Berita Terkini

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Kesedihan Mendalam Guru Swasta Pada Hari Guru

Mulyadi LM (3 dari kiri) dan kawan-kawan
berjuang agar insentif guru  tidak dihapus.
(Foto: Istimewa/koleksi pribadi)


Oleh: Mulyadi LM

Alhamdulillaah..
Innalillaahi wa innaa ilayhi roojiun~

Selamat bersedih hati menjadi guru swasta dan non-ASN (Aparatur Sipil Negara) yang belum dihargai sepenuh hati oleh mereka..

Semoga ada hikmah di balik kesedihan dan penderitaan guru swastaku yang tidak diketahui oleh banyak orang. Bahkan penguasa sampai hari ini masih memandang guru swasta dan non-ASN sebelah mata, padahal tugas pokok dan fungsi (Tupoksi)-nya sama, tak berbeda sedikit pun dengan guru ASN. Tapi perhatian penguasa terhadap guru ASN sangat membuat guru swasta dan non-ASN sering pilu dan menangis hatinya.

Untukmu semua guru swasta dan non-ASN_ku, hari ini belum ada kata; "Selamat Hari Guru untuk_mu". Karena kemuliaan mu belum dihargai dan diperhatikan sepadan dengan niat dan ketulusanmu memberikan ilmu dan perhatian yang terbaik untuk anak-anak bangsa_mu ini.

Aku tahu kamu masih selalu sedih dan berlinang air mata saat menerima upahmu yang jauh dari harapn, dan jauh dari harapan.

Jika kamu tahu, 1400 tahun silam kamu sangat diperhatikan oleh seorang Pemimpin yg bernama "Umar bin Khottob" kita pasti selalu rindu dengan perjuangannya mengangkat harkat dan martabat guru. Beliau memberi upahmu sebagai guru sebesar 15 dinar untuk setiap bulannya. Ini lantaran Umar sangat mencintai profesimu sebagai guru yang wajib dihormati dan dimuliakan, bukan dipandang sebelah mata.

Di mana jika upah yang diberikan oleh Umar itu dirupiahkan saat ini, maka upah untukmu itu sebulan setara dengan Rp. 30.000.000,- sebagai penghormatan atas pengabdian_mu mencerdaskan anak-anak bangsa. Tanpa ada pembeda status guru, karena bila dibedakan itu namanya dikotomi.

Jika dikotomi boleh jadi ada guru ASN yg punya kelebihan dari guru non-ASN atau swasta, dan begitu sebaliknya; ada guru swasta dan non-ASN yang lebih pandai dan cerdas dalam menguasai kelas dan memberikan ilmu di depan anak-anak didiknya.

Hari ini nasibmu guru swasta dan non-ASN bukan semakin bahagia, tapi semakin menderita dan menyedihkan bahkan senyummu hampir tak pernah berseri-seri. Karena harapkan dan mimpimu untuk menjadi guru ASN telah pupus dimakan usiamu. Sedang nasib guru yang yang satu itu, yang sama tupoksinya dan sama sebutannya dengan mu sebagai guru; nasibnya semakin lebih baik, hatinya semakin bahagia dan senyumnya selalu berseri-seri karena dia dianak-emaskan sedang kamu dianak-tirikan.

Mereka mendapat gaji tetap sesuai golongan, setiap tahun bisa naik gaji, naik golongan dan naik pangkat, bisa sertifikasi, dapat tunjangan kinerja, dapat tunjangan jabatan, bahkan dapat gaji 13 dan 14, yang tidak pernah ada bulan ke-13 dan 14 dalam hitungan kalender kita. Tapi Pemerintah mengadakan itu, dan kamu tidak masuk dalam hitungan itu.. 😔😪

Bagaimana denganmu wahai guru swasta dan non-ASN, yang kedudukan_mu di mata anak-anak didikmu sama dipanggil guru; karena tugas_mu sama mendidik anak-anak bangsa; tanggung jawab_mu sama mencerdaskan anak-anak bangsa; kamu dan guru itu sama ingin agar Indonesia menjadi cerdas, berwibawa dan bermartabat di mata dunia; kamu dan dia sama-sama memiliki keilmuan; sama-sama memiliki keperluan; sama-sama memiliki kebutuhan. Tapi mengapa kamu tidak dipandang seperti mereka yang ASN itu? Padahal negara_mu Indonesia sudah merdeka 74 tahun lalu, dan kita punya Pancasila. Jika hasilnya hanya dikotomi ini guru swasta, itu guru non-ASN dan yang itu guru ASN. Padahal dalam Undang-Undang dan banyak peraturan kita sama sama dipanggil guru. Tapi kenyataannya kita tetap berbeda; jadi di mana Kemerdekaan dan Pancasila kita itu..? 😪

Ooh nasibmu~
Guruku yang mulia;
Betapa sedihnya hatiku;
Juga hatimu yang lebih tahu;
1400 tahun yang lalu kamu begitu dihargai..

Oleh seorang pemimpin yang bernama Umar Bin Khottob, tapi sampai saat ini sosok Pemimpin itu belum hadir di tengah-tengah kita yang cinta dan sayangnya kepada guru begitu besar sampai dia rela lapar dan miskin asal jangan para guru-guru yang lapar dan miskin.

Sekarang ini yang hadir malah pemimpin yang ingin lama berkuasa, yang hadir malah pemimpin yang ingin disanjung-sanjung; yang hadir malah pemimpin yang menunjukkan kesombongannya. Padahal kesombongan itu adalah pakaian Tuhan bukan pakaiannya.

Sedihnya lagi para kepala sekolah yang keseharian dekat dengan guru-gurunya terlalu banyak yang tidak peduli dan mau memperjuangkan nasib guru-gurunya itu. Hmm mungkin karena nasib menjadi kepala sekolah sudah enak, jadi mereka tidak mau lagi ambil pusing dan peduli.

Jika saja para pemimpin mau menghargai dan memperhatikan nasib guru swasta dan non-ASN, sehingga tidak begitu jomplang nasibnya; bisa jadi pemimpin itu adalah sosok Umar bin Khottob dijaman Milenia yang bukan saja akan disegani oleh penduduk bumi, bisa jadi juga akan disegani oleh penduduk langit, dan syetan mana_pun akan takut untuk mendekati sosok pemimpin yang adil dan bijak seperti itu.

Andai aku atau kamu bisa seperti Umar; insya Allah kamu atau aku bisa memuliakan guru-guru tanpa harus membedakan antara guru itu dan guru ini. Pastinya aku atau kamu akan memuliakan semuanya seperti syaidinaa Umar bin Khottob memuliakan guru tanpa membeda bedakannya.

Wahai guru-guruku;

Selamat terus menyebarkan ilmu kepada anak-anak bangsa_mu, jangan pernah berhenti sekalipun air mata dan hatimu selalu menangis, karena penguasa masih tetap pilih kasih denganmu. Tapi aku yakin Allah akan memberikan yang terbaik pada akhir hidup mu nanti wahai guru-guruku yang Aku muliakan...

Selamat untuk guruku yang baik..
Selamat untuk guruku yang mulia..

Aku selalu mencintaimu dan mendoakan dengan tulus, semoga aku bisa masuk surga bertemu dengan_mu karena ilmu dan keridhoan_mu.

••dan Penguasa yang masih memandang sebelah mata kepada_mu, tidak mempehatikan_mu walau sekadar memberi insentif; bahkan insentifmu yang sudah ada dihapusnya. Semoga mereka mendapat teguran dan cobaan berat dari Allah SWT; kecuali mereka mau memperhatikan_mu dengan penuh kasih sayang sebelum maut menjemputnya, seperti mereka telah memberikan perhatian dan kasih sayang kepada guru-guru ASN. 

Selamat..√
Hari ini bukan hari guru untuk_Mu;
Sampai Engkau dihargai;
dihormati dan diperhatikan nasib_Mu seperti guru ASN.
Salam untuk guru-guruku tercinta~ (***)


Penulis adalah guru swasta di Kota Tangerang.

Post a Comment

0 Comments