Berita Terkini

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

mBah Kholil Bisa Berada Di Tempat Beda Di Waktu Sama

Lambang Nahdlatul Ulama.
(Foto: Istimewa) 


Oleh: Nur Hidayat

 

KESAKTIAN Kiai Kholil, Bangkalan, Madura, antara lain adalah kemampuannya "membelah" diri.  Beliau dapat berada di beberapa tempat dalam waktu bersamaan. Ada peristiwa ajaib saat beliau mengajar di pesantren.

Saat berceramah, Mbah Kholil melakukan sesuatu yang tak terpantau mata. ”Tiba-tiba baju dan sarung beliau basah kuyub,” cerita Kiai Ghozi, cucu Kiai Wahab Hasbullah, pendiri Nahdlatul Ulama (NU), selain Kiai Hasyim Asy'ari.

Sontak para santri heran. Sebelum mengajar, mBah Kholil berkering pakaian. Mengapa jadi basah kuyup tanpa aturan ? Sementara santri heran tak karuan, mBah Kholil tidak peduli: seakan-akan. Ulama sepuh itu tak bicara sepatah kata pun. Beliau langsung ngeloyor masuk ke rumah, ganti pakaian. mBah Kholil kembali ke ruang belajar. Juga tanpa bicara apa pun tentang kejadian sebelumnya.

Teka-teki itu baru terjawab setengah bulan kemudian. Seorang nelayan sowan Mbah Kholil. Dia mengucapkan terima kasih, karena saat perahunya "pecah" di tengah laut, langsung ditolong mBah Kholil. ”Kedatangan nelayan itu membuka tabir".

Ternyata, saat menyampaikan isi pengajian, mBah Kholil mendapat pesan ekspres agar beliau segera menuju pantai. "Menyelamatkan nelayan yang perahunya pecah. Dengan karomah yang dimiliki, dalam sekejap, mBah Kholil sampai dan membantu nelayan itu,” papar KH Ghozi, yang kini tinggal di Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta.

Karomah mBah Kholil satu per satu terungkap oleh para santri setelah beliau wafat. mBah Kholil (KH Muhammad Khalil Al-Maduri), mendahului kita dalam usia lanjut: 106 tahun, 29 Ramadan 1341 Hijriyah: 14 Mei 1923. mBah Kholil adalah guru dari pendiri Nahdlatul Ulama, Kiai Hasyim Asy'ari.

Beliau murid Syeikh Nawawi al-Bantani (guru ulama Indonesia dari Banten), Syeikh Utsman bin Hasan ad-Dimyathi, Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan, Syeikh Mustafa bin Muhammad al-Afifi al-Makki, Syeikh Abdul Hamid bin Mahmud asy-Syarwani.

Di kampung halaman, beliau guru Kiai Hasyim. Sewaktu belajar di Makkah keduanya duduk sebangku. Kiai lain yang satu angkatan di sana adalah Kiai Wahab Hasbullah dan Kiai Muhammad Dahlan. mBah Kholil pula yang menjadi inspirasi dan memberi restu bagi Kiai Hasyim mendirikan jamiyyah Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama).

mBah Kholil ahli ilmu alat (Nahwu, Shorof, Balaghoh). Juga seorang hafidz (penghafal) Al Qur'an. Beliau mampu membaca Al Furqan dalam Qira'at Sab'ah (tujuh cara membaca Kitab Suci itu).

Kita diberi tahu, mukjizat dan irhas terjadi atas kehendak Allah untuk para Nabi terdahulu. Sedangkan karomah adalah anugerah di luar kemampuan logika (untuk mencernanya). Karunia Yang Maha Pemberi untuk para wali. Sedangkan ma'unah merupakan pertolongan Allah Yang Maha Kuasa di luar akal. 

Contoh: orang-orang selamat setelah tiga hari tertimbun reruntuhan gempa. Hal itu menjadi bukti kebesaran Sang Khalik yang patut dipahami, guna mempertebal keimanan umat.

Para ulama terpilih disebut wali karena mereka: orang-orang ditolong dan dimuliakan oleh Allah Sang Maha Mulia. Mereka tidak mengharapkan apa-apa kecuali dekat dengan Allah Ta'ala, Yang Maha Dekat.

Yang dekat Dia

Dengan demikian, wali adalah Kekasih Allah Yang Maha Pengasih, pilihan-Nya dan orang yang dekat Dia. Mereka adalah orang-orang yang "memadukan iman" yang benar dengan bertakwa kepada Allah Maha Pencipta:

beriman kepada Allah, para malaikat, kitab-kitab yang diturunkan kepada para Rasul dan hari kiamat. Menjalankan perintah-perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-larangan-Nya. (**)

 

Penulis adalah pemerhati masalah social dan kebangsaan.

 

Post a Comment

0 Comments