![]() |
Pengrajin tahu dan tempe kumpulkan tanda tangan minta berantas kartel. (Foto: Bambang TR/TangerangNet.Com) |
Fajri Sa'fii selaku Ketua Bidang Hukum Sedulur Pengerajin
Tahu Indonesia (SPTI) mengatakan aksi mogok produksi tersebut dilakukan oleh
komunitas SPTI. Para pengrajin tahu dan tempe tersebut melakukan aksi mogok
produksi dengan harapan keluhannya akan dapat didengar oleh Pemerintah pusat
agar harga kedelai bisa kembali seperti semula. Dan aksi mogok produksi tersebut
dilakukan akibat dipicu oleh kenaikan harga kedelai yang melonjak dan
membumbung tinggi hingga mencapai 35 persen.
Fajri menyebutkan saat ini lonjakan harga kedelai mencapai
kisaran harga Rp 9. 500 sampai Rp 10. 000/kg. Jauh dari harga sebelumnya yang
hanya Rp 7. 000/kg saja.
"Kenaikan harga kedelai ini menyebabkan para pengrajin
tahu dan tempe mogok produksi, karena pengrajin tidak sanggup untuk membeli
kedelai dengan harga yang sangat mahal," ujar Fajri Sa'fii.
Terkait lonjakan harga kedelai tersebut, Fajri menilai Pemerintah
seperti diam saja dan tidak mengambil tindakan apapun terhadap kenaikan harga kedelai.
Bahkan pihaknya menduga, dalam kenaikan harga kedelai yang saat ini terjadi
disebabkan adanya praktek kartel dan monopoli permainan harga dari para
investor nakal.
"Kalau melihat Peraturan Menteri Perdagangan nomor:
24/M-DAG/PER/5/2013 tentang ketentuan import kedelai dalam rangka stabilitas
harga kedelai. Peraturan ini dianggap menghambat tumbuhnya importir baru yang
menyebabkan seseorang importir lama semaunya menetukan harga, dan melakukan
kesepakatan harga atau kesepakatan pembagian wilayah pemasaran. Hal ini jelas
bertentangan dengan Undang Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang praktek monopoli
dan persaingan usaha yang tidak sehat," ungkap Fajri.
Ketua Umum Sahabat Pengrajin Tempe Pekalongan (SPTP)
Indonesia Haryanto mengaku tak sedikit para pengrajin yang tergabung dalam
organisasinya banyak yang gulung tikar akibat dari kenaikan harga kedelai.
Pengrajin tahu dan tempe asal Pekalongan yang kini tinggal di Tangerang itu
berharap kepada Pemerintah untuk bisa menekan kembali harga kedelai seperti
semula.
"Dengan adanya kenaikan harga kacang kedelai import
yang sangat tinggi dari Rp 7000, dan kini melonjak menjadi Rp 9.500/kg telah
menimbulkan keresahan dan ancaman gulung tikar usaha. Lonjakan harga ini akan
memicu para pengrajin gulung tikar. Kami berharap kepada Pemerintah pusat untuk
bisa menstabilkan kembali harga seperti semula," tutur Haryanto.
Sementara, salah satu pedagang tahu dan tempe, Tarjumi, 60,
mengaku ngos-ngosan akibat kenaikan harga kedelai tersebut. Akibat dampak mogok
produksi tiga hari yang dilakukan para pengrajin membuatnya nganggur.
"Dampak mogok selama tiga hari ini sangat jelas, karena
ini saya nganggur dan tidak ada pemasukan apa-apa. Kita sebagai pedagang kecil
supaya Pemerintah mengerti apa yang dirasakan pedagang kecil. Kami berharap Pemerintah
bisa menstabilkan harga kedelai, kalau bisa kembali lagi melalui Bulog,"
harap Tarjumi.
0 Comments