![]() |
Seusai terkena tembak, kedua polisi dilarikan rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan dari tim medis. (Foto: Istimewa) |
NET - Kasus penembakan terhadap
dua polisi di Jalan Tol Cipali di Cirebon, Jawa Barat (Jabar), adalah modus
kejahatan baru yang sangat sadis. Polri perlu mengantisipasi modus kejahatan
ini agar tidak berulang dan membuat anggota kepolisian menjadi "mati
konyol" saat bertugas.
“Meskipun kedua polisi tersebut
hanya luka berat tapi Ind Police Watch (IPW) berharap Polri segera menata
sistem perlindungan terhadap anggotanya saat bertugas di lapangan,” ujar Ketua
Presidium Ind Police Watch (IPW) Neta S. Pane melalui Siaran Pers yang diterima
Redaksi TangerangNet.Com, Sabtu (25/8/2018).
Melihat kasus penembakan di Jalan
Tol Cipali ini, kata Neta, sudah saatnya Polri melengkapi mobil patrolinya
dengan alat deteksi senjata jarak jauh atau dalam radius tertentu. Sehingga
saat menemukan pihak pihak yang mencurigakan, sebelum melakukan pemeriksaan
atau penggeledahan, petugas patroli sudah mengetahui, apakah orang yang dicurigai
itu memiliki senjata atau tidak.
“Dengan demikian, petugas
kepolisian bisa lebih prepare dalam menghadapi situasi dan tidak ‘mati konyol’
dalam menghadapi penjahat-penjahat yang nekat,” ungkap Neta.
Dari kasus yang ada, IPW mendata
ada tiga kelompok yang sering membunuh polisi di lapangan. Yakni, penjahat
jalanan, bandar narkotika, dan teroris. Penjahat jalanan dan bandar narkoba,
biasanya membunuh polisi karena dalam kondisi terjepit. Mereka menembak polisi
saat digerebek atau saat hendak ditangkap.
“Belum pernah ada satu kasus pun,
penjahat jalanan atau bandar narkotika serta merta tanpa alasan yang jelas
menembak atau membunuh polisi,” ucap Neta.
Menurut Neta, kasus penembakan
yang serta merta tanpa alasan jelas hanya dilakukan para teroris terhadap
anggota kepolisian. Kasus terakhir terjadi di Jember tahun lalu. Selain itu,
beberapa kali polisi yang sedang bertugas diserang teroris dengan serangan bom
bunuh diri.
“Jadi, melihat serangan di Jalan
Tol Cipali patut diduga, pelakunya adalah teroris. Sepertinya, mereka sengaja
berdiri di pinggir tol agar polisi patroli datang, kemudian mereka menembaknya
di bagian vital yang mematikan,” ujar Neta memperkirakan.
Jika dikaitkan dengan travel
warning Australia pekan lalu, sepertinya kasus penembakan di Jalan Tol Cipali
ini sebuah sinyal peringatan akan adanya serangan berikutnya. Untuk itu, Polri
perlu mengantisipasi jaringan teroris pasca serangan di Jalan Tol Cipali. Polri
tidak boleh lengah mengingat banyaknya orang asing yang mengikuti Asian Games.
“Selain itu, sudah saatnya Polri
melengkapi mobil patrolinya dengan detektor senjata jarak jauh agar petugasnya
di lapangan bisa lebih terlindungi saat bertugas,” ucap Neta menyarankan.
(*/ril)
0 Comments