![]() |
Tjahja Gunawan (Foto: Istimewa/koleksi pribadi) |
Oleh: Tjahja Gunawan
SEPULANG dari Arab Saudi pada 10 November 2020, kini setiap
gerakan Imam Besar Habib Rizieq Shihab selalu dipantau, diikuti, dan
dicari-cari kesalahannya. Sehingga wajar kalau kemudian ada meme yang beredar
di grup-grup WhatsApp (WA), "Semut yang mati pun sengaja dicari.
Barangkali aja kematiannya akibat diinjak Habib Rizieq".
Sejumlah kalangan yang memiliki otoritas di bidang Polkam (politk
dan keamanan) menyebutkan bahwa Habib Rizieq Shihab kini sedang dalam operasi
intelejen. Operasi ini dijalankan oleh oknum aparat kepolisian, pejabat
birokrasi dan TNI serta sejumlah kelompok massa bayaran.
Oleh karena itu, operasi intelejen ini bukan hanya menargetkan
Markas Front Pembela Islam (FPI) di Kawasan Petamburan Jakarta, tetapi juga
Pondok Pesantren Alam dan Agrokultural Markaz Syariah di Kecamatan Megamendung,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Bahkan ketika Habib Rizieq Shihab melakukan
general check up di Rumah Sakit (RS) Ummi Bogor, rumah sakit tersebut tidak
lepas dari kegiatan operasi intelejen juga. Tiba-tiba Wali Kota Bogor Bima Arya
murka kepada RS Ummi hanya karena menerima pasien bernama Habib Rizieq Shihab
yang melakukan check up kesehatan di RS tersebut.
Ketika Habib Rizieq mengunjungi cucunya di Perumahan Mutiara
Sentul Bogor, Jawa Barat, juga tidak lepas dari rangkaian operasi intelejen.
Sejumlah massa bayaran sengaja mendatangi kompleks perumahan tersebut sekaligus
meminta agar Habib Rizieq keluar dari kawasan tersebut karena Imam Besar
Umat Islam ini dianggap sudah terpapar Covid-19.
Nah Covid-19 inilah yang sekarang dijadikan instrumen untuk
memukul ruang gerak Habib Rizieq. Covid19 telah dijadikan alat untuk mencegah
rencana safari dakwah Habib Riziek di Tanah Air. Kegiatan dakwah itu sebenarnya
disusun berdasarkan permintaan dari para tokoh ulama dan masyarakat di sejumlah
daerah di Indonesia. Mereka sangat rindu dengan tausiah Habib Rizieq. Maklum
sudah tiga setengah tahun Umat Islam tidak mendengar langsung Pidato Habib
Rizieq yang menggelegar tentang amar ma'ruf nahi munkar.
Rencana safari dakwah tersebut juga sudah disampaikan Ketua
Umum Front Pembela Islam (FPI) KH Shobri Lubis, pada saat peringatan Maulid
Nabi Muhammad SAW di Kawasan Petamburan Sabtu malam, 14 November 2020. Namun
rupanya rezim penguasa Jokowi merasa gusar dengan pidato Habib Rizieq tentang
Revolusi Akhlak.
Sangat boleh jadi Jokowi merasa tersaingi dengan pidato
Habib Rizieq soal Revolusi Akhlak karena program Revolusi Mental yang
dicanangkan Jokowi sejak Pemilu Presiden tàhun 2014 sampai sekarang tidak
menampakan hasil yang signifikan. Bahkan kinerja pemerintahan terus menurun
akibat banyaknya pejabat yang korupsi. Sementara utang pemerintah dan Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) terus membengkak sedangkan keuangan negara mengalami
defisit.
Saat ini rezim penguasa masih terus mencari cara untuk bisa
menangkap Habib Rizieq Shihab. Sangat boleh jadi mereka merasa ruwet menghadapi
strategi yang digunakan Habib Rizieq. Upaya provokasi yang dilakukan aparat keamanan
dengan menggunakan institusi TNI sudah dilakukan dengan mengerahkan sejumlah
pasukan TNI lengkap dengan kendaraan perangnya ke Kawasan Petamburan.
Pemeriksaan kesehatan (tes swab) dalam rangka pelaksanaan protokol kesehatan
juga sudah dilaksanakan.
Namun rencana mereka untuk menjadikan Kawasan Petamburan
sebagai klaster baru Covid-19 ternyata gagal karena berdasarkan pemeriksaan
kesehatan terhadap masyarakat di sana hasilnya negatif.
Justru episentrum Covid-19 sekarang pindah ke Jawa Tengah.
Narasi dan opini yang sekarang hendak dibangun rezim
penguasa adalah menjadikan Habib Rizieq Shihab sebagai sosok penyebar penyakit
Covid-19. Namun kenyataannya justru terbalik. Berdasarkan general check up
beliau di RS UMMI Bogor, Habib Rizieq Shihab justru dinyatakan sehat walafiat.
Alhamdulillah.
Pemberlakuan protokol kesehatan yang ketat tampaknya hanya
berlaku bagi Habib Rizieq Shihab. Sementara kerumunan massa pada kampanye anak
mantu Jokowi dalam rangkaian Pilkada di Kota Solo (Jawa Tengah) dan Medan
(Sumatera Utara), justru diabaikan. Sebaliknya kegiatan Maulid Nabi Muhammad
SAW pada Sabtu 14 November lalu di kawasan Petamburan, malah dipersoalkan dan
dicari-cari kesalahannya.
Kalau rezim penguasa Jokowi terus mencari-cari kesalahan
agar bisa menahan Imam Besar Umat Islam Habib Rizieq, risiko politiknya sangat
besar. Penahanan Habib Rizieq justru bisa memicu aksi massa turun ke jalan
untuk melakukan gerakan People Power.
Gerakan People Power ujungnya bisa pada gerakan penggulingan
kekuasaan presiden secara paksa melalui aksi demonstrasi rakyat. Jika seluruh
rakyat sudah turun ke jalan, sangat mungkin Presiden Jokowi akan dipaksa untuk
melektakkan jabatannya karena dinilai telah melanggar konstitusi atau melakukan
penyimpangan.
Munculnya gerakan People Power merupakan perlawanan dan
bentuk protes terhadap bentuk kezaliman dan kesewenangan para penguasa. Pasca
pemilu di Indonesia 2019 lalu, istilah People Power sebenarnya sudah mulai
ramai diperbincangkan. Banyak rakyat Indonesia yang ingin memberontak terhadap
berbagai kebijakan penguasa yang menyimpang. Masyarakat meyakini bahwa ada yang
tidak beres di balik sistem pemerintahan yang berjalan selama ini. Pemerintah
dikendalikan oleh kekuatan oligarki dan para cukong yang memiliki dana tak
terbatas.
Di Indonesia, gerakan People Power pernah terjadi ketika
masyarakat menggulingkan rezim Presiden Soeharto pada Mei 1998 yang menuntut
reformasi dan perubahan. Salah satu faktor yang memicu rakyat Indonesia meminta
perubahan adalah fenomena krisis moneter sejak Juli 1997.
Akibat adanya krismon, amarah rakyat Indonesia tak
terbendung lagi. Mereka menuntut perubahan hingga turun ke jalan. Dari sanalah
lahir Orde Reformasi yang ditandai dengan lengsernya Soeharto, Presiden kedua
Republik Indonesia.
Saat ini kondisi Indonesia tidak jauh berbeda dengan tàhun
1998 bahkan sekarang jauh lebih parah.
Sebagian kalangan ada juga yang menganalisa, rezim penguasa
sekarang bisa saja melakukan "bunuh diri politik". Yakni skenario
penggulingan kekuasaan melalui People Power yang sengaja dirancang oleh penguasa
sendiri karena ketidakmampuan mengatasi persoalan ekonomi saat ini. Lalu nanti
yang dijadikan sebagai kambing hitamnya adalah Umat Islam. Walloohu a'lam
bisshowab. (***)
Penulis adalah wartawan senior
0 Comments