Ilustrasi tentang orang bodoh. (Foto: Ist/puyengonline) |
STUDI terbaru Pew Research Center, Amerika Serikat (AS),
yang dimuat di jurnal Nature, membuktikan orang bodoh cenderung ngeyel. Mereka
juga hanya memiliki pengetahuan sedikit tentang masalah yang dibahas. Misalnya,
tentang satu persoalan hukum. Kendati demikian, dia tetap ngotot dengan
pendapatnya. "Merasa benar. Orang lain salah".
Contoh: Dia tidak mau membeli dan makan anggur dari Italia.
Kenapa? Karena berasal dari orang kafir. Padahal, contoh lainnya, marmer lantai
perluasan Masjidil Haram yang mampu menyerap panas itu dibeli dari Yunani.
Negara kafir. Satu-satunya bukit di negeri itu yang memiliki marmer tersebut.
Tidak ada di negara lain.
Begitu pula dengan sound system terbaik di Masjidil Haram
dan Masjid Nabawi, Madinah, made in Germany. Negara kafir. Menurut Saudi
Gazette, 7.500 speaker yang dipasang di banyak tempat itu menggunakan sensor
akustik canggih dengan sensitivitas yang sesuai dengan kebutuhan tempat.
Alhasil, sistem ini dapat mentransmisikan suara azan dan lainnya sesuai dengan
kondisi luasan area dan bentuk bangunan sekitar di beberapa lokasi dengan
pengeras suara.
Di tempat imam terdapat speaker dalam posisi berdiri, rukuk
dan sujud. Masing-masing tiga speaker. Kalau satu speaker tidak berfungsi, yang
lainnya langsung mengambil alih. Dengan begitu suara imam tidak pernah
terputus, tidak terdengar. Itulah kelebihannya.
Orang Yahudi
Selama perjalanan sejarah dakwahnya, Nabi Muhammad SAW dan
para sahabat melakukan aktivitas muamalah dengan orang Yahudi. Realita ini
memberi panduan pada kita mengenai cara menyikapi yang benar terhadap produk
perusahaan milik orang Yahudi.
Walau Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berhasil
menundukkan kabilah-kabilah Yahudi, namun tetap saja beliau menjalin hubungan
dagang dengan mereka. Nabi SAW mempercayakan pengolahan ladang-ladang beliau di
Negeri Khaibar kepada orang Yahudi, dengan ketentuan bagi hasil. Bahkan hingga
akhir hayatnya, beliau tiada pernah merasa sungkan bertransaksi dengan orang
Yahudi.
Aisyah, isteri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
mengisahkan pada akhir hayatnya, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam membeli
beberapa takar gandum dari seorang pedagang Yahudi. Namun, karena belum mampu
membayarnya, beliau menggadaikan perisai perangnya kepada pedagang Yahudi
tersebut. Dan hingga akhir hayatnya, Rasulullah SAW belum mampu menebusnya.
Semua itu dicatat oleh Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan Tirmidzi dalam kitab
hadis mereka.
Dengan sejumlah contoh di atas, kita wajib terus belajar.
Lebih-lebih belajar tentang agama Islam. Disertai dengan sejarah para nabi dan
para khalifah. Kita banyak mendapat pelajaran dan hikmahnya. Wawasan kita makin
luas. Tidak seperti katak dalam tempurung. "Ilmunya sangat sedikit".
Tapi merasa pintar dan benar. Yang lain bodoh dan salah. Baru stop belajar
setelah kita dimasukkan ke liang lahat.
Dapat petunjuk
Seorang pendeta memutuskan menjadi mualaf saat memperdalam
agamanya di Yerusalem, Israel. Kisah pria bernama Kainama ini pun viral di
media sosial.
Berbagai hal membuat Kainama memilih Islam sebagai agama
barunya. Dikutip dari kanal YouTube Islam.ID, 8 Oktober 2021, saat ke Yerusalem
Kainama berniat untuk memperdalam agamanya. Tapi yang ditemukan dan
dirasakannya berbeda. Dia mengaku merasa menjadi orang asing di tempat yang
disucikan itu.
"Kalau orang muslim pergi ke Makkah atau Madinah,
justru pulang ke rumah. Tapi, saya yang seorang Kristen yang mempelajari
tentang Yerusalem hingga mempelajari perjalanan dan lainnya, tapi sampai sana
tempat suci bagi kita merasa asing. Ini yang saya rasakan," kata Kainama.
Kainama menjelaskan ada salah satu potongan ayat di agama
sebelumnya yang sama dengan surat Al Ikhlas yakni "Qul huwallohu
ahad". Selain itu, gerakan ibadah yang dilakukan oleh orang Yahudi adalah
gerakan shalat yang tidak sempurna. Mulai dari mengangkat tangan ketika
takbiratul ihram dan lainnya.
Kemudian dalam salah satu potongan ayat yang menyebutkan
sebuah kota yang tandus, tapi hidup, yang tak lain adalah Makkah. Menurut
Kainama, semua yang ada di dalam kitab Yahudi dijelaskan dalam al-Qur'an. Itu
pula yang harus kita perdalam. (***)
Penulis adalah pengamat social dan kebangsaan.
0 Comments