Antonius saat menyelesaikan pembuatan lilin untuk sembahyang. (Foto: Istimewa) |
Salah seorang pembuat lilin Antonius, di Jalan Imam Bonjol Nomor
41, Kelurahan Karawaci, Kecamatan Karawaci. Bagaimana tidak, untuk memenuhi
tumpukan orderan lilin, Antonius sebagai pemilik harus menambah jam kerja
pegawainya.
Antonius mengaku pendapatan jelang Imlek meningkat hingga
lima kali lipat dibanding bulan biasanya. Namun, pendapatan ini tetap tidak
setinggi tahun biasanya, saat pandemi Covid-19 belum melanda.
“Tapi secara kesibukan tetap sama, harus menambah jam kerja,
hingga saya ikut turun tangan proses produksi. Karena orderan digunakan
konsumen pada momen yang bersamaan. Akibatnya, semua harus kita selesaikan secepat
mungkin,” ungkap Antonius.
Bisnis yang dibangun Antonius sejak 90-an ini dapat memproduksi lilin dengan berbagai
ukuran. Mulai dari ukuran satu kati hingga 1.000 kati, mulai dari harga Rp 14
ribu hingga Rp 20 juta dengan tinggi tiga meter lebih, yang mampu menyala
selama enam bulan.
“Berbagai ukuran punya peminatnya, dan cukup hampir rata.
Mulai dari perorangan, kelompok hingga kelenteng dari berbagai daerah di Jakarta,
Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Banyak dari mereka diminta
dituliskan nama pembeli, falsafah atau keberuntungan untuk keluarga dan bisnis.
Tulisan, kami cetak warna emas bukan tulisan tangan. Jadi, terlihat mahal,
elegan dan indah untuk dipajang,” papar Antonius.
Ia pun mengaku setiap lilin diyakini memiliki nyawa atau
aura positif. Sehingga, segala proses pembuatan dilakukan dengan suasana hati
yang tenang, senang dan penuh keberkahan untuk setiap orang yang nanti akan
menikmati keindahan lilin buatannya.
“Bukan sekadar berjulan atau kirim lilin. Tapi lewat setiap
cahaya lilin yang saya buat, saya berharap mereka bahagia, sehat dan selalu
diberkahi. Maka, sesibuk apa pun, atau dalam kondisi sesepi apa pun, saya tetap
bertahan dengan bisnis ini, untuk cahaya yang menerangi banyak orang,” katanya.
(*/pur)
0 Comments