Walikota Tangerang Arief R. Wismansyah berdialog dengan seorang pedagang keliling. (Foto: Pemerintah Kota Tangerang) |
Hal itu pun direalisasikan melalui program Kampung Tangguh
Jaya Siaga Corona atau biasa dikenal dengan Kampung Si Gacor. Yaitu program
penanggulangan pandemi Covid-19 yang dimulai dari Rukun Tetangga (RT) dan Rukun
Warga (RW). Tidak tanggung-tanggung, sudah 1.014 Kampung Si Gacor terbangun di
104 kelurahan se-Kota Tangerang.
Diketahui, Kampung Si Gacor merupakan partisipasi warga,
melalui kesiapsiagaan dan kepedulian bersama untuk menjaga kesehatan, keamanan
di lingkungan masing-masing secara swadaya. Selain itu, Kampung Si Gacor juga
difungsikan untuk monitoring sebaran kasus Covid 19, baik yang terkonfirmasi
positif maupun bergejala hingga mereka yang isolasi mandiri.
Dalam realisasinya, Kampung Si Gacor ada dalam kendali para
Satuan Tugas (Satgas) gugus Covid-19, di tingkat RT dan RW dengan tugasnya
masing-masing. Di antaranya, memastikan jalannya penerapan protokol kesehatan,
ketersediaan fasilitas, memastikan tidak terjadinya kerumunan hingga terus
mendorong kesadaran masyarakat akan protokol kesehatan.
“Untuk mendukung Program Kampung Si Gacor, Pemkot Tangerang
pun telah mengerahkan seluruh OPD, camat dan lurah di masing-masing wilayah,
untuk tidak putus berkolaborasi bersama masyarakat, sehingga informasi dan
komunikasi terkait Covid-19 dapat cepat dan tepat tertangani,” ungkap Wali Kota
Tangerang Arief R. Wismansyah.
Ia pun menuturkan dalam penyebaran Covid-19, klaster
keluarga masih menjadi peringkat tertinggi, yakni sebanyak 35 persen. “Dengan
itu, kami yakin Program Kampung Si Gacor menjadi solusi tepat, serta bisa
menjadi garda terdepan dalam penekanan angka penyebaran Covid-19, mulai dari
rumah atau keluarga, selanjutnya baru lingkungan sekitar,” tegas Wali Kota.
Hal ini pun telah dibuktikan para warga di RW 01, Kelurahan
Gaga, Kecamatan Larangan, Kota Tangerang, yang berhasil keluar dari zona merah
melalui Program Kampung Si Gacor.
Seperti kata Ketua RW 01, Kelurahan Gaga, Opick Baharudin,
sebelumnya ada 293 warga atau 30 persen warganya yang terpapar. Namun kini,
wilayahnya sudah menjadi zona hijau dengan nol pasien.
“Kami rutin melakukan program mingguan, mulai dari
penyemprotan disinfektan ke rumah-rumah, pengecekan suhu setiap harinya di gang
masuk, menyediakan fasilitas cuci tangan hingga menegur dan memberikan masker
bagi warga maupun pengunjung yang tak menggunakan masker. Tak hanya itu, kami
juga sukses melalui program satu kader satu rumah dan satu satgas satu rumah
yang kita jalani selama ini,” ungkap Opick.
Lanjutnya, dalam penanganan Covid-19 ini, selain terkait
protokol kesehatan, para warga RW 01 juga mengaktifkan lumbung pangan. Mulai
dari beragam bantuan dari Pemkot Tangerang, warga RW 01 juga menjalankan
program ketahanan pangan dengan berbudidaya ikan, hingga bercocok tanam
produktif.
“Hasil dari lumbung pangan, kami para warga salurkan kepada
mereka yang melakukan isolasi mandiri di rumah, atau para warga yang
membutuhkan karena terdampak ekonomi, guna meringankan beban kebutuhan rumah
tangga,” imbuhnya.
Walikota Tangerang Arief R. Wismansyah dalam kunjungan menyapa warga. (Foto: Pemerintah Kota Tangerang) |
“Yang terpenting, melalui Kampung Si Gacor kebersamaan antar
warga sangat terbangun. Pada saat ada warga yang positif Covid-19, itu tak lagi
menjadi sebuah aib, tidak menjauhi mereka yang terpapar. Bahkan sebaliknya,
membantu segala kebutuhan dan membantu keluarga lainnya agar tidak terpapar.
Maka, klaster keluarga di wilayah RW 09 Buaran Permai cukup tertangani,”
katanya.
Sementara itu, pada 2020 di Kota Tangerang tercatat ada 151
ribu Kepala Keluarga (KK) yang terdampak pandemi. Pemkot Tangerang pun telah
menyiapkan Jaring Pengaman Sosial (JPS) berupa bantuan langsung tunai dan
sosial berupa beras melalui program lumbung warga. Selain itu, adanya program
ketahanan pangan dengan mengajak 47 Kelompok Wanita Tani (KWT) yang tersebar di
104 kelurahan.
Salah satunya, KWT Anthurium di Jalan Perumahan Pondok Arum,
RT 06, RW 03, Nambo Jaya, Kecamatan Karawaci. Ketua KWT Anthurium Yulia
Darmawan mengungkapkan sudah memiliki 40 anggota dan berhasil mengajak 60
rumah, untuk memanfaatkan pekarangannya menjadi lahan bercocok tanam.
“Hasil bercocok tanam di rumah, selain bisa dikonsumsi
sendiri juga untuk menekan biaya belanja. Tak sedikit dari mereka juga
menjualnya, sehingga bisa menjadi tambahan ekonomi warga di tengah pandemi.
Sebagian hasil bercocok tanam ini juga kami manfaatkan untuk mengisi lumbung
warga, yang secara rutin dikirim ke warga yang isolasi mandiri dan mereka yang
terdampak secara ekonomi,” ungkap Yulia.
Saat ini, Kampung Si Gacor pun menjadi pemantik awal
lahirnya Kampung Tangguh Jaya Si Gacor (KTJ-Si Gacor). Sebuah terobosan baru
atas kolaborasi Pemkot Tangerang bersama Polres Metro Tangerang Kota, dalam
menyikapi Surat kemendagri dan Kapolda Metro Jaya. Dalam rangka implementasi
penerapan PPKM Mikro dan penekanan angka penyebaran Covid-19 di lingkungan
rumah warga. (Adv)
0 Comments