(Foto: Man Handoyo/TangerangNET.com) |
NET - Suasana duka mewarnai pemakan, Iwan Bin Nisin, 35, yang tewas dalam kecelakaan beruntun di Tol Cipularang, Purwakarta, Jawa Barat. Istri korban, Ratna,34, yang tinggal di Kampung Tanggulun RT 01 RW 03, Desa Kelor, Kecamatan Sepatan Timur, Kabupaten Tangerang, Banten, seakan tak kuasa melihat kepergian suaminya.
Dengan meneteskan air mata, Ratna yang dikarunia seorang anak berusia 10 tahun mengaku tidak pernah menduga suaminya akan meninggal dalam kecelakaan maut. Pasalnya, sebelum suaminya pergi mengantarkan barang berupa gelas plastik milik perusahaan tempatnya bekerja ke Bandung, Jawa Bara, tidak meninggalkan firasat apapun.
Iwan Bin Nisin yang baru bekerja tiga bulan sebagai sopir truk di perusahaannya, hanya berpesan kepada Ratna, agar ia tinggal di rumah orang tuanya yang juga di Sepatan Timur, karena ia tidak akan pulang lagi ke Tangerang.
"Saya baru sadar ternyata pesan terakhirnya itu adalah firasat, bahwa ia tidak akan pulang untuk selama-lamanya,"" kata Ratna, sambil mengusap air mata.
Ratna yang harus hidup menjanda dengan satu anak itu kembali bercerita, siang hari sekitar pukul 11.00 WIB dirinya sempat melihat unggahan status suaminya di aplikasi whatsapp, Dalam foto yang diunggah oleh almarhum terlihat suasana Tol Cipularang dalam keadaan macet.
Selain itu, kata Ratna, suaminya juga sempat kirim pesan lewat WhatsAap kepada salah seorang ponakannya. Bahwa tol Cipularang curam." Setelah itu kami tidak tahu apa yang terjadi pada suami saya,"" kata Ratna.
Sekitar pukul 21.00 WIB kemudian, kata Ratna, dirinya mendapat kabar dari tetangga dan salah seorang aparat desa yang mengatakan jika suaminya yang selama ini menjadi tulang punggung keluarga, tewas dalam kecelakaan beruntun yang merenggut 8 nyawa serta 21 orang lainnya luka-luka.
"Pas dapat kabar itu saya langsung lemas nggak tahu lagi harus bagaimana. Dan yang menjemput jenazah suami saya ke Purwakarta ayah saya dan beberapa tetangga," ungkap Ratna.
Hasil keterangan dari rumah sakit, kata Ratna, suaminya meninggal karena mengalami luka dalam pada bagian dada serta luka luar di kedua kaki. Jenazah Almarhum, kata dia, baru tiba di rumah duka pada Selasa pagi sekitar pukul 06.00 WIB. Kemudan dimakamkan di TPU Tanggulun yang hanya berjarak be erpa meter dari tempat tinggalnya.
"Saya cuma bisa pasrah dan menerima semua cobaan. Munkin ini takdir dari yang kuasa," kata Ratna yang mendapat santunan dari Jasa Marga berupa uang tunai Rp 50 juta. (Man)
0 Comments