakar hidrogen,
teknologi mobil listrik dan infrastruktur kelistrikannya, teknologi energy
storage untuk aplikasi kelistrikan dan mobil listrik teknologi smart grid.
“Termasuk
teknologi bahan bakar untuk PLTN (uranium, thorium), teknologi material energi
berbasis silikon (sel surya), teknologi produksi BBN dari limbah biomassa, dan
teknologi produksi DME untuk substitusi LPG," ungkap Unggul. (dade)
0 Comments