Berita Terkini

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Penghargaan Indah Hardiknas 2022

 

Mulyadi LM 
(Foto: Ist/koleksi pribadi)  


Oleh: Mulyadi LM

 

Alhamdulillaah~

Senang juga ada kabar Ketua Ikatan Cendikia Muslim Indonesia (ICMI) Kota Tangerang dapat penghargaan dari guru honorer. Bersamaan dngan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas 2022). Cuma pertanyaannya apa yang sudah diperjuangkan Tokoh tersebut secara maksimal kepada guru honorer dan guru swasta sampai dapat penghargaan?!

Masa iya karena guru honorer dan swasta mendapat pelatihan yang segitu; sampai tokoh itu mendapat penghargaan! Bisa jadi ada yang salah dalam persepsi penilaian jika dinilai secara benar tapi... Entahlah?

Sesungguhnya kebutuhan guru honorer dan swasta bukan sekadar dapat pelatihan itu; lebih jauh dan yang selalu menjadi harapan mereka adalah: "Bahwa mereka ingin mendapat perhatian serius dari eksekutif dan legislatif agar nasibnya bisa berubah, dan tidak dipandang sebelah mata; seperti sekarang ini."

Selama ini guru honorer dan swasta banyak sedih dan prihatinnya; cuma mereka berjiwa besar, sambil terus berjuang dan bersabar. Adapun salah satu yang menjadi keprihatinan guru honorer dalam setiap catatan adalah; "Sering telatnya honor yang diterima| dan selama itu berlangsung tidak ada yang peduli memperjuangkannya (baik eksekutif/legislatif) kecuali mereka berjuang dengan kekuatannya sendiri-sendiri".

Anehnya pada saat Hardiknas ini ada tokoh yang mendadak mendapat penghargaan. Padahal kiprah dan perjuangannya pada level guru honorer dan swasta nihil. Ini menjadi anomali dan perlu dipertanyakan; "Apa dasarnya dapat penghargaan itu?"

Buktinya waktu guru honorer dan guru swasta dihapus insentifnya oleh Walikota Tangerang pada tahun 2017  tidak ada yang peduli dan belain mereka. Jangankan dua, satu tokoh tidak ada yang belain!~😭

Selanjutnya saat guru honorer dan swasta menjadi tanggung jawab Provinsi Banten juga tida ada tokoh dan atau anggota legislatif dan eksekutif yang peduli memperjuangkan dan belain nasibnya agar mereka bisa mendapatkan insentif dari Provinsi Banten. Bisa jadi Gubernur juga lupa, tapi beberapa kali saya sampaikan agar nasib guru swasta diperhatikan agar Pak Gubernur bisa memberikan insentif tapi diam saja; sampai akhirnya guru swasta bersatu di dalam Rumah Besar Guru Swasta, baru diapresiasi oleh Komisi V DPRD.

Menjadi rahasia umum bahwa guru swasta berjuang sendiri sejak Wahidin Halim (WH) jadi gubernur tahun 2017. Oleh karena WH lupa dengan janji kampanyenya akan memperhatikan nasib guru; "..benar sih diperhatikan; tapi yang diperhatikan oleh Gubernur cuma nasib guru Pegawai Negeri Sipil/Apratur Negara (PNS/ASN). Nasib guru honorer dan swasta tidak masuk itungan". 😭

Akhirnya dari perjuangan panjang sejak tahun 2017, baru pada tahun 2021 perjuangan guru swasta berhasil mendapat insentif dengan persyaratan yang cukup banyak sampai 15 item. Itu pun masih belum semuanya bisa mendapatkan insentif dengan berbagai alasan.

Padahal, kalau Gubernur atau anak buahnya Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Kadindikbud) Provinsi Banten bijak dan cintanya tulus dengan semua guru tanpa pilih kasih, tidak perlu menunggu guru swasta bergerak, berjuang, dan aksi demo sekadar minta satu item yakni "Insentif" dari kurang lebih 11 item yang didapat oleh guru PNS/ASN. Pastinya itu sangat mudah bila Gubernur atau Dindik mau berbuat baik untuk guru swasta. "Yang menyedihkan malah Bosda (Bantuan Operasional Sekolah Daerah) untuk sekolah swasta untuk tahun 2021 hilang; dengan alasan yang sesungguhnya ada pada Dindik".

Artinya, selama ini baik guru honorer dan swasta mereka rata-rata berjuang dengan pikiran, tenaga dan kemampuannya sendiri-sendiri, agar nasibnya bisa berubah menjadi lebih baik, sekalipun tidak sebaik nasib guru PNS/ASN. Semoga nasib Umar Bakri yang non PNS/ASN ada yang peduli memperjuangkannya sampai mereka bisa tersenyum indah menatap masa depan anak-anak bangsa yang insya Allah bisa menjadi harapan bangsa, Negara, dan agama.

Akhirnya, jika ada penghargaan yang akan diberikan oleh guru honorer atau guru swasta kepada salah seorang tokoh atau lebih, hendaknya harus jelas sudah sejauh mana perjuangannya. Bila perlu diurai poin-poin yang telah diperjuangankannya itu; jangan sampai hanya sekadar mengadakan pelatihan yang segitu kemudian diberikan penghargaan atau ada yang mengusulkan agar tokoh itu diberikan penghargaan; jika demikian sungguh sangat memprihatinkan.

Sesungguhnya guru honorer dan swasta itu bukan hanya butuh pelatihan atau seminar. Apalagi jika di dalamnya ada kemasan unsur politik praktis, maka sangat memalukan!

Jadi kalau ada tokoh yang mau memperjuangkan nasib mereka, pasti siapapun akan senang asal perjuangannya sungguh-sungguh dan ikhlas. Bukan basa-basi apalagi sekadar ‘lip service’ dan atau sekadar pencirtaan. Kemudian dengan cara itu ada upaya untuk memberikan penghargaan, sungguh sangat memprihatinkan.

"Sekali lagi siapapun tidak berkeberatan dan bahkan sangat mendukung jika ada tokoh yang diberikan penghargaan dari guru honorer atau swasta asal jelas perjuangannya dan telah berhasil mengangkat marwah dan nasib mereka".

Akhirnya, kalau sekarang ada tokoh yang sudah terlanjur mendapat penghargaan, semoga penghargaan itu bisa menjadi motivasi agar ke depan bisa memperjuangkan nasib guru honorer dan swasta yang sesungguhnya bukan sekadar itu; jika sudah berhasil baru kemudian siapapun layak untuk mendapatkan penghargaan yang setimpal.

Selamat Hardiknas!

Semoga hari hari ke depan menjadi hari Indah untuk Guru Honorer dan Swasta. (***)

 

Penulis adalah Sahabat Guru Swasta dan Honorer.

Post a Comment

0 Comments