Rektor UMT Dr. H. Achmad Badawi, SPd, SE, MM. (tengah) dan Gufroni saat acara pembekalan MAK beberapa waktu lalu. (Foto: Istimewa/koleksi pribadi) |
Oleh: Gufroni
SAAT ITU, sepanjang tahun 2016-2017, saya sering
berinteraksi dengan beliau. Khususnya dalam kegiatan di Madrasah Anti Korupsi
(MAK) kelas Universitas Muhammadiyah Tangerang (UMT) dimana saya sebagai kepala
madrasahnya yakni suatu program yang diinisasi Pimpinan Pusat (PP) Pemuda
Muhammadiyah saat itu dan menjadi cikal bakal berdirinya MAK di puluhan kampus
di Indonesia. Bahkan UMT melalui Rektorat mendukung penuh pendanaan program MAK
kelas UMT kala saat itu saya menjabàt.
Beliau tidak pernah absen untuk hadir acara MAK, baik
sebatas memberi kata sambutan selaku rektor atau juga sebagai keynote speaker,
dimulai launching MAK, studium general hingga diskusi berseri tiap bulan.
Temanya tentu terkait isu korupsi dan dinasti di Banten.
Isi ceramah atau sambutan beliau begitu menggugah
semangat para peserta diskusi yang hadir, memberi motivasi untuk tetap semangat
untuk bersama-sama melawan korupsi. Penyampaiannya apa adanya, bahkan cenderung
blak-blakan atau tanpa tedeng aling. Nara sumber dari Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK), Indonesia Corruption Watch (ICW), Perkumpulan untuk Pemilu dan
Demokrasi (Perludem), Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Banten, Komisi Informasi
dan lainnya yang pernah mengisi diskusi pasti tahu gaya dan cara bicara Pak
Rektor yang khas itu.
Setelah saya sudah tidak lagi menjabat Kepala MAK kelas
UMT, saya mulai kurang berinteraksi dengannya. Disamping hanya sebagai dosen
biasa di Fakultas Hukum, saya lebih banyak berkegiatan di luar kampus dan
menekuni profesi sebagai pengacara publik. Sehingga kegiatan fakultas beberapa
tidak sempat saya hadiri, seperti rapat dosen pada awal semester terutama di 2
kali rapat semester terakhir. Saat itu, Pak Rektor selalu menyempatkan hadir
untuk mengisi kata sambutan.
Belakangan, ada dosen yang cerita kepada saya kalau Pak
Rektor menanyakan saya saat rapat dosen itu. "Gufron ke mana, ini tidak
pernah terlihat. Saya tahu dia sibuk di luar, menjabat ini itu, mengurus ini
itu, tapi jangan lupakan kewajiban sebagai dosen di FH UMT".
Dua kali beliau tanyakan hal yang sama saat setiap kali
rapat dosen. Sehingga ada dosen baru yang bertanya-tanya siapa Gufron itu?
Mengapa Pak Rektor selalu menyebut nama itu. Orangnya tak pernah hadir rapat,
tapi namanya selalu disebut.
Mendengar cerita dosen tersebut, saya sungguh merasa
tidak enak hati tapi juga ada perasaan bahagia kalau Pak Rektor masih ingat
saya, meski jarang berkomunikasi
dengannya. Kadang saya merasa malu bila bertatap muka dengannya, saya tidak
bisa banyak bicara seperti dulu.
Sekarang beliau sudah dipanggil menghadap sang Illahi Robbi.
Tadi malam sekitar pukul 23:10 WIB di kediamannya. Beritanya membuat banyak
orang tak percaya, civitas akademika UMT menjadi geger karena meninggalnya mendadak
meski sebelumnya pernah dirawat di rumah sakit karena penyakit komplikasinya.
Saya merasa kehilangan akan sosok beliau, laksana seorang
ayah yang punya anak "bandel" seperti saya. Semoga alam kuburnya
dilapangkan, diampuni segala dosanya dan diterima semua amal ibadahnya. Serta
keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan.
Selamat jalan
Ayahanda Rektor UMT Dr. H. Achmad
Badawi, SPd, SE, MM. Kami akan selalu mengenangmu..
Penulis adalah:
Dosen Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Tangerang (FH
UMT)
Mantan Kepala Madrasah Anti Korupsi (MAK) kelas UMT
0 Comments