Berita Terkini

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Kerendahatian Kapolri Idham Azis

Kapolri Jenderal Polisi Idham Azis.
(Foto: Istimewa/koleksi pribadi) 



Oleh: Varhan Abdul Azis

PENULIS membuat ini bukan karena punya nama belakang sama dengan Kapolri.  Penulis tidak satu marga, beliau Orang Sulawesi, penulis blasteran Bali - India. Tidak ada kaitan saudara, kecuali dari Nabi Adam.

Kemarin lusa, penulis mendapat undangan menghadiri Peresmian Indonesia Safety Driving Center (ISDC). Penulis semangat  hadir karena suka latihan freestyle angkat-angkat roda motor, ngepot atau gaya-gaya, mau belajar safety driving juga. Di sana Pak Idham hadir membuka.

Penulis belum pernah bertemu beliau! Kecuali dari teve dan media, sebagai penulis cukup tertarik degan gaya-gaya egaliter beliau saat pidato, dari video youtube.  Ada nuansa tanpa sekat saat ia bicara pada bawahanya.

Kalau ada Jendral bintang empat  suasana cenderung tegang biasa hadir. Idham mengubah paradigma itu, nuansa yang penulis kira akan kaku berubah jadi dinamis berbalut ceria, kala Jendral ini turun dari mobil dinasnya.

Yang membuat penulis kaget, semua orang yang ada di panggung disalaminya! Ini Jenderal menghargai betul orang-orang di sekitarnya. Jenderal Polisi Bintang 3,2,1 bahkan Kombespol yang hadir di sana, bahkan ada yang senior beliau, semua disapa dengan kata "Bang.." dengan penuh hormat.

Penulis menyaksikan pemandangan jleb. Saking menghargainya ia pada senior, ada beberapa Jenderal di bawahnya yang ia berikan hormat terlebih dahulu saat beliau menghampirinya!

Masya Allah, rendah hati sekali Jenderal  ini.  Menjadi kewajaran bawahan hormat mengawali, ini atasan memberi hormat diawal, penghargaan kepada abang-abangnya. Dari gesturenya, Kapolri ini tidak segan menyalami sambil membungkuk sinyal "pakewuh " terhadap pendahulunya. Big Respect!

Sambil termenung setengah shock, penulis berfikir. Penulis harus belajar banyak sama sosok ini . Kalau penulis jadi pejabat nanti, sudah ketemu salah satu role model. Attitude terkecil adalah cara seseorang menyapa orang lain. Tapi first sight inilah yang jadi penilaian abadi.

Kapolri tidak bisa menyalami penulis, karena penulis  di belakang barisan depan, namun ia sempat memandang penulis, dan memberikan anggukan tanda sapa. Kenal penulis tidak dia ke penulis, ia bisa saja jaim atau tak acuh, karena  penulis belum jadi pejabat. Namun sikapnya membuka satu pintu kenyamanan positif bersahabat.

Selesai sesi lapangan, kami naik bus bareng-bareng ke aula yang berjarak sekitar 1 kilometere.  Kapolri memilih tidak naik mobil dinas, ikut bus bareng para undangan lainnya. Salut . Di Aula ratusan perwira tinggi maupun menengah  dari seluruh Indonesia duduk rapih. Kapolri masuk dengan senyum santai sambil melambai ke seluruh peserta kanan kiri tanda penghargaan untuk junior-juniornya. 

Dalam sambutannya, Jenderal Idham menyampaikan, "Kerjalah yang lurus,  tidak perlu menghadap-menghadap cari jabatan." Ia berpesan tidak perlu khawatir, kalau kerja bagus,  pasti Tuhan  akan berikan jalan.  "Jangan izin menghadap, saya tutup pintu kalau begitu. " Persis yang penulis lihat di whatsapp video,  beliau tegas urusan anti Nepotisme.

Sisi kesederhanaanya terlihat di mata penulis, dari sedemikian ia menikmati acara yg dilaksanakan di Gedung Aula Pusdik Korlantas  Polri Serpong.  "Bagus Kita kembali ke rumah, tidak perlu lah sering-sering hotel, kita kembali mengenang tempat kita dididik. "Puji Idham kepada acara yang digagas Korlantas Polri ini.

Pada akhir sesi, Idham Azis nge jam bareng legenda musik Indonesia, Bang Ebieth G. Saya tidak mau puji berlebihan,  tapi suara Jenderal kita ini memang enak didengar,  pas sama lagunya. Beliau menyanyikan lagu Ebiet D Ade,  untuk almarhum ayahnya, tanda ingatnya ia pada didikan & doa yg membawanya dalam perjalanan amanah besar ini.

Tanpa sadar, setetes air ke luar dari mata penulis,  buru-buru penulis lap,  malu dilihat  Polwan  cantik di sebelah penulis. Tapi, penulis jadi ikut kangen almarhum ayah penulis.  Sambil bengong, penulis melihat Kapolri yang masih menyanyi haru.  Kalau Ayah penulis tidak meninggal karena tumor otak, sekarang seumuran Pak Idham.

Nangis lagi, biarlah, tidak penulis lap. Penulis mau menikmati momen haru ini, lagipula mbak  Polwan cantiknya udah pergi ngurus yang lain. Sehari itu, penulis dapat moment of truth. Polri memiliki ayah yang tepat untuk anak -anaknya. Ayah kita semua Jenderal Idham Azis. (***)

Penulis adalah alumni Magister Ketahanan Nasional Universitas Indonesia.


Post a Comment

0 Comments