Gambar di atas menunjuk kerja Buoy BPPT mengirim data tentang potensi terjadi tsunami. (Foto: Istimewa) |
"Seperti diketahui telah terjadi gempa bumi dengan
kekuatan 5, 1 Skala Richter (SR) pada 14 April 2021, Jam 13:28:40 WIB dengan
pusat gempa berada di Barat Daya Bayah, tepatnya pada kedalaman 59 kilometer di
bawah permukaan laut. Gempa bumi ini diperkirakan diakibatkan oleh pertemuan
lempeng tektonik di Samudera Hindia yang terus aktif bergerak," ujar
Deputi Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam (TPSA) BPPT Yudi Anantasena kepada
wartawan di Jakarta, Jumat (16/4/2021).
Yudi menjelaskan kKondisi gempa dengan hypocenter yang dalam
dan berkekuatan kurang dari 6, 5 SR tidak memiliki syarat untuk terjadinya
tsunami. Hal tersebut dibuktikan dan diperkuat dengan tidak adanya alert mode
dari Buoy SUN. Buoy ini selalu siaga memantau kondisi perairan laut selama 24
jam 7 hari nonstop dan setiap 15 menit sekali selalu mengirimkan data ke
stasiun penerima di kantor BPPT.
"Sedangkan dalam kondisi alert mode, saat terjadi
tsunami, buoy akan mengirimkan data setiap 15 detik sekali," ucap Yudi.
Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)
Hammam Riza mengungkapkan Tim Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS)
BPPT terus bergerak cepat memasang buoy tsunami sebagai bagian program
penguatan peringatan dini tsunami yang telah diagendakan BPPT sejak tahun 2020 dan 2024 yang akan datang.
"BPPT adalah institusi yang diberi tugas untuk
melakukan pengkajian dan penerapan teknologi deteksi dini tsunami mendukung
BMKG (Badan Meteorologi Kimatologi dan Geofisika) , dengan berbasis buoy, kabel
bawah laut, dan tomografi. BPPT juga mengembangkan kecerdasan buatan pemodelan
tsunami untuk melengkapi sistem deteksi dini yang ada," tutur Hammam.
Sebelumnya sukses melakukan deploy buoy di Perairan Malang
dan Selat Sunda pada awal Maret 2021, dan dilanjutkan dengan deploy Buoy di
Selatan Denpasar, Bali, pada 12 April 2021, kemarin. "Tim InaTEWS BPPT
akan melanjutkan program deploy buoy hingga terdeply 11 buoy di berbagai
perairan Indonesia sampai dengan akhir tahun ini," ujarnya.
Hammam mengungkapkan BPPT mengerahkan 15 pusat teknologi
untuk menjamin program pengembangan deteksi dini tsunami dapat dilakukan dengan
cepat dan sukses, demikian disampaikan oleh M. Ilyas, Direktur Teknologi Pusat
Teknologi Reduksi Resiko Bencana dan sekaligus General Manager Program
Management Office InaTEWS BPPT.
Guna menyebarkan informasi InaTEWS kepada masyarakat, BPPT
telah membangun pusat observasi tsunami Indonesia (InaTOC) melalui website
http://www.inatoc.id/. Selain itu, BPPT juga telah mengembangkan sistem
integrasi informasi kebencanaan dengan nama INDI (Indonesian Network for
Detection Information).
Di dalam sistem INDI telah terintegrasi berbagai data
kebencanaan dan data pendukung lainnya. Masyarakat dapat langsung mengakses
informasi yang ada di sistem INDI melalui website dan ikut memantau kondisi
kebencanaan di Indonesia. Website INDI dapat diakses di http://indi.bppt.go.id,
pungkas koordinator INDI BPPT, melengkapi informasi yang ada. (dade)
0 Comments