Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) minta Menkumham tidak mengesahkan hasil KLB. (Foto: Istimewa) |
KONGRES Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat di Sibolangit,
Sumatera Utara, Sumut, disebut sebagai Kongres Abal-abal karena sudah
dipastikan melabrak Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Partai
Demokrat. Tetapi apa peduli karena ini bukan misi kader untuk memperbaiki
Partai Demokrat melainkan misi mengacak-acak atau mengambil alih (Mengkudeta) kepemimpinan
Partai Demokrat secara paksa. Yang dimulai dengan pembelahan dua kepengurusan.
Dan aksi Kudeta yang dialami oleh Partai Demokrat ini rakyat
dapat dengan mudahnya membaca bahwa tindakan ini adalah permainan Kasar
Moeldoko yang menjadi kepanjangan tangan kekuasaan. Bukan pribadi semata.
Moeldoko adalah Kepala Kepala Staf Presiden (KSP) yang
bermukim di Istana. Dan saat ini muncul pernyataan bahwa Polisi tidak
mengizinkan digelarnya KLB Abal-abal tersebut digelar tetapi polisi juga tidak
berani untuk membubarkan. Masalah internal katanya.
Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sang Ketua Umu (Ketum) yang Diguliangkan
oleh Moeldoko mengancam untuk melawan, dan Susolo Bambang Yudhoyono (SBY) minta
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham) untuk tidak mengesahkan hasil
KLB Abal-Abal tersebut.
Andi Arief berkoar Istana akan digeruduk. Tentu semua akan
melihat bukti-bukti nyata untuk membuat Istana gentar, jika tidak ya nasib
berbicara lain Menkumham akan mengesahkan hasil KLB Abal-Abal dan itu artinya
matilah SBY dan AHY. Dan Partai Demokrat Abal-Abal akan berubah menjadi Partai
Demokrat baru tangan Istana, koalisi hasil kooptasi atau aneksasi. Persetan
dengan demokrasi, katanya !
Demokrasi dipersetankan dan diplesetkan menjadi democrazy.
Kekuasaan orang-orang gila. Gila kekuasaan dan gila kejumawaan. Dalam era
transaksional, menjadi gila kekayaan juga. Memalukan ? Sudah terlalu banyak
kasus hingga kebal dengan peristiwa memalukan atau memilukan. Yang
penting tujuan dapat tercapai dan rakyat aman aman atau diam-diam saja.
Sebenarnya sinyal gerakan Kudeta sudah tercium beberapa
waktu lalu, dan menjadi bahasan publik. Akan tetapi AHY dan SBY tak nampu
menahan gerakan hingga terlaksana KLB di Deli Serdang. Gerakan gaya Orde Baru
dijalankan oleh rezim berbau Orde Lama. Membuldoser reformasi yang goyah dan
hampir mati diserang pandemi. Virus politik suka-suka.
Permainan kasar atau radikalisme Moeldoko untuk satu tahap
telah berhasil membuat pembelahan Partai Demokrat. SBY tengah mengurut dada
sambil berdendang "sakitnya tuh di sini" sementara mungkin Jokowi
menyanyi "kau yang mulai, kau yang mengakhiri" lalu Moeldoko
menimpali dengan lagu Queen "we are the champions" walaupun mungkin
lirik pendek "we can be heroes, just for one day" David Bowie.
Permainan Kasar politik Moeldoko tidak akan mendapat
peluit pelanggaran dari wasit. Karena wasit permainan itu adalah Aku. (***)
Penulis adalah Pemerhati Politik dan Kebangsaan.
0 Comments