Salah satu lokasi penjualan minyak goreng dengan harga Rp 14.000/liter diserbu warga. (Foto: Istimewa) |
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag)
Provinsi Banten Babar Suharso mengatakan persoalan kelangkaan minyak goreng ini
sudah ditangani oleh Pemerintah Pusat melalui pemberian subsidi menggunakan
dana Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS). Lembaga ini
merupakan unit organisasi non-eselon di bidang pengelolaan Dana Perkebunan
Kelapa Sawit yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan
melalui Direktorat Jenderal Perbendaharaan Negara.
"Kementerian Perdagangan (Kemendag) menetapkan
kebijakan satu harga minyak goreng dengan harga setara Rp14.000 per liter yang
dimulai pada Rabu, 19 Januari 2022 pukul 00.01 waktu setempat. Pemerintah
melalui BPDPKS telah menyiapkan dana sebesar Rp 7,6 triliun yang akan membiayai
penyediaan minyak goreng kemasan bagi masyarakat sebesar 250 juta liter per
bulan atau 1,5 miliar liter selama enam bulan," ujar Babar di Kota Serang,
Kamis (27/1/2022).
Pada proses tahap awal ini, kata Babar, mekanisme
pendistribusiannya baru bisa melalui Distribution Center (DS) yang kemudian
akan didrop ke sejumlah toko ritel modern yang tersebar sebanyak 450 titik di
Provinsi Banten.
"Sehingga proses droping di DC bisa terawasi dengan
mudah, baik untuk harga maupun penyalurannya. Selain itu, proses pendistribusiannya
juga jelas," katanya.
Babar menjelaskan hal itu berbeda dengan proses
pendistribusian di pasar tradisional yang kadang tidak bisa satu harga antara
satu pedagang dengan pedagang lainnya. Selain itu, proses pengawasannya juga
berbeda dengan yang dilakukan kepada DC lewat toko ritel modern.
"Namun meskipun demikian, saat ini Pemerintah sedang
menggodok supaya pendistribusian minyak goreng itu juga bisa ke pasar-pasar
tradisional, agar sebarannya bisa lebih luas lagi," ujarnya.
Dikatakan, Gubernur Banten H. Wahidin Halim (WH) memberikan
atensi khusus terkait persoalan kelangkaan minyak goreng ini. Beliau berpesan
agar dengan skema subsidi yang diberikan pemerintah itu, bisa dirasakan oleh
seluruh masyarakat Banten secara merata.
Atas atensi itu, kata Babar, sudah dilakukan pengecekan di
sejumlah DC yang ada di Banten terkait kondisi stok minyak goreng di gudang
masing-masing. Hasilnya sampai saat ini masih tersedia dengan aman. Hanya
memang proses pendistribusian ke toko ritelnya yang masih dibatasi jumlah kuota
perharinya guna menghindari adanya oknum yang melakukan penimbunan.
"Hal ini juga yang menjadi bahan evaluasi kami, karena
pihak DC tidak setiap hari melakukan pendistribusian minyak goreng ke toko
ritel, sehingga masih dimungkinkan terjadinya kekosongan stok minyak goreng. Ke
depan, kami nanti upayakan pihak DC bisa memperbanyak stoknya," ucap
Babar.
Selain itu, Pemprov dalam hal ini Disperindag juga akan ikut
membantu DC dalam mendistribusikan minyak goreng, terutama kepada masyarakat
yang akses ke toko ritelnya jauh.
Bantuan itu rencananya akan dilakukan dengan menggunakan
kendaraan operasional, yang menyasar masyarakat di pelosok Desa. "Jadi
pagi kita ambil minyaknya, setelah terjual semuanya akan kita berikan kembali
ke DC. Artinya kan bisa lebih merata sebaran distribusinya, sambil menunggu
pendistribusian ke pasar-pasar," tuturnya.
Satu DC dalam sekali pengiriman ke toko ritel yang
dibawahnya itu mencapai 10.000 liter. Proses pengiriman itu biasanya dilakukan
tiga hari sekali bersamaan dengan kebutuhan barang-barang yang lainnya.
Oleh karena itu, ucap Babar, stok untuk minyak goreng ini
dipastikan masih aman. Namun hanya saja karena masyarakat yang biasa beli di
pasar, pindah ke toko ritel karena harganya lebih murah, sehingga kemudian
cepat kosong.
"Makanya ini yang akan kita evaluasi bersama,"
ucapnya.
Selain itu, sesuai dengan arahan Gubernur WH, Disperindag
juga sudah melakukan Operasi Pasar (OP) pada saat harga minyak goreng sudah
mengalami kenaikan, namun belum ada intervensi harga dari pemerintah.
OP itu, kata Babar, dilakukan di enam titik yang tersebar di
Kota Tangerang Selatan satu titik, Kota Tangerang dua titik, Kota Serang, Kota
Cilegon dan Kabupaten Pandeglang masing-masing satu titik dengan harga
Rp14.000/liter.
"Sebanyak 20 ribu liter kita salurkan pada OP waktu itu
yang berasal dari dua perusahaan minyak yang ada di Banten, PT Wilmar dan juga
Sinarmas," katanya.
Babar berharap setelah enam bulan ke depan, tata Niaga CPO
menjadi normal kembali harganya. Sehingga harga minyak goreng di pasaran bisa
kembali normal seperti semula. "Tapi meskipun demikian masyarakat harus
tetap tenang dan tidak perlu panic buying," ucappnya.
Sebagaimana diketahui, harga komoditas minyak goreng
mengalami kenaikan secara signifikan pada akhir tahun 2021 lalu. Berdasarkan
Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS), secara nasional, harga
minyak goreng kemasan sederhana pada 30 Desember 2021 harganya mencapai Rp
20.600/liter, begitu juga dengan minyak goreng curah yang mencapai
Rp20.030/liter.
Kenaikan harga minyak goreng salah satunya dipengaruhi oleh
harga Crude Palm Oil (CPO) dunia yang naik menjadi US$ 1.340/MT dari semula US$
500-600/MT. Kenaikan harga CPO ini menyebabkan harga minyak goreng ikut naik
cukup signifikan. (*/pur)
0 Comments