Usai penandatangan kerjasama PT SHS dan Balitbangtan: dirasakan masih lambat. (Foto: Dade, TangerangNET.Com) |
NET - "Inovasi
pertannian varietas unggul baru pada Inpari 30 Ciherang Sub-1, Inpari 32 HDB (hawar
penyakit bakteri-red) dan Inpari 33 yang memiliki potensi produksi tinggi. Jika
ditanam dengan teknologi budidaya Jajar Legowo Super mampu memberikan hasil
12-14 ton GKP (gabah kering panen-red) per hektar per musim seperti yang telah
dibuktikan di dem-area sawah irigasi Badan Litbang Pertanian sekitar 50 hektar di Kabupaten Indramayu," ujar Muhammad
Syakir, Senin (25/4/2016).
Kepala Badan Litbang
Pertanian Syakir menjelaskan teknologi
budidaya padi Jajar Legowo Super merupakan implementasi terpadu teknologi
budidaya padi inovasi Balitbangtan berbasis cara tanam jajar legowo dengan
penggunaan biodekomposer, pupuk hayati, serta pestisida nabati.
Bilamana teknologi
Jajar Legowo Super ini, kata Syakir, dilaksanakan oleh petani terhadap 20 persen dari luas lahan sawah irigasi yang ada di
Indonesia yakni sekitar 4,8 juta hektar (BPS, 2013) yaitu 960.000 hektar dan rata-rata produksi 10 ton GKG (gabah
kering giling-red) per hektar, berarti ada peningkatan 4 ton per hektar
permusim tanam.
Menurut Syakir, jika
dibandingkan dengan cara tanam jajar legowo bisa di sawah irigasi, maka
produksi nasional akan bertambah sekitar 3,84 juta ton GKG per musim tanam atau
bertambah sekitar 7,68 juta ton GKG pertahun. Dua kali musim tanam setara
dengan 4,76 juta ton beras (rendemen 62 persen).
Syakir menjelaskan
suatu peningkatan produksi padi yang dapat menunjang kedaulatan pangan
nasional. "Percepatan adopsi teknologi ini termasuk dilakukan melalui kerjasama
Balitbangtan dengan PT Sang Hyang Sri (HHS-Persero) dan PT Pertanian (Persero)
yang memiliki jaringan yang luas sehingga mempercepat penyediaan varietas
unggul baru padi Inpari 30 Ciherang Sub-1, Inpari 32 HDB dan Inpari 32,"
ungkapnya.
Sementara itu, Direktur
Utama (Dirut) PT SHS (Persero) Syamsul Bahri menjelaskan kerjasama tersebut
termasuk mempercepat adopsi teknologi Biodekomposer, Pupuk hayati serta pestida
nabati untuk menunjang teknologi budi daya padi jarwo super. Hingga Januari
2016 kerjasa sama Badan Litbang Pertanian dengan para lisensor swasta telah menggaet 57 lisensor mencakup 108 teknologi
dengan teknologi yang dilisensi berupa varietas, pupuk dan pestisida, alsintam,
dan produk olahan dan hasilnya berupa royalti bagi peneliti dan lembaga yang
mendanainya.
Sedangkan untuk
beberapa inovasi yang sifatnya public domain, langsung disebarkan kepada
masyarakat seperti halnya varietas pajele. "Penyebarluasan varietas
tersebut melibatkan perusahan sawasta sehingga produknya dapat diperoleh secara
mudah di masyarakat," ucap Syamsul.
Saat ini terkait
massalisasi benih untuk penyediaan kebutuhan nasional, Balitbangtan juga
melakukan pembinaan penangkar benih di 18 provinsi untuk padi, 8 provinsi untuk
jagung dan 11 provinsi untuk kedelai. Namun, memanfaatkan benih sumber hasil
penelitian Balitbangtan. "Untk bawang, cabe, dan komoditas lainnya juga
sedang dirintis di sentra-sentra produksi komoditas tersebut," ujar
Syamsul. (dade)
0 Comments