Gubernur Banten H. Wahidin Halim (Foto: Istimewa) |
NET - Gubernur Banten H. Wahidin Halim (WH) menyayangkan
berbagai pelanggaran protokol kesehatan di wilayahnya. Jika sebelum Lebaran
kemarin Gubernur Banten memantau atas penumpukkan penumpang di Bandara Soekarno
Hatta, saat ini geram atas berbagai pelanggaran protokol kesehatan di Stasiun
KA Rangkasbitung, Lebak, yakni kemarin ada peristiwa para penumpang dan masyarakat
berdesak-desakan, berkerumun, bersentuhan, tidak ada social distancing sama
sekali.
"Pada waktu PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar-red)
kita kan telah sepakat untuk memperketat transportasi Kereta Api dengan pola
dan pendekatan protokol kesehatan yang ketat," tutur Gubernur WH.
Hal ini diungkapkan Gubernur Banten Wahidin Halim seusai Rapat
Koordinasi dalam rangka Evaluasi Penanganan Covid-19 dan Pembahasan Tatanan
Normal Baru pada masa pandemi Covid-19 pada Selasa (9/6/2020) di Rumah Dinas Gubernur,
Jalan Ahamad Yani, Kota Serang, Banten.
Ditambahkannya, hal itu sangat mendegradasi (menurunkan)
upaya Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten, di mana sebelumnya data yang
terkonfirmasi positif Covid di Banten saat itu sudah sangat landai bahkan
perhari itu hanya 2 sampai dengan 4 orang yang tercatat positif. Tapi semenjak
Lebaran kemarin dan begitu dibuka ruang transisi mulai ada
pelanggaran-pelanggaran dan naik sampai 14 orang, bahkan hingga 22 orang
terkonfirmasi positif setiap harinya.
Beberapa daerah di Banten yang tadinya zona hijau, kata
Gubernur, kini sudah menjadi zona kuning. Selama ini pihaknya sudah sangat
menjaga area Zona Merah dan Kuning di wilayah Banten. Hal ini dilakukan karena memahami
jika Tangerang Raya dan DKI Jakarta itu tidak bisa dipisahkan.
“Walaupun beda wilayah administrasi tapi secara fisik
merupakan satu kesatuan, mobilisasi tiap hari dari pagi berangkat dan sore
pulang lagi ke Tangerang dan dengan dibukanya kran transisi sekarang pekerja di
Jakarta menimbulkan kekhawatirannya,” ungkap Gubernur.
Oleh karena itu, kata Gubernur, tidak menutup kemungkinan
mereka bersentuhan di tempat kerja. Sebagian besar pekerja di DKI Jakarta itu
baik yang di kantor pemerintahan maupun kantor swasta termasuk pekerja di
sektor informal itu didominasi oleh masyarakat yang tinggal di Bodetabek
(Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi) termasuk di antaranya Tangerang Raya.
"Bagaimana kita bisa memutus mata rantai jika
pendekatan protokol kesehatannya belum terselesaikan," ungkapnya.
Persoalannya sekarang, kata Gubernur, adalah mau
menyelesaikan covid-19 atau mau mengedepankan persoalan ekonomi. Karena, hal
ini tidak bisa diparalelkan bersama baik antara urusan ekonomi dan penyelesaian
pandemi, seperti mall boleh dibuka. Sudah jelas orientasi mall kan selalu ingin
banyak pengunjung sementara konsep sisi protokol kesehatannya agar kita dapat memutus
mata rantai penularan.
"Dari pertama persoalan lock down, PSBB hingga ke masa
transisi dan sekarang new normal, saya belum bisa membayangkan akhirnya
bagaimana dan formulasinya,” ujar Gubernur Banten Wahidin Halim.
Demikian juga soal tempat peribadatan, karena menurutnya
beberapa Kapasitas masjid di beberapa area luasnya terbatas. Sementara
jamaahnya banyak walaupun sudah diberikan tanda tapi tetap saja jamaahnya
bergerombol masuk sehingga jadi over kapasitas, kecuali Masjid Agung atau
masjid besar lainnya.
"Sebagai Gubernur sejak awal tidak banyak komentar tapi
saya terus bekerja, memantau dan terus melakukan aktifitas sosialisasi untuk
upaya pencegahan, karena polanya berubah-ubah dan kurang sinergi antara satu
daerah dengan daerah lainnya. Akhirnya, saya rasakan menjadi kurang efektif,"
ujar Gubernur Banten WH.
Ditambahkannya, jika selama ini di wilayahnya TNI, Polisi,
dan Aparatur Pemda sudah bahu membahu bekerja keras dalam upaya memutus mata
rantai penularan, tapi saat ini ada pilihan lain yang mengutamakan normalisasi ekonomi dengan
memberikan keleluasan dan kesempatan bagi sektor swasta untuk memulai usahanya
kembali. Tetapi di sisi lain harus terus
menerapkan protokol kesehatan.
Jadi saat ini harusnya lebih tegas lagi dan diberikan sanksi
kepada pelanggaran, termasuk penekanan-penekanan kepada pengusaha atau
perusahaan untuk benar-benar menerapkan protokol kesehatan di tempat kerjanya,
kata Gubernur.
"Sudah banyak
contoh di negara lain yang terjadi. Kalau kita tidak konsisten dan tidak
saling melindungi, apalagi sebatas karena alasan ekonomi dan kita tidak
indahkan rambu-rambu protokol kesehatan soal pandemi. Saya tidak tahu bagaimana
ke depannya nanti," ucap WH. (*/pur)
0 Comments