![]() |
Kepala BMKG Andi Eka Sakya: GMT 350 tahun sekali. (Foto: Dade, TangerangNET.Com) |
NET - Gerhana Matahari
Total (GMT) yang diperkirakan akan terjadi pada 9 Maret mendatang, ini akan
melintasi 11 wilayah provinsi di Indonesia. Wilayah tersebut meliputi Bengkulu, Sumatera Selatan, Jambi, Bangka
Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan
Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, dan Maluku.
Kepala Badan Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika (BMKG) DR Andi
Eka Sakya M. Eng mengatakan untuk daerah Sumatera diperkirakan yang dilewati
GMT antara lain Muko-Muko (Bengkulu), Palembang, Tanjung Pandan, dan di
Kalimantan meliputi Palangkaraya, Balikpapan, serta di Sulawesi yakni Palu, dan Ternate.
"Fenomena GMT
yakni matahari dan bulan terletak satu garis sehingga terjadi fenomena.
Sebagian bayangan bulan ini menyentuh bumi. Ini sangat menarik bagi mereka yang
tertarik dengan fenomena ini," ujar Andi Eka Sakya kepada wartawan, Kamis
(11/2/2016), di Gedung Serba Guna BMKG, kantor pusat BMKG Jalan Angkasa I,
Kemayoran, Jakarta Pusat.
Sementara itu, fisual
ini sangat menarik karena ada cincinnya dan ada gravitasi yang sangat pengaruh.
Termasuk juga magnet bumi. Proses terjadinya GMT ini, BMKG juga mengadakan
pengamatan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi gangguan medan magnet bumi
dan gravitasi efek dari GMT serta rekaman peristiwa GMT.
Selain itu, kata Andi
Eka, pengamatan tersebut bertujuan untuk
mengetahui perubahan terhadap variasi medan magnet bumi dan perubahan anomali
gravitasi serta efeknya yang diukur dari tempat-tempat tertentu di permukaan
bumi.
Andi menjelaskan dalam
kontek ini, dilakukan di setiap stasiun
dan kawan-kawan dari geofisika akan mengamati di berbagai tempat yakni daerah
yang dilewati. "Gerhana matahari tersebut untuk wilayah Bengkulu,
Palembang, Tanjungpandan bisa melihat secara jelas GMT," ujarnya.
Oleh karena itu, kata
Eka, BMKG juga memberikan pengertian tentang bahaya atau tidaknya melihat GMT
ini. Jika pada saat fase gerhana matahari total terjadi, maka melihat tidak
berbahaya, tetapi akan menjadi sangat berbahaya jika melihat langsung pada saat
terjadi gerhana sebagian, dengan durasi yang lama, diharapkan untuk
menghindarinya karena bisa mengakibatkan kebutaan.
Namun, imbuh Eka, dalam
melihat GMT diharapkan untuk memakai kacamata yang telah dilengkapi oleh filter
khusus untuk melihat matahari. Sedangkan untuk kacamata hitam biasa, film foto,
film rontgen, bukanlah alat yang aman digunakan untuk melihat matahari.
"Kalau kita bisa memanfaatkan ini tentu
akan menarik karena negara lain sudah mempersiapkan," ungkap Andi.
Menurut Andi, hanya di
Indonesia yang dilalui Gerhana Matahari Total ini dan GMT ini terjadi hanya 350 tahun sekali. (dade)
0 Comments