Ilustrasi tentang lupa. (Foto: Istimewa) |
JIKA sering lupa hal-hal remeh, itu berarti kita termasuk orang
yang cerdas. Betul. Penelitian terbaru menyebutkan demikian. Studi yang
dipublikasikan di jurnal Neuron tersebut mengungkap jika sering lupa hal-hal
kecil justru menunjukkan otak kita dalam keadaan normal dan sehat.
Itu sebagai tanda bahwa otak kita menciptakan ruang baru
untuk informasi yang lebih berguna. Bisa disimpulkan bahwa sering lupa adalah
"tanda otak yang cerdas" karena mampu menampung informasi
selanjutnya.
Penting untuk otak melupakan detail tidak penting dan fokus
pada hal-hal yang akan membantu membuat keputusan di dunia nyata, tutur Blake
Richards dari University of Toronto tentang temuannya. "Jika Anda mencoba
untuk menavigasi dunia dan otak terus saja memunculkan memori lama, itu membuat
Anda sulit untuk membuat keputusan berdasarkan informasi," ungkapnya.
Menurut peneliti, ingatan lebih berguna untuk
mengoptimalisasi pembuatan keputusan intelegensi dengan mengingat apa yang
penting dan melupakan apa yang tidak. Karenanya sering lupa hal-hal kecil tidak
masalah asalkan Anda bisa melakukan banyak hal dengan benar karena ingatan
menyimpan memori yang berguna.
Profesor Richards dan rekannya, Paul Frankland dari UT,
mengusulkan agar ingatan hanya digunakan untuk mengoptimalkan pengambilan
keputusan, dengan mempertahankan informasi berharga dan membiarkan hal-hal
tidak penting lainnya pergi.
Mudah lupa biasanya disebabkan oleh faktor pertambahan usia
dan cukup sering dialami oleh mereka yang berusia lanjut. Kendati demikian,
sifat pelupa terkadang juga bisa dialami oleh orang yang masih muda. Pelupa
dapat menjadi gejala kondisi tertentu yang mungkin sedang diderita, seperti
stres, depresi, atau gangguan tiroid.
Gangguan pada fungsi kelenjar tiroid, seperti hipotiroidisme,
dapat menyebabkan proses metabolisme nutrisi dan pengolahan energi untuk
menunjang fungsi sel tubuh, termasuk sel saraf otak, menjadi lebih lambat. Hal
itu dapat menyebabkan orang yang mengalami gangguan tiroid menjadi pelupa.
Menolak Lupa
Kita harus tetap ingat dan mencari penyelesaian kasus-kasus
tragedi di masa lalu. Tragedi Talangsari 1989, Lampung, misalnya. Komisi
Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) mencatat tragedi Talangsari menelan 130
orang terbunuh, 77 orang dipindahkan secara paksa, 53 orang dirampas haknya sewenang-wenang,
dan 46 orang lainnya disiksa. Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI)
juga membakar seluruh perabotan rumah warga sehingga situasi saat itu sangat
mencekam. Dusun itu sempat disebut sebagai Dusun Mati.
Tengah malam menjelang 7 Februari 1989, Kolonel AM
Hendropriyono memimpin pasukan yang terdiri 3 peleton Batalyon 143 dan satu
peleton Brigade Mobil (Brimob). Pukul 04.00, 7 Februari 1989, pasukan menyerbu
Umbul Cideung, Talangsari.
Sebagaimana dilaporkan majalah Tempo edisi 18 Februari 1989,
sebanyak 246 orang tewas. Semua beragama Islam. Hendropriyono tetap aman.
Penegak hukum tak mampu (atau tak mau, takut?) menjeratnya. Karirnya berkibar,
hingga menjadi Kepala Bakin dan pensiun sebagai jenderal.
Ajaran Islam sudah mengingatkan bahaya lupa. Di dalam
Al-Qur’an disebutkan bahwa orang-orang yang lupa dalam mengingat Allah dapat
mengantarkannya kepada sifat munafik lagi fasik. (QS At-Taubah/9: 67). Lupa
dapat menghalangi kita dalam mencapai tujuan.
Dengan lupa kita akan banyak menemui masalah di dalam
kehidupan. Al-Qur’an juga menyebutkan bahwa orang-orang yang lupa dalam
mengingat Allah dapat mengakibatkan kebinasaan. (QS Al-Furqan/25: 18).
Sifat kurang bersyukur atas segala nikmat yang telah Allah
berikan juga dapat membuat seseorang mudah lupa. Banyak keutamaan dalam berzikir.
Salah satunya dapat menjadikan ingatan lebih kuat dari sebelumnya, karena
adanya pengulangan yang secara rutin dilakukan.
Dalam QS Al-Ahzab/33: 41-42, Allah memerintahkan orang-orang
beriman agar selalu ingat kepada-Nya, mengingat (nama-Nya) sebanyak-banyaknya.
Allah menyuruh kita untuk bertasbih pada waktu pagi dan petang. Ingatlah Allah
selalu. Dengan mengingat-Nya kita tidak akan pernah lalai dari-Nya. (***)
Penulis adalah pemerhati masalah social.
0 Comments