Suasana pembahasan riba oleh peserta dan pada nara sumber silih berganti. (Foto: Bambang BL/TangerangNet.Com) |
NET- Guna membebaskan masyarakat Muslim dari jeratan riba,
organisasi Komunitas Pesantren Ekonomi Tanpa Riba dan Masyarakat Tanpa Riba
(Pentra Master) selama dua hari dari mulai 26 hingga 27 April 2019 mengadakan
kegiatan pesantren dan itikaf hidup berkah melimpah bebas hutang dan riba.
Kegiatan dilaksanakan di Aula Masjid Baiturrohmah, Rumah Sakit Sari Asih
Ciputat, Kota Tangerang Selatan (Tangsel).
H. Hermansyah selaku Ketua Panitia Pesantren Tanpa Riba
menyebutkan untuk kegiatan tersebut diikuti oleh 120 orang peserta yang terdiri
atas 70 orang ikhwan serta 50 orang akhwat. Dan menghadirkan narasumber yang berkompeten
dibidangnya seperti Ustadz Rahmat Puteh Lc, pakar Ilmu Syariah, Ustadz DR.
Erwandi Tarmizi, Lc. MM, pakar Muamallah Kontemporer, Coach Drs. Acmad Mirza,
MM Debt Free Coach, Ustadz Syahroni Mardani Lc, pakar Qoshoshun Minassunnah
serta Ustadz Djoko Al-Fajr, Ketua Bedah Qolbu.
"Kegiatan pesantren dan itikaf kali ini mengambil
tema 'Hidup berkah melimpah bebas hutang dan riba'. Para peserta datang dari
berbagai wilayah di Indonesia, seperti Tangerang, Bekasi, Bogor, Jakarta serta
Pontianak (Kalimantan Barat). Dan kegiatan ini merupakan bentuk sosialisasi
dari keputusan Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Bunga (Interest/Fa'idah)," terangnya.
Sementara itu di tempat yang sama, Ustadz H. Thomas Wangkoro
selaku Ketua Pentra Master kepada TangerangNET.com mengatakan riba itu
merupakan salah satu dari dosa besar, sebagaimana yang tercantum dalam Al
Qur'an surat Al Baqarah ayat 275 hingga 278 serta surat Ali Imron ayat 130.
Ustadz Thomas menambahkan Rasulullah SAW juga dalam
sebuah hadistnya menyatakan bagi para pemakan harta riba, maka memakan satu
Dirham riba (Rp.60 ribu saat ini-red) sama dengan 36 kali melakukan Zina (HR.
Ahmad dan Al Baihaqi). Dan dosa paling ringan memakan harta riba itu seperti
berzina dengan ibu kandungnya sendiri (HR. Al Hakim).
"Pada saat ini hampir seluruh masyarakat Indonesia
dan juga masyarakat dunia itu terkena riba (memakan riba), minimal terkena debu-debunya
riba. Dan sayangnya masalah riba tersebut, saat ini sangat jarang sekali dibahas
oleh para ulama," ungkapnya.
Dan orang yang kini sedang mengikuti kegiatan bimbingan
pesantren kilat serta itikaf ini merupakan orang yang sedang berproses berusaha
keluar dari masalah riba, yang selama ini menjerat kehidupan mereka. “Dan saya
berharap mereka yang saat ini, Insya Allah telah mendapatkan hidayah dari Allah
SWT dan sedang berproses keluar dari riba, akan dapat menularkan niat baik
mereka keluar dari jeratan riba kepada saudara-saudara Muslim lainnya,” tutur
ustadz Thomas.
Semuanya tergantung pada niat, kata Ustadz Thomas, jika
niatnya tulus semata-mata karena Alloh, maka percalah Alloh pasti akan
memberikan jalan keluar yang terbaik untuk lepas dari riba. (btl)
0 Comments