Prof. Dr. Din Syamsuddin. (Foto: Istimewa) |
Hal tersebut diungkapkan oleh Din Syamsuddin yang juga adalah
Guru Besar Fakulata Ilmu Sosial dan Politik Universitas Islam Negeri (FISIP UIN)
Syarif Hidayatullah, Ciputat, Jakarta pada Senin (28/6/2021) malam.
“Sikap dan pandangan BEM UI tentang Presiden Joko Widodo
sebagai King of Lip Service mencerminkan sikap anak muda yang kritis,” ujar Din
Syamsuddin dalam keterangan tertulisnya.
Menurutnya, mahasiswa memang diajari untuk berpikir kritis
terhadap realitas kehidupan masyarakatnya. Itu hal biasa di kampus. “Justru
aneh kalau sivitas akademika kehilangan daya kritis, apalagi cenderung
membenarkan yang salah dan menyalahkan yang benar,” tuturnya.
Din Syamsuddin berpesan kepada pihak Rektorat UI agar tidak
menyikapi sikap BEM UI secara represif dan otoriter. Begitu pula, pihak yang
tidak setuju dengan pandangan BEM UI, sebaiknya ajukan argumen dan fakta
tandingan.
“Pandangan BEM UI sebenarnya pandangan banyak orang. Namun,
BEM UI memiliki keberanian moral untuk menyuarakannya. Hal itu harus dipuji,
apalagi jika pandangan itu disertai bukti atau argumentasi. Itu sikap intelektual
sejati,” ucap Din memuji.
Menurut Din Syamsuddin, upaya pembungkaman kritisisme
mahasiswa hanya akan membangkitkan kritisisme kampus yang selama ini
sesungguhnya tidak mati dan tidak bisa dimatikan.
Sementara itu, publik luas menyoroti atas sikap Rektorat UI
lantaran memanggil pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM UI) terkait
postingan ‘Jokowi The King of Lip Service’ di media sosial. Mengutip
detik.com pertemuan itu berlangsung di kampus UI pada Minggu (27/6/21). Ketua
BEM UI, Leon Alvinda Putra hadir bersama teman-temannya, yakni Wakil Ketua BEM
UI Yogie Sani, Ketua DPM UI Yosia Setiadi Panjaitan, dan Wakil Ketua DPM UI II
Adul Rosyid.
Sementara dari pihak Rektorat UI yang hadir, antara lain :
Direktur Kemahasiswaan UI Tito Latif Indra, Kasubdit Kesejahteraan Mahasiswa
UI, Kepala Pengamanan Lingkungan Kampus (PLK) UI, serta Kepala Asrama
UI. BEM UI mengaku sempat ditanyai pihak rektorat apakah unggahan itu bisa
dihapus atau tidak.
“Lebih tepatnya itu berbentuk pertanyaan, bukan permintaan.
Pertanyaannya apakah mungkin bisa di-takedown,” ungkap Ketua BEM UI Leon Alvinda
Putra, Senin (28/6/2021).
Saat ditanya apakah unggahan di media sosial soal ‘Jokowi
King of Lip Service’ itu bisa dihapus atau tidak, “Kami jawab: tidak bisa,”
kata Leon.
Dia ingat, pertanyaan itu disampaikan oleh Kepala PLK UI.
BEM UI tidak mau menghapus karena punya alasan tersendiri. “Karena kita
mempunyai dasar mengkritik Presiden. Kita sudah punya kajian dan apa yang kita
perjuangkan sudah ada datanya,” ujarnya.
Kritikan terhadap Presiden Jokowi itu disampaikan BEM UI
lewat akun Twitternya, @BEMUI_Official pada Sabtu (26/6/2021). Dalam cuitannya,
BEM UI mengunggah foto Jokowi yang sudah diedit dengan background gambar bibir
lengkap dengan mahkota raja.
“JOKOWI: THE KING OF LIP SERVICE,” tulis BEM UI dalam
caption unggah tersebut.
BEM UI menilai Jokowi kerap mengobral janji manis. Namun,
menurutnya, janji Jokowi seringkali tak selaras dengan kenyataan.
“Jokowi kerap kali mengobral janji manisnya, tetapi
realitanya sering kali juga tak selaras. Katanya begini, faktanya begitu. Mulai
dari rindu didemo, revisi UU ITE, penguatan KPK, dan rentetan janji lainnya,”
pungkasnya. (btl)
0 Comments