Sri Puguh Budi Utami saat menyampaikan penjelasan kepada wartawan kaitan gempa dan tsunami di Palu dan kondisi Lapas. (Foto: Dade Fachri/TangerangNet.Com) |
NET - “Kami mengusulkan kepada
Bapak Menteri (Yasonna Laoly-red) untuk menetapkan kondisi Pemasyarakatan di
Palu dan sekitarnya sebagain Wilayah Darurat Gempa," ujar Sri Puguh Budi
Utami, Senin (1/10/2018).
Direktur Jenderal Pemasyarakatan,
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Sri Puguh Budi Utami, mengatakan hal
itu, saat konferensi pers, di Kantor Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Jalan
Veteran No. 11, Jakarta Pusat.
Pemulihan bangunan tingkat berat,
kata Sri, akan dilakukan di Lapas Palu yakni tembok antar-bangunan dan tembok
luar yang roboh sedang dilaksanakan Rutan Parigi. Dengan pembangunan pemulihan
tingkat ringan dilakukan di Rutan Palu terhadap keretakan di bagian dalam
rutan.
Saat ini, kata Sri, terdapat 15
UPT (Unit Pelayanan Teknis) di wilayah Sulawesi Tengah dan 8 di antaranya
terkena dampak gempa. Sedangkan jumlah hunian keseluruhan sebanyak 3.220 orang
narapidana dan tahanan. Dari jumlah tersebut terjadi kelebihan daya tampung atau
over 123 persen dari kapasitas. Seharusnya, Pimpinan wilayah telah melakukan
koordinasi dengan pihak Pemda.
“Kami berkoordinasi dengan
Kementerian Keuangan, BAPPENAS, dan BNPB untuk dukungan kebutuhan darurat dan
upaya pemulihan,” ucap Sri.
UPT yang berdampak gempa, kata
Sri, adalah Lapas Palu, Rutan Palu,
Rutan Donggala, Cabang Rutan Parigi, Rutan Poso, Bapas, Palu, LPKA Palu, LPP
Palu. “Kami akan melengkapi pandataan tahunan dan narapidana yang berada di
luar atas situasi penyelamatan dari robohnya bangunan dan rutan, serta
menetapkan masa transisi sebagai respon situasi tanggap darurat. Dengan imbauan
wajib lapor sampai dengan dapat berfungsinya secara utuh layanan lapas dan
rutan," ungkap Sri.
Untuk kepentingan pengendalian dan
ketertiban keamanan lapas rutan, pihak wilayah dan lapas rutan berkerjasama
dengan Kepolisian dan TNI.
“Saya menyampaikan belasungkawa
kepada masyarakat Palu dan sekitarnya. Terkhusus keluarga besar Pemasyarakatan
petugas dan penghuni lapas rutan. Mari, kita kuatkan doa bersama-sama. Kita
bangun dan bangkit. Percayalah bantuan Tuhan YME akan selalu bersama kita,”
tutur Sri.
Sri mengungkapkan akan
mempertimbangkan situasi kedaruratan dan akan menentukan batas maksimal kepada
tahanan dan narapidana yang berada di luar sebagai komitmen menjalani tindak
pidana. “Kami akan melakukan relokasi pembangunan seutuhnya di Rutan Donggala,
mengambil langkah cepat bersama jajarannya, merespon situasi darurat dampak
gempa karena seutuhnya tidak dapat berfungsi pasca pembakaran,” tutur Sri.
Hal ini terbukti, kata Sri, sebagai
besar mereka yang kembali melaporkan diri ke lapas rutan. Belum sempat terjadi adanya provokasi perlawanan
dengan pembakaran oleh penghuni Rutan Donggala.
Menurut Sri, lumpuhnya
penyelenggara layanan, khususnya layanan makan serta kondisi hunian yang belum
seutuhnya dapat dipergunakan, menjadi pertimbangan mereka tetap berada di
masyarakat atau dekat dengan keluarga. (dade)
0 Comments