![]() |
Mulyadi LM (3 dari kiri) dan kawan-kawan berjuang agar insentif guru tidak dihapus. (Foto: Istimewa/koleksi pribadi) |
Oleh: Mulyadi LM
Alhamdulillaah..
Innalillaahi wa innaa ilayhi
roojiun~
Selamat bersedih hati menjadi guru
swasta dan non-ASN (Aparatur Sipil Negara) yang belum dihargai sepenuh hati
oleh mereka..
Semoga ada hikmah di balik
kesedihan dan penderitaan guru swastaku yang tidak diketahui oleh banyak orang.
Bahkan penguasa sampai hari ini masih memandang guru swasta dan non-ASN sebelah
mata, padahal tugas pokok dan fungsi (Tupoksi)-nya sama, tak berbeda sedikit
pun dengan guru ASN. Tapi perhatian penguasa terhadap guru ASN sangat membuat
guru swasta dan non-ASN sering pilu dan menangis hatinya.
Untukmu semua guru swasta dan non-ASN_ku,
hari ini belum ada kata; "Selamat Hari Guru untuk_mu". Karena
kemuliaan mu belum dihargai dan diperhatikan sepadan dengan niat dan
ketulusanmu memberikan ilmu dan perhatian yang terbaik untuk anak-anak
bangsa_mu ini.
Aku tahu kamu masih selalu sedih
dan berlinang air mata saat menerima upahmu yang jauh dari harapn, dan jauh
dari harapan.
Jika kamu tahu, 1400 tahun silam
kamu sangat diperhatikan oleh seorang Pemimpin yg bernama "Umar bin
Khottob" kita pasti selalu rindu dengan perjuangannya mengangkat harkat
dan martabat guru. Beliau memberi upahmu sebagai guru sebesar 15 dinar untuk
setiap bulannya. Ini lantaran Umar sangat mencintai profesimu sebagai guru yang
wajib dihormati dan dimuliakan, bukan dipandang sebelah mata.
Di mana jika upah yang diberikan
oleh Umar itu dirupiahkan saat ini, maka upah untukmu itu sebulan setara dengan
Rp. 30.000.000,- sebagai penghormatan atas pengabdian_mu mencerdaskan anak-anak
bangsa. Tanpa ada pembeda status guru, karena bila dibedakan itu namanya
dikotomi.
Jika dikotomi boleh jadi ada guru
ASN yg punya kelebihan dari guru non-ASN atau swasta, dan begitu sebaliknya;
ada guru swasta dan non-ASN yang lebih pandai dan cerdas dalam menguasai kelas
dan memberikan ilmu di depan anak-anak didiknya.
Hari ini nasibmu guru swasta dan
non-ASN bukan semakin bahagia, tapi semakin menderita dan menyedihkan bahkan
senyummu hampir tak pernah berseri-seri. Karena harapkan dan mimpimu untuk menjadi
guru ASN telah pupus dimakan usiamu. Sedang nasib guru yang yang satu itu, yang
sama tupoksinya dan sama sebutannya dengan mu sebagai guru; nasibnya semakin
lebih baik, hatinya semakin bahagia dan senyumnya selalu berseri-seri karena
dia dianak-emaskan sedang kamu dianak-tirikan.
Mereka mendapat gaji tetap sesuai
golongan, setiap tahun bisa naik gaji, naik golongan dan naik pangkat, bisa sertifikasi,
dapat tunjangan kinerja, dapat tunjangan jabatan, bahkan dapat gaji 13 dan 14,
yang tidak pernah ada bulan ke-13 dan 14 dalam hitungan kalender kita. Tapi
Pemerintah mengadakan itu, dan kamu tidak masuk dalam hitungan itu.. 😔😪
Bagaimana denganmu wahai guru
swasta dan non-ASN, yang kedudukan_mu di mata anak-anak didikmu sama dipanggil guru; karena tugas_mu
sama mendidik anak-anak bangsa; tanggung jawab_mu sama mencerdaskan anak-anak bangsa;
kamu dan guru itu sama ingin agar Indonesia menjadi cerdas, berwibawa dan
bermartabat di mata dunia; kamu dan dia sama-sama memiliki keilmuan; sama-sama
memiliki keperluan; sama-sama memiliki kebutuhan. Tapi mengapa kamu tidak
dipandang seperti mereka yang ASN itu? Padahal negara_mu Indonesia sudah
merdeka 74 tahun lalu, dan kita punya Pancasila. Jika hasilnya hanya dikotomi
ini guru swasta, itu guru non-ASN dan yang itu guru ASN. Padahal dalam Undang-Undang
dan banyak peraturan kita sama sama dipanggil guru. Tapi kenyataannya kita
tetap berbeda; jadi di mana Kemerdekaan dan Pancasila kita itu..? 😪
Ooh nasibmu~
Guruku yang mulia;
Betapa sedihnya hatiku;
Juga hatimu yang lebih tahu;
1400 tahun yang lalu kamu begitu
dihargai..
Oleh seorang pemimpin yang bernama
Umar Bin Khottob, tapi sampai saat ini sosok Pemimpin itu belum hadir di
tengah-tengah kita yang cinta dan sayangnya kepada guru begitu besar sampai dia
rela lapar dan miskin asal jangan para guru-guru yang lapar dan miskin.
Sekarang ini yang hadir malah pemimpin
yang ingin lama berkuasa, yang hadir malah pemimpin yang ingin
disanjung-sanjung; yang hadir malah pemimpin yang menunjukkan kesombongannya. Padahal
kesombongan itu adalah pakaian Tuhan bukan pakaiannya.
Sedihnya lagi para kepala sekolah
yang keseharian dekat dengan guru-gurunya terlalu banyak yang tidak peduli dan
mau memperjuangkan nasib guru-gurunya itu. Hmm mungkin karena nasib menjadi
kepala sekolah sudah enak, jadi mereka tidak mau lagi ambil pusing dan peduli.
Jika saja para pemimpin mau
menghargai dan memperhatikan nasib guru swasta dan non-ASN, sehingga tidak
begitu jomplang nasibnya; bisa jadi pemimpin itu adalah sosok Umar bin Khottob
dijaman Milenia yang bukan saja akan disegani oleh penduduk bumi, bisa jadi
juga akan disegani oleh penduduk langit, dan syetan mana_pun akan takut untuk
mendekati sosok pemimpin yang adil dan bijak seperti itu.
Andai aku atau kamu bisa seperti
Umar; insya Allah kamu atau aku bisa memuliakan guru-guru tanpa harus
membedakan antara guru itu dan guru ini. Pastinya aku atau kamu akan memuliakan
semuanya seperti syaidinaa Umar bin Khottob memuliakan guru tanpa membeda
bedakannya.
Wahai guru-guruku;
Selamat terus menyebarkan ilmu
kepada anak-anak bangsa_mu, jangan pernah berhenti sekalipun air mata dan
hatimu selalu menangis, karena penguasa masih tetap pilih kasih denganmu. Tapi
aku yakin Allah akan memberikan yang terbaik pada akhir hidup mu nanti wahai
guru-guruku yang Aku muliakan...
Selamat untuk guruku yang baik..
Selamat untuk guruku yang mulia..
Aku selalu mencintaimu dan
mendoakan dengan tulus, semoga aku bisa masuk surga bertemu dengan_mu karena
ilmu dan keridhoan_mu.
••dan Penguasa yang masih memandang
sebelah mata kepada_mu, tidak mempehatikan_mu walau sekadar memberi insentif;
bahkan insentifmu yang sudah ada dihapusnya. Semoga mereka mendapat teguran dan
cobaan berat dari Allah SWT; kecuali mereka mau memperhatikan_mu dengan penuh
kasih sayang sebelum maut menjemputnya, seperti mereka telah memberikan perhatian
dan kasih sayang kepada guru-guru ASN.
Hari ini bukan hari guru untuk_Mu;
Sampai Engkau dihargai;
dihormati dan diperhatikan
nasib_Mu seperti guru ASN.
Salam untuk guru-guruku tercinta~
(***)
Penulis adalah guru swasta di Kota
Tangerang.
0 Comments