Lambang Nahdlatul Ulama. (Foto: Istimewa) |
KESAKTIAN Kiai Kholil, Bangkalan, Madura, antara lain adalah
kemampuannya "membelah" diri. Beliau dapat berada di beberapa
tempat dalam waktu bersamaan. Ada peristiwa ajaib saat beliau mengajar di
pesantren.
Saat berceramah, Mbah Kholil melakukan sesuatu yang tak
terpantau mata. ”Tiba-tiba baju dan sarung beliau basah kuyub,” cerita Kiai
Ghozi, cucu Kiai Wahab Hasbullah, pendiri Nahdlatul Ulama (NU), selain Kiai
Hasyim Asy'ari.
Sontak para santri heran. Sebelum mengajar, mBah Kholil
berkering pakaian. Mengapa jadi basah kuyup tanpa aturan ? Sementara santri
heran tak karuan, mBah Kholil tidak peduli: seakan-akan. Ulama sepuh itu tak
bicara sepatah kata pun. Beliau langsung ngeloyor masuk ke rumah, ganti
pakaian. mBah Kholil kembali ke ruang belajar. Juga tanpa bicara apa pun
tentang kejadian sebelumnya.
Teka-teki itu baru terjawab setengah bulan kemudian. Seorang
nelayan sowan Mbah Kholil. Dia mengucapkan terima kasih, karena saat perahunya
"pecah" di tengah laut, langsung ditolong mBah Kholil. ”Kedatangan
nelayan itu membuka tabir".
Ternyata, saat menyampaikan isi pengajian, mBah Kholil
mendapat pesan ekspres agar beliau segera menuju pantai. "Menyelamatkan
nelayan yang perahunya pecah. Dengan karomah yang dimiliki, dalam sekejap, mBah
Kholil sampai dan membantu nelayan itu,” papar KH Ghozi, yang kini tinggal di
Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta.
Karomah mBah Kholil satu per satu terungkap oleh para santri
setelah beliau wafat. mBah Kholil (KH Muhammad Khalil Al-Maduri), mendahului
kita dalam usia lanjut: 106 tahun, 29 Ramadan 1341 Hijriyah: 14 Mei 1923. mBah
Kholil adalah guru dari pendiri Nahdlatul Ulama, Kiai Hasyim Asy'ari.
Beliau murid Syeikh Nawawi al-Bantani (guru ulama Indonesia
dari Banten), Syeikh Utsman bin Hasan ad-Dimyathi, Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan,
Syeikh Mustafa bin Muhammad al-Afifi al-Makki, Syeikh Abdul Hamid bin Mahmud
asy-Syarwani.
Di kampung halaman, beliau guru Kiai Hasyim. Sewaktu belajar
di Makkah keduanya duduk sebangku. Kiai lain yang satu angkatan di sana adalah
Kiai Wahab Hasbullah dan Kiai Muhammad Dahlan. mBah Kholil pula yang menjadi
inspirasi dan memberi restu bagi Kiai Hasyim mendirikan jamiyyah Nahdlatul
Ulama (Kebangkitan Ulama).
mBah Kholil ahli ilmu alat (Nahwu, Shorof, Balaghoh). Juga
seorang hafidz (penghafal) Al Qur'an. Beliau mampu membaca Al Furqan dalam
Qira'at Sab'ah (tujuh cara membaca Kitab Suci itu).
Kita diberi tahu, mukjizat dan irhas terjadi atas kehendak Allah untuk para Nabi terdahulu. Sedangkan karomah adalah anugerah di luar kemampuan logika (untuk mencernanya). Karunia Yang Maha Pemberi untuk para wali. Sedangkan ma'unah merupakan pertolongan Allah Yang Maha Kuasa di luar akal.
Contoh: orang-orang selamat setelah tiga hari tertimbun
reruntuhan gempa. Hal itu menjadi bukti kebesaran Sang Khalik yang patut dipahami,
guna mempertebal keimanan umat.
Para ulama terpilih disebut wali karena mereka: orang-orang
ditolong dan dimuliakan oleh Allah Sang Maha Mulia. Mereka tidak mengharapkan
apa-apa kecuali dekat dengan Allah Ta'ala, Yang Maha Dekat.
Yang dekat Dia
Dengan demikian, wali adalah Kekasih Allah Yang Maha
Pengasih, pilihan-Nya dan orang yang dekat Dia. Mereka adalah orang-orang yang
"memadukan iman" yang benar dengan bertakwa kepada Allah Maha
Pencipta:
beriman kepada Allah, para malaikat, kitab-kitab yang
diturunkan kepada para Rasul dan hari kiamat. Menjalankan perintah-perintah
Allah SWT dan menjauhi larangan-larangan-Nya. (**)
Penulis adalah pemerhati masalah social dan kebangsaan.
0 Comments