Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar (kanan) memperhatikan sebuah foto hasil karya anggota Pewarta Foto Indonesia. (Foto: Istimewa) |
Bupati Zaki Iskandar menyatakan apresiasi dan mendukung semangat
pewarta melaksanakan pameran foto. “Mudah mudahan pameran ini bisa mendukung
dan menginformasikan ke masyarakat terutama kepada pelanggan Hotel Episode,” ujar
Bupati Zaki.
Menurut Zaki, Banten memiliki salah satu suku tertua yang
ada di Indonesia. Sampai hari ini memegang teguh tradisi dari leluhurnya dan
ini tidak bisa dipungkiri. Begitu juga dengan perkembangan peranakan dari abad
ke-5, saat mulai berdatangan ekpedisi dari
kerajaan maupun negara negara lain di luar indonesia. Salah satunya adalah
peradaban Tionghoa.
Zaki menilai Hotel Episode yang mengambil tema desain
interior budaya tradisi adat Baduy dan peranakan Tionghoa sudah tepat. Karena
lokasinya tidak jauh dari Sungai Cisadane. “Peranakan Tionghoa itu semua masuk
melalui Sungai Cisadane. Berawal dari hilirnya dulu Teluk Naga, Kosambi,
Pakuhaji, sampai terus ke daerah Cisauk,” ujarnya.
Tangerang, menurut Zaki, merupakan daerah pusat transit
untuk orang bepergian dari Batavia jaman dulunya ke daerah Banten. Karena
merupakan daerah transit, otomatis banyak sekali suku bangsa yang kemudian
tinggal dan menetap di wilayah Tangerang.
“Gerbangnya Indonesia ada di Tangerang. Mudah mudahan, ini
salah satu upaya kita mengenalkan Tangerang adalah bagian dari Banten yang
dilakukan pada hari ini oleh pewarta foto di Tangerang,” ungkapnya.
Zaki menjelaskan Tangerang saat ini adalah daerah urban.
Otomatis wilayah Tangerang merupakan
tempat pencampuran adat istiadat. Maka dari itu budaya Baduy dan peranakan
Tionghoa harus dipegang erat.
“Kami mengucapkan terima kasih kepada pewarta yang sudah
menggelar kegiatan hari ini. Luar biasa sekali. Foto yang dipamerkan sesuai dengan tema
eksplorasi mengenai adat budaya Baduy dan peranakan Tionghoa. Dan foto itu bisa berbicara kepada para
pengunjung nanti bagaimana sebetulnya adat istiadat dan budaya yang berkembang
dari jaman dulu,” tutur Zaki.
Zaki menggambarkan sejak zaman dulu itu keberagamam budaya,
kebhinekaan yang ada di Provinsi Banten itu memang sudah terjaga. Maka dari itu,
kita semua sebagai generasi penerus wajib menjaga itu.
“Karena inilah nilai-nilai yang berbeda antara bangsa kita
dengan bangsa yang lain. Mudah mudahan foto ini menjadi perjalan dari sejarah
bangsa terkait adat istiadat dan budaya,” paparnya.
Ketua Pewarta Foto Indonesia (PFI) Tangerang Faisal R Syam menjelaskan PFI merupakan
organisasi yang mewadahi pewarta foto PFI Tangerang didirikan pada 9 Januari
2021 dengan anggota sebanyak 30 orang. Organisasi ini merupakan cabang ke-21
Pewarta Foto Indonesia (PFI) Pusat yang terdaftar di Dewan Pers.
“PFI memiliki kepentingan melindungi pewarta foto dalam
membuat karya jurnalistik. Selain
menjadi wadah berkumpulnya pewarta foto, PFI berupaya menegakkan standar etika
dan profesi pewarta foto.
“Lebih dari 700
pewarta foto tercatat sebagai anggota PFI. Kami menggelar beragam kegiatan
bermanfaat dalam mengembangkan kreativitas pewarta foto maupun pendekatan
bersifat edukatif kepada masyarakat secara berkala,” ucapnya.
Menurut Faisal, PFI berusaha meningkatkan apresiasi terhadap
profesi dan karya pewarta foto melalui mentorship, pelatihan, maupun kegiatan
pameran, penerbitan, sosial, dan penghargaan. Sejalan dengan PFI Pusat, PFI
Tangerang memiliki visi misimelindungi dan memperjuangkan hak pewarta foto.
Faisal menyebutkan lomba foto Eksplorasi Budaya Baduy dan
Peranakan Banten ini, lebih dari 300 foto dikumpulkan dari fotografer dan
pewarta foto di Indonesia. Setelah melalui proses seleksi dari 300 foto yang
dikumpulkan karya fotografer berbagai daerah di Indonesia dalam dua bulan
terakhir dan yang dipamerkan 30 foto. Pameran dilaksanakan atas kerjasama
dengan Epiosde Hotel Gading Serpong.
Foto-foto di wilayah
Banten tersebut, kata Faisal, diunggah ke media sosial sebagai syarat lomba
sehingga memberi warna serta pengetahuan baru mengenai budaya Baduy dan
Peranakan Tionghoa di Banten. (*/pur)
0 Comments