Para kyai pimpinan Ponpes saat di kantor Polda Banten, Kamis siang. (Foto: Istimewa) |
Hal itu dipicu lantaran muncul tudingan dari Direktur
Eksekutif Aliansi Independen Peduli Publik (ALIPP) Uday Suhada dalam berbagai
media pemberitaan, yang menyebutkan ada 46 lembaga Ponpes di Kecamatan Pabuaran
dan Padarincang, Kabupaten Serang, fiktif.
Kedatangan mereka ke Mapolda Banten bermaksud melaporkan
Uday Suhada atas pernyataannya tersebut, sekaligus menunjukkan 46 Ponpes
terdiri atas 28 Ponpes dari Kecamatan Pabuaran dan 18 Ponpes dari Kecamatan
Padarincang, yang dianggap fiktif itu tidak benar.
Mereka juga akan mengunjungi beberapa kantor media
pemberitaan sebagai bentuk klarifikasi yang belakangan ini ramai disebut Ponpes
fiktif itu tidak benar.
Pantauan wartawan, tampak para kiyai berdatangan dan
langsung menuju ruang Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polda Banten.
Namun karena terlalu banyak yang datang akhirnya polisi mengarahkan para kiyai
untuk menunggu di mesjid.
KH Juher - pimpinan Ponpes Almuhajirin, Kecamatan
Padarincang, mengatakan kedatangan pihaknya ke Mapolda Banten bertujuan untuk
mengadukan persolan tudingan Uday Suhada terkait Ponpes fiktif yang belakangan
ramai jadi bahan perbincangan. Sebab hal itu sangat menggangu dan membuat gaduh
kalangan masyarakat, terlebih sudah menyebutkan nama daerah Kecamatan Pabuaran
dan Kecamatan Padarincang.
"Datang ke Polda Banten untuk melaporkan atas perkataan
Uday Suhada. Yang dikatakan gaib oleh Uday Suhada itu pesantren mana dari siapa
dasarnya apa," tutur KH Juher.
Dikatakan KH Juher, disebutkan dalam berita Uday Suhada
melakukan investigasi. Sejak kapan melakukan investigasi, bertemu saja dengan
para pimpinan Ponpes di Pabuaran dan Padarincang belum pernah, investigasinya
ke mana?
"Teman-teman yang di Padarincang semuanya merasa belum
pernah bertemu Uday. Bahkan sampai sekarang Uday itu orang mana ketemu juga tidak
pernah. Makanya aneh, sehingga kami datang ke sini takut salah melangkah,"
ucapnya.
Saat ini kondisi masyarakat khususnya kalangan santri,
merasa geram dengan apa yang dituduhkan Uday. Beruntung masih bisa diredam oleh
para pimpinan Ponpes.
"Wajar kami merasa tersinggung merasa terhina, merasa
dianggap apalah oleh Uday Suhada," katanya.
Yang datang ke Mapolda bersama itu semua pimpinan Ponpes,
dan ini hanya sebagian saja yang ikut karena pada masa pendemi jadi diwakilkan
saja. Yang jelas, tidak benar soal fiktif itu, karena keberadaannya benar-benar
ada, bisa dipertanggungjawabkan secara administrasi maupun fisik.
"Saya punya Ponpes sejak tahun 2000. Secara
administrasi ada dan secara fisik ada. Bisa dipertanggungjawabkan," tuturnya.
(*/rls)
0 Comments