Leon Avinda Putra sebagai Ketua BEM UI pernah dibully Ade Armando, sang dosen. (Foto: Ist/koleksi Leon Avindar Putra) |
DIPECAT, Selasa, 10 Agustus 2021. Hari itu juga,
buzzeRp-upahan Ade Armando (yang selama ini gigih membela Presiden Joko Widodo-Jokowi)
langsung balik menyerang Jokowi. Tanpa tedeng aling-aling, pendengung itu
bilang "Jokowi tidak hanya dungu, tapi jahat. Mengadu domba rakyat,
memecah belah bangsa."
Kata dia, ada indikasi menurunnya kepercayaan pada Jokowi. "Ada kekacauan
di Istana. Ada rasa saling tidak percaya. Ada kelompok yang tidak murni."
Menurut Armando, kualitas (penghuni) Istana yang buruk "akan menimbulkan
perang saudara".
"Kini kita akan menumbangkan Jokowi," ujarnya.
"Jokowi akan diganti." Bandingkan pernyataan itu dengan salah satu
pembelaannya terhadap Jokowi. Dia, 23 Juli 2021, menyebut ada politisi busuk di
balik poster seruan aksi nasional untuk mengkritik Presiden Joko Widodo dan
kebijakannya.
Dosen UI itu juga menyebut seruan aksi tersebut adalah
"wujud kedunguan para mahasiswa" yang dimanfaatkan oleh politisi
busuk. Armando menyayangkan munculnya rencana aksi tersebut. Apalagi di saat
sejumlah masyarakat bersatu untuk melawan pandemi di Indonesia, ujarnya.
“Sementara orangtua mereka, keluarga mereka, tetangga,
rakyat bersatu padu mengatasi pandemi; para mahasiswa dungu dimanfaatkan
politisi busuk untuk bikin gerakan menggulingkan Jokowi,” cuitnya di Twitter
@Adearmando1.
Sesama dosen UI, Rocky Gerung mengemukakan, "Tidak ada
jaminan Dosen UI itu pinter, banyak juga yang dungu, kalau dosen jadi buzzer
kan dungu namanya," katanya di kanal Youtube, Rocky Gerung Official.
Rocky juga mempertanyakan komentar Armando yang menyinggung
Leon Alvinda Putra sebagai mantan Ketua Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) FEB UI.
Leon, Ketua BEM UI, dalam satu pernyataan menyebut Jokowi sebagai "King of
Lip Service."
Pasalnya, tutur Rocky, Armando juga mantan kader HMI saat
menjadi mahasiswa UI. Dia menyebut hal ajaib saat dosen mem-bully mahasiswanya
sendiri. "Ade itu teman saya. Dia itu ketua komisariat HMI di UI dulu.
Jadi buat apa mem-bully mahasiswa."
Sesudah tersebar komentar Armando tersebut, muncul seruan agar
dia dipecat sebagai dosen UI. Hanya dalam waktu dua hari, sebanyak 21.275
netizen telah menandatangani petisi 'Universitas Indonesia Pecat Ade Armando' yang
dibuat di laman change.org.
Petisi itu diinisiasi oleh Nadine Olivia, sebagai respons
atas pernyataan-pernyataan Armando yang selalu menyerang tokoh-tokoh politik
dan ulama, yang dianggapnya sering membuat kegaduhan. Armando disebut Nadine
juga kerap mengeluarkan pernyataan yang membuat resah pemeluk agama Islam.
Karena itu, Juni tahun lalu, Armando dibuang secara adat
sebagai orang Minang, terkait masalah unggahannya di akun Facebook. Dia
dianggap melecehkan adat dan budayanya sendiri sehingga dihukum "dibuang
sepanjang adat".
"Sudah melecehkan adat dan budaya Minangkabau sendiri
sehingga dilaporkan ke polisi. Hukum adatnya adalah dibuang sepanjang
adat," kata Ketua Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau (MTKAAM)
Irfianda Abidin.
Armando juga pernah ditolak permintaannya untuk menjadi guru
besar. Dia sendiri yang mengungkapkan penolakan tersebut "karena masalah
integritas dan etika." Nama dia diajukan untuk menjadi guru besar oleh
Departemen Ilmu Komunikasi UI, Mei 2016. Setelah tiga tahun, menurut Armando,
Dewan Guru Besar UI menolak permintaan tersebut.
Dari deretan fakta-fakta di atas, kita jadi tahu karakter si
Armando. Orang-orang seperti dia (berapa pun jumlahnya), termasuk buzzeRp Denny
Siregar, Abu Janda, Kuntadi, agaknya layak dibuang ke pulau terpencil tanpa
penghuni. Republik ini tidak butuh orang-orang "tak beradab seperti
mereka". (***)
Penulis adalah pengamat sosial dan kebangsaan.
0 Comments