![]() |
Ilustrasi kematian Sigit Setiawan. (Foto: Istimewa) |
Sigit Setiawan merupakan tahanan Satnarkoba yang ditangkap
pada 1 Desember 2020. Sigit Setiawan diciduk aparat Satnarkoba Polres Tangsel
di kawasan Pamulang dan dijerat Pasal 114 ayat (1) subsider Pasal 112 ayat (1)
Undang-Undang (UU) Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika.
RI, 29, seorang perwakilan warga kepada media mengatakan
sejak penangkapan itu dirinya baru sempat membesuk Sigit Setiawan ke Polres
Tangsel pada 9 Desember 2020. Saat bertemu dengan Sigit Setiawan, kondisinya
diberbagai tubuhnya sudah dalam kondisi yang sangat mengenaskan. Terdapat
banyak luka lebam, luka terbuka, hingga bekas luka bakar di bagian lehernya.
"Jadi, perwakilan keluarga yang pertama kali membesuk
itu saya sama satu orang lain dari keluarga juga. Kami bertemu di Polres Tangsel.
Kondisinya sudah parah. Saya tidak tega lihatnya. Banyak luka bekas penganiayaan,
ada luka bakar di leher itu kelihatan banget. Mau bicara saja dia sudah susah,
karena dadanya sakit, mungkin memar," ujar RI, Rabu (16/12/2020).
RI menjelaskan saat itu tidak berani untuk menanyakan
luka-luka yang dialami Sigit Setiawan lantaran ada seorang anggota polisi yang
mendampinginya dengan ketat. Dengan bahasa isyarat, Sigit memintanya agar RI
tak perlu menanyakan luka tersebut.
"Waktu itu ada satu petugas yang ngawal kita bertemu.
Jadi dia (Sigit) minta jangan bahas soal itu," ucap RI.
Namun tidak disangka pertemuan dengan Sigit Setiawan saat
itu menjadi momen terakhir RI bertatap muka langsung dengannya. Sebab, pada
Jumat, 11 Desember, pihak Polres Tangsel menghubungi keluarga untuk mengabarkan
bahwa Sigit telah meninggal dunia karena sakit. Dan jenazahnya berada di RSU
Tangerang.
"Sigit itu sehat sebelum tertangkap, dia sehat-sehat
saja. Kerjanya kan bagian teknisi otomotif. Terus dikabarin hari Jumat, dia
sudah meninggal karena sakit. Tapi tidak ada penjelasan medis sakitnya
apa," ujar RI.
Dan kejanggalan keluarga korban semakin menguat, saat
petugas menolak keinginan pihak keluarga yang akan menjemput jenazah untuk
memandikan dan mengkafani. Dikatakan RI, ketika itu petugas menyebut bahwa
mereka yang akan mengurus jenazah hingga siap dimakamkan.
"Kita makin curiga. Kita tidak diberi memandikan dan
mengkafani jenazah. Jadi semuanya itu diurus oleh petugas kepolisian saja. Jadi
nanti diantar dan tinggal dimakamin saja," ungkapnya.
Dan berdasarkan kesepakatan, akhirnya petugas mengantar
jenazah Sigit Setiawan ke salah satu rumah keluarga di kawasan Jakarta Timur.
Dan sebuah mobil ambulan berplat nomor warna hitam tiba di sana, dan dikawal
dengan satu unit mobil lainnya yang berisikan 4 petugas kepolisian berpakaian
sipil.
"Jadi akhirnya jenazah Sigit diantar ke Cawang, Jakarta
Timur. Kata petugas harus buru-buru dimakamkan karena kasihan kalau terlalu lama.
Tapi anehnya, itu yang antar bukan mobil ambulan dari RSU (Rumah Sakit Umum),
plat nomornya hitam. Akhirnya jenazah kita bawa ke kampung," ujarnya.
Menyadari jika Sigit Setiawan meninggal tidak wajar, pihak
keluarga pun tidak bisa berbuat banyak selain berharap polisi berani mengungkap
kejadian itu. Dikatakannya, secara moral pihak keluarga tidak terima dengan
penganiayaan tersebut. Akan tetapi karena merasa warga tak mampu, keluarga
korban memilih mengikhlaskan kepergian Sigit.
Sementara itu, pihak Polres Tangsel yang telah berulang kali
dikonfirmasi oleh para awak media, tidak memberikan jawaban atas kematian Sigit
Setiawan yang diduga kuat dianiaya dalam sel tahanan. Baik Kasat Narkoba Iptu
Yulius, Kasubag Humas Polres Tangsel AKP Turharyono, maupun Kapolres Tangsel
AKBP Iman Setiawan kompak tak memberikan respon kepada para wartawan.
Sementara itu, Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW)
Neta S. Pane ikut menanggapi kejanggalan penyebab tewasnya tahanan narkoba di
kantor Polres Tangsel. Menurut Pane, kematian tersangka itu sangat aneh.
Apalagi sebelum tewas dan saat keluarganya membesuk, kondisi tersangka sudah
parah.
"Misalnya, di jidatnya ada luka robek, leher
belakangnya ada luka kayak bekas tetes-tetesan plastik dibakar. Kelingking
kanannya patah. Waktu diajak ngobrol, kelihatan tersangka sedang menahan sakit,
mungkin karena badannya ada yg luka. Selain itu, saat tersangka tewas
keluarganya dipersulit untuk melihat jenazah," tutur Neta. (btl)
0 Comments