Nurdin memperhatikan rekannya mengangkat kotak suara untuk diserahkan kepada PPS. (Foto: Syafril Elain/TangerangNet.Com) |
NET – Setelah hari pencobolasan Pemilu 2019 serentak berlangsung aman, namun petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di Tempat Pemungutan Suara (TPS) melantorkan keluh kesahnya.
“Kapok..! Kapok (tidak mau lagi-red), saya jadi KPPS Pemilu,” ucapan ini terlontar dari
mulut Nurdin, petugas KPPS 32 di Kantor Kelurahan Cikokol, Kecamatan Tangerang,
Kota Tangerang, Kamis (18/4/2019).
Nurdin datang ke Kantor Kelurahan Cikokol mengantar
berita acara dan kotak suara dari Tempat Pemungutan Suara (TPS) 32. “Maaf, saya
capek sekali, Bu. Saya tidur dulu dan setelah bangun baru sempat mengantar
kotak ke sini,” ujar Nurdin kepada petugas Panitia Pemungutan Suara (PPS)
Kelurahan Cikokol Tika Kartika.
Hal senada didampaikan pula oleh Rama Ebri Tanjung,
petugas KPPS 54 pada keluarahan yang sama. “Ini tidak benar kalau Pemilu
Legislatif dan Presiden digabung. Kita babak belur melakukan perhitungan dan
pejabat di atas enak-enak saja,” ucap Rama ketika meninggalkan lokasi KPPS 54.
Rama menyebutkan bukan hanya petugas KPPS yang “tepar” (tidak
kuat-red), semua yang kerja di TPS 54 “tepar”. “Para petugas keamanan dan saksi
yang partai politik pun tepar. Kerja seperti kan tidak benar. Kami, tidak mau ikut
lagi jadi KPPS kalau Pemilunya tetap serentak,” ungkap Rama bergegas untuk
berangkat kerja.
Menurut Rama, petugas KPPS itu umumnya mahasiswa dan
karyawan. “Kita kan libur saat hari pencoblosan saja. Hari ini harus masuk
kerja meski badan capek dan mata mengantuk,” ujar Rama.
Keluhan lebih keras lagi disampaikan oleh Andi Wintono, petugas KPPS 55 Kelurahan
Cikokol. “Saya tidak mau gugat ke MK (Mahkamah Konstitusi-red) agar jangan ada lagi
Pemilu serentak. Babak belur kita kerja semalaman,” tutur Andi menyampaikan
kekesalannya yang didengar warga.
Andi yang sudah berulang kali menjadi petugas KPPS baru
kali ini merasakan keletihan yang sangat terasa. “Kita lima kali melakukan
perhitungan suara. Setelah itu menandatangani berita acara berkali-kali. Memang,
kita pengabdian tapi kalau untuk kepentingan elit politik, saya tidak mau lagi
jadi KPPS,” ucap Andi yang menjadi petugas KPPS sejak 2010.
PPS Kelurahan Cikokol Tika Kartika mengaku sudah
berulangkali mendengar keluhan tersebut dari petugas KPPS. “Setiap saya
menerima kotak di sini, mereka selalu menyampaikan pekerjaan kali ini
melelahkan. Saya hanya bisa menampung dan tetap memberikan semangat,” tutur
Tika.
Ketika ditanya apa upaya PPS melihat kondisi petugas KPPS
yang kelelahan itu? “Hal ini nanti sampaikan saat rapat di kecamatan bersama
PPK (Panitia Pemilihan Kecamatan-red). Semoga keluhan petugas KPPS mendapat
perhatian,” ucap Tika sembari tersenyum.
Tika menyebutkan di Kelurahan Cikokol ada 90 TPS yang tersebut di Rukun Warga (RW) dan Rukun Tentangga (RT). Sampai Kamis (18/4/2019) pagi dari 90 TPS tinggal 9 TPS lagi yang belum menyetorkan kotak suara dan berita acara.
"Mereka, kita beri waktu sampai pukul 12:00 WIB paling lambat untuk mengantar kotak suara dan berita acara pemilihan. Semoga sebelum 12:00 bisa sampai semua
di kantor kelurahan," ujar Tika. (ril)
0 Comments