![]() |
Wina Armada Sukardi: perputaran uang bakal berkurang. (Foto: Istimewa/eramuslim.com) |
Oleh: Wina Armada Sukardi
PENERAPAN peluasan zone ganjil-genap untuk pemakaian
kendaraan mobil pribadi sekaligus penambahan waktu selama jam kerja dari pagi
sampai malam, yaitu dari pukul 06.00.
sampai dengan pukul 20:00 WIB, menurut hemat saya, merupakan kebijakan yang ngawur dan merugikan negara!
Kenapa? Ini alasan-alasannya:
(1) Kebijakan ganjil genap itu, bakal memperlambat
pertumbuhan perekonomian nasional Indonesia. Hal ini karena akses ke
pusat-pusat bisnis, perbelanjaan, dan hiburan menjadi sangat sulit, sehingga perputaran uang bakal jauh
berkurang. Padahal Indonesia saat ini justeru sedang membutukan percepatan
perekonomian untuk mempertahankan atau
meningkatkan pertumbuhan perekonomian terutama dalam mengatasi tekanan perekonomian dunia yang
melambat dan efek menguatnya dolar Amerika di seluruh dunia.
(2) Perluasan penerapan zone ganjil genap dan membuatnya menjadi seharian waktu kerja,
tidak memikirkan alternatif jalan penyaluran
kendaraan pribadi. Dengan begitu,
bakal banyak menghambat aktivitas masyarakat. Misal, sekedar
contoh, warga Bintaro yang mau ke Kebon
Sirih, harus cari jalan alternatif mana, sulit menemukan alternatif jalan.
Contoh lain, warga Kelapa Gading yang berkantor di Jalan Sudirman, juga susah cari jalan alternatif. Mau kemana?
Belum lagi bakal sangat sulitnya, dan bahkan sebagian tidak
mungkin, menempuh jalan dari rumah-rumah warga (juga dokternya) ke rumah-ruma
sakit yang terkena jalur ganjil genap , bakal membuat warga kebingungan.
Kebijakan perluasan zone ganjil genap dan memperpanjangan selama jam kerja yang
tidak memikirkan alternatif jalan tentu
bukan hanya merepotkan, tapi juga
membuat “mati suri” sebagaian aktivitas (bisnis) masyarakat.
(3) Dengan sarana jalan yang serba susah dan harus
berputar-putar menempuh jalan yang jauh dan lama selama waktu kerja dari pagi
sampai malam, ini menimbulkan ekonomi
biaya tinggi. Dalam perlambatan
perekonomian dan persaingan global yang tajam, tentu biaya ekonomi
tinggi di Indonesia ini menyebabkan daya saing ekonomi Indonesia juga bakal tersudut.
(4) Dengan zone ganjil genap yang diperluas dan waktunya menjadi seharian penuh jam kerja
(pukul 06:00. – 20:00.) akan ada opportunity lost yaitu kehilangan kemungkinan
mendapat keuntungan. Maksudnya, dengan adanya agenda Asia Games, maka akan datang puluhan ribuan turis peserta Asia
Games dengan para official dan pendukungnya
ke Jakarta dan Indonesia umumnya. Mereka ini potensial buyer terhadap
produk dan barang-barang Indonesian dan memberika masukan devisa .
Nah, seharusnya akses mereka ke pasar dan sentra penjualan serta tempat wisata dipermudah.
Sebaliknya dengan adanya perluasan zone
ganjil genap selama jam kerja, malah mempersempit dan mempersulit akses para
turis berbelanja dan memberikan devisa kepada kita, sehingga peluang menggaet keutungan jadi
menipis atau hilang. Itu pun belum
terhitung keuntungan valas yang tidak jadi diterima alias sirna yang
seharusnya Indonesia terima.
(5). Warga malah jadi susah nonton acara Asia Gamesnya
sendiri, karena akses jalan sulit,
berputar-putar. Mereka yang tadinya
berniat menonton pertandingan-pertandingan Asia Games menjadi malas
menontonnya, setidaknya akan mengurangi jumlah mengunjungi pertandingan. Para
atlet Indonesia yang membutuhkan full dukungan penonton nasional pun,
kemungkinan jumlah dukungan itu menciut. Padahal mereka dituntut untuk
berprestasi yang mengharumkan bangsa.
(6) Membuat citra Asia Games di mata warga jadi buruk, lantaran Asia Games dinilai menyengsarakan
warga. Ngapain ada Asia Games kalau cuma jadi kosmetik yang menyenangkan asing,
tapi justeru menyengsarakan anak bangsa sendiri?
(7) Memperburuk citra Pemerintah, khususnya dalam kaitan
dengan perpajakan. Pembangunan yang
dihasilkan dari uang masyarakat lewat perpajakan, yang seharusnya wajar
dinikmati lagi oleh masyarakat, tapi dengan acara Asia Games hasilnya malah gak
dapat dinikmati warga sendiri. Buat apa dong bayar pajak yang semakin tinggi,
setidaknya pikiran semacam itu normal saja muncul di banyak benak masyarakat
dan tentu ini merugikan citra pemerintah yang sangat getol-getolnya
menanggok pajak.
Penulis adalah:
Wartawan senior
0 Comments