Berita Terkini

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Menristekdikti: Ikan di Teluk Buyat Aman Dikonsumsi Masyarakat

Menristrekdikti M. Nasir dan tim Panel Ilmial Independen,  
(Foto: Dade, TangerangNET.Com)   
NET – "Dalam hal kandungan arsen dan merkuri, ikan yang ditangkap di Teluk Buyat aman untuk dimakan. Beragam spesies ikan yang dikonsumsi oleh masyarakat Buyat Pante, serupa dengan yang dijual di pasar tradisional Minahasa, kecuali jenis cakalang," ungkap Nasir.

Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir, Rabu (3/2/2016) mengatakan hal itu di Double Tree Hotel,  Jalan Pegangsaan Timur No. 17, Cikini, Jakarta Pusat.

Nasir menjelaskan tidak terdeteksi adanya bahan-bahan penyusun sedimen tailing yang tersuspensi ke kolom air laut Teluk Buyat, Semenanjung Minahasa, Sulawesi Utara. Kualitas air laut Teluk Buyat, dalam hal kandungan logam berat dan total padatan tersuspensi, terbukti memenuhi baku mutu air laut Indonesia untuk biota laut dan wisata bahari.

Dengan demikian, kata Nasir, tidak terdapat dampak lingkungan yang merugikan dari tailing terhadap kualitas air laut antara tahun 2007 dan 2015. "Namun, kualitas air laut Teluj Buyat diprediksi tidak akan berubah ke arah yang tidak diinginkan di masa mendatang," kata Nasir.

Panel  Ilmiah Independen (PII) mendapat amanah melaksanakan pemantauan lingkungan Teluk Buyat (2007-2015) sebagaimana yang tertuang dalam perjanjian niat baik yang merupakan suatu bentuk kesepakatan antara Pemerintah Republik Indonesia dan PT Newmont Minahasa Raya (NMRI) pada 16 Februari 2006.

Menteri  Nasir mengatakan untuk itu, PII yang beranggotakan enam orang pakar, masing-masing tiga orang pihak Pemerintah dan NMR, dan berada di bawah koordinasi Menristekdikti bekerja berdasarkan pendoman prinsip.

"Namun, kegiatan pemantauan dimaksud bertujuan untuk mengindentifikasi ada tidaknya dampak penempatan tailing bawah laut (Submarine Tailing Placement, STP) oleh NMR selama delapan tahun (1996-2004) terhadap kualitas lingkungan laut dan kesehatan masyarakat," ujar Nasir.

Sementara itu, katanya, untuk menjamin terpenuhinya standard mutu data, setiap tahun PII mengembangkan metodologi pemantauan lingkungan, termasuk jaminan mutu/kendali mutu yang memenuhi standar nasional dan internasional. Tim pelaksana survei yang kompeten untuk setiap komponen, diseleksi melalui proses lelang atau tender sesuai ketentuan yang berlaku.

Nasir menjelaskan komponen lingkungan yang dikaji dikelompokkan menjadi bidang-bidang kajian  sebagai berikut; Toksikologi dan Kesehatan Masyrakat (Komsumsi Ikan dan Makanan Laut lainya, Survei Ketersediaan Ikan dan Makanan Laut lainnya, Arsen dan Merkuri dalam Ikan, Kajian Resiko kesehatan manusia terkait Asupan Arsen dan Merkuri).

"Geokimia lingkungan (Kualitas Air Laut dan Kualitas Sedimen), Ekologi Laut (Makrobentos dan Terumbu Karang), dan Oseanografi (Stratigrafi, Arus Laut dan Batimetri)," ujar Nasir.

Oleh karena itu, komsumsi ikan dan makanan laut lainnya oleh masyarakat di Buyat Pante, desa Buyar dan Ratatotok adalah sekitar tiga kali lebih tinggi dari rata-rata komsumsi ikan per kapita Indonesia, sebagaimana dilaporkan oleh FAO dan ASEAN (15-20 keg/tahun). Namun, kadar Arsen dan Merkuri dalam jaringan ikan serupa dengan yang dilaporkan dalam berbagai kajian diet total nasional dan berada jauh di bawah nilai baku makanan FAO/WHO dan WTO. (dade)

Post a Comment

0 Comments