Dokter Kemas Abdur Rohim, MARS, M Kes, Sp Ak. (Foto: Istimewa/koleksi pribadi) |
Oleh: dr. Kemas Abdur Rohim, MARS, M.Kes, Sp.Ak.
DALAM kurun waktu 1 bulan lebih
sejak diumumkannya adanya kasus Covid-19 di Indonesia oleh Presiden Jokowi pada
2 Maret 2020 hingga tanggal 7 April 2020 sudah tercatat 2.738 pasien positif
Covid-19, sembuh 204 orang dan yang
meninggal sebanyak 221 orang, termasuk 27 orang dokter (12 persen) dari jumlah
pasien yang meninggal akibat positive Covid-19 .Tertinggi jika dibandingkan
tenaga medis yang meninggal di Luar Negeri (LN) : USA 0.02 persen, UK 0.17 persen, Italia 0.53 persen, Iran 0.84 persen.
Namun jika kita cermati, dari 27
dokter itu ada 4 orang dokter gigi. Lainnya beragam, baik dokter umum maupun
spesialis(Sp.THT, Sp.OT, Sp.KJ, Sp.B, Sp.BS, hanya 1 orang Spesialis Paru yang
positif itupun setelah pulang dari LN). Ada 3 orang di antaranya bekerja
sebagai manajemen dan tidak praktek, di
samping 4 orang dokter yang dikabarkan meninggal namun penyebabnya karena
penyakit jantung 2 orang, diabetes 1 orang, dan stroke 1 orang.
Belum ada kabar kalau dokter yang
menangani Covid- 19 di Rumah Sakit (RS) Rujukan Covid-19 meninggal.
Paling tidak, jadi pengalaman para
sejawat dokter pentingnya Alat Pelindung Diri (APD) saat - praktek untuk
berhati-hati dalam menjalankan praktek karena tidak mungkin untuk menolak
pasien.
Kita ketahui bahwa penyebaran
penyakit Covid 19 ditularkan melalui droplet ataupun aerosol. Maka penting
sekali dilakukan sosial distancing, physical distancing minimal 1.5m dan
penggunaan masker bagi seluruh masyarakat di tempat umum.
Tidak kalah pentingnya pasien juga
harus jujur, jika seandainya yang bersangkutan sudah kontak dengan pasien
Covid-19 dalam 2 minggu terakhir saat konsultasi dengan dokter. Karena hal itu
penting untuk kewaspadaan dokter.
Khususnya dokter gigi, dokter spesialis THT (tenggorok, hidung, dan
telinga) yang praktek baik di RS maupun klinik atau pribadi dengan melakukan
tindakan harus mengenakan APD lengkap, paling tidak level 2 dengan masker N-95,
face shield, walaupun pasiennya tanpa gejala Covid-19.
Walaupun belum ada kasus dokter
meninggal di garda depan RS Rujukan
Covid-19, perlu juga menjadi perhatian bagi manajemen RS dan Pemerintah agar
menyediakan APD lengkap bagi tenaga kesehatan dan tenaga medis di RS yang ada
di seluruh Indonesia .
Selanjutnya bagi masyarakat, mari
kita saling bahu-membahu melawan wabah virus Corona ini sesuai dengan tugas dan
kewajiban masing-masing. Hindari kerumunan, diam di rumah lebih baik jika tidak
ada kepentingan yang mendesak untuk keluar. Jika terpaksa keluar rumah harus
ingat, gunakan masker, boleh masker kain 3 lapis, dan dicuci setelah digunakan
kurang dari 4 jam.
Cucilah menggunakan deterjen,
boleh ditambah pemutih/chlorin dan dijemur di bawah sinar matahari. Mari kita
bantu pemerintah menekan penyebaran Covid-19 ini dengan diam di rumah agar RS
dan para dokter tidak kewalahan menangani wabah ini.
Ingat, bahaya penyakit ini karena
penyebarannya yang cepat. Mari kita stop rantai penularannya bersama. Insya
Allah kita menang, bisa melewati wabah ini tanpa banyak korban jiwa.
Salam sehat, tetap semangat. (***)
Penulis adalah:
1. Ketua Ikatan Alumni Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya (Unsri), DKI Jakarta.
2. Ketua Ikatan okter Indonesia (IDI) Jakarta Pusat: 2015-2018
0 Comments