Mulyadi LM (Foto: Ist/koleksi pribadi) |
Alhamdulillaah~
Senang juga ada kabar Ketua Ikatan Cendikia Muslim Indonesia
(ICMI) Kota Tangerang dapat penghargaan dari guru honorer. Bersamaan dngan Hari
Pendidikan Nasional (Hardiknas 2022). Cuma pertanyaannya apa yang sudah
diperjuangkan Tokoh tersebut secara maksimal kepada guru honorer dan guru
swasta sampai dapat penghargaan?!
Masa iya karena guru honorer dan swasta mendapat pelatihan yang
segitu; sampai tokoh itu mendapat penghargaan! Bisa jadi ada yang salah dalam
persepsi penilaian jika dinilai secara benar tapi... Entahlah?
Sesungguhnya kebutuhan guru honorer dan swasta bukan sekadar
dapat pelatihan itu; lebih jauh dan yang selalu menjadi harapan mereka adalah:
"Bahwa mereka ingin mendapat perhatian serius dari eksekutif dan
legislatif agar nasibnya bisa berubah, dan tidak dipandang sebelah mata;
seperti sekarang ini."
Selama ini guru honorer dan swasta banyak sedih dan prihatinnya;
cuma mereka berjiwa besar, sambil terus berjuang dan bersabar. Adapun salah
satu yang menjadi keprihatinan guru honorer dalam setiap catatan adalah;
"Sering telatnya honor yang diterima| dan selama itu berlangsung tidak ada
yang peduli memperjuangkannya (baik eksekutif/legislatif) kecuali mereka
berjuang dengan kekuatannya sendiri-sendiri".
Anehnya pada saat Hardiknas ini ada tokoh yang mendadak
mendapat penghargaan. Padahal kiprah dan perjuangannya pada level guru honorer
dan swasta nihil. Ini menjadi anomali dan perlu dipertanyakan; "Apa
dasarnya dapat penghargaan itu?"
Buktinya waktu guru honorer dan guru swasta dihapus insentifnya
oleh Walikota Tangerang pada tahun 2017
tidak ada yang peduli dan belain mereka. Jangankan dua, satu tokoh tidak
ada yang belain!~😭
Selanjutnya saat guru honorer dan swasta menjadi tanggung
jawab Provinsi Banten juga tida ada tokoh dan atau anggota legislatif dan
eksekutif yang peduli memperjuangkan dan belain nasibnya agar mereka bisa
mendapatkan insentif dari Provinsi Banten. Bisa jadi Gubernur juga lupa, tapi
beberapa kali saya sampaikan agar nasib guru swasta diperhatikan agar Pak
Gubernur bisa memberikan insentif tapi diam saja; sampai akhirnya guru swasta
bersatu di dalam Rumah Besar Guru Swasta, baru diapresiasi oleh Komisi V DPRD.
Menjadi rahasia umum bahwa guru swasta berjuang sendiri sejak Wahidin Halim (WH) jadi gubernur tahun 2017. Oleh karena WH lupa dengan janji kampanyenya akan memperhatikan nasib guru; "..benar sih diperhatikan; tapi yang diperhatikan oleh Gubernur cuma nasib guru Pegawai Negeri Sipil/Apratur Negara (PNS/ASN). Nasib guru honorer dan swasta tidak masuk itungan". 😭
Akhirnya dari perjuangan panjang sejak tahun 2017, baru pada
tahun 2021 perjuangan guru swasta berhasil mendapat insentif dengan persyaratan
yang cukup banyak sampai 15 item. Itu pun masih belum semuanya bisa mendapatkan
insentif dengan berbagai alasan.
Padahal, kalau Gubernur atau anak buahnya Kepala Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan (Kadindikbud) Provinsi Banten bijak dan cintanya
tulus dengan semua guru tanpa pilih kasih, tidak perlu menunggu guru swasta
bergerak, berjuang, dan aksi demo sekadar minta satu item yakni
"Insentif" dari kurang lebih 11 item yang didapat oleh guru PNS/ASN.
Pastinya itu sangat mudah bila Gubernur atau Dindik mau berbuat baik untuk guru
swasta. "Yang menyedihkan malah Bosda (Bantuan Operasional Sekolah Daerah)
untuk sekolah swasta untuk tahun 2021 hilang; dengan alasan yang sesungguhnya
ada pada Dindik".
Artinya, selama ini baik guru honorer dan swasta mereka
rata-rata berjuang dengan pikiran, tenaga dan kemampuannya sendiri-sendiri,
agar nasibnya bisa berubah menjadi lebih baik, sekalipun tidak sebaik nasib
guru PNS/ASN. Semoga nasib Umar Bakri yang non PNS/ASN ada yang peduli
memperjuangkannya sampai mereka bisa tersenyum indah menatap masa depan
anak-anak bangsa yang insya Allah bisa menjadi harapan bangsa, Negara, dan
agama.
Akhirnya, jika ada penghargaan yang akan diberikan oleh guru
honorer atau guru swasta kepada salah seorang tokoh atau lebih, hendaknya harus
jelas sudah sejauh mana perjuangannya. Bila perlu diurai poin-poin yang telah
diperjuangankannya itu; jangan sampai hanya sekadar mengadakan pelatihan yang
segitu kemudian diberikan penghargaan atau ada yang mengusulkan agar tokoh itu
diberikan penghargaan; jika demikian sungguh sangat memprihatinkan.
Sesungguhnya guru honorer dan swasta itu bukan hanya butuh
pelatihan atau seminar. Apalagi jika di dalamnya ada kemasan unsur politik praktis,
maka sangat memalukan!
Jadi kalau ada tokoh yang mau memperjuangkan nasib mereka,
pasti siapapun akan senang asal perjuangannya sungguh-sungguh dan ikhlas. Bukan
basa-basi apalagi sekadar ‘lip service’ dan atau sekadar pencirtaan. Kemudian dengan
cara itu ada upaya untuk memberikan penghargaan, sungguh sangat memprihatinkan.
"Sekali lagi siapapun tidak berkeberatan dan bahkan
sangat mendukung jika ada tokoh yang diberikan penghargaan dari guru honorer
atau swasta asal jelas perjuangannya dan telah berhasil mengangkat marwah dan
nasib mereka".
Akhirnya, kalau sekarang ada tokoh yang sudah terlanjur mendapat
penghargaan, semoga penghargaan itu bisa menjadi motivasi agar ke depan bisa
memperjuangkan nasib guru honorer dan swasta yang sesungguhnya bukan sekadar
itu; jika sudah berhasil baru kemudian siapapun layak untuk mendapatkan
penghargaan yang setimpal.
Selamat Hardiknas!
Semoga hari hari ke depan menjadi hari Indah untuk Guru
Honorer dan Swasta. (***)
Penulis adalah Sahabat Guru Swasta dan Honorer.
0 Comments