Gan-Gan R.A.; lembaran sejarah hitam yang terkoyak perang. (Foto: Istimewa/Koleksi pribadi) |
Oleh : Gan-Gan
R.A.
[Bagian Satu]
ABSURDISME,
pemikiran eksistensialis barat yang menihilkan upaya manusia mencari hakikat
arti kehidupan akan berakhir dengan kegagalan total dan kecenderungan manusia
mempertanyakannya menjadi absurd setelah menyaksikan tragedi besar mencabik-cabik
kemanusiaan pada lembaran sejarah hitam yang terkoyak perang.
Absurditas
akan menemukan kredonya pasca meletusnya Perang Dunia II yang menyisakan
puing-puing peradaban direruntuhan harapan umat manusia. Perang Dunia I
(1914-1918), Amerika menceburkan kekuatan militernya ke dalam konflik perang
yang berpusat di Eropa, kemudian menyebar ke Afrika, Timur Tengah, Kepulauan
Pasifik, Cina dan lepas pantai Amerika Selatan dan Utara.
Amerika setuju
terlibat dalam konflik militer di Perang Dunia I, setelah transaksi politik
disepakati antara Amerika dengan Inggris. Alhasil, Amerika bersedia menceburkan
diri dalam peperangan tersebut apabila Inggris merampas Palestina dari tangan
kekuasaan Turki. Kemenangan sekutu mengakhiri Perang Dunia I dengan menumbangkan
kekaisaran di Jerman, Rusia, Utsmaniyah, dan Austria-Hongaria, kemudian
terbentuklah negara-negara baru di Eropa dan Timur Tengah.
Penyerahan
koloni Jerman dan wilayah bekas Kesultanan Utsmaniyah ke negara-negara lain
merupakan karpet merah untuk kepentingan politik Zionisme Internasional yang
lebih besar dengan meminjam tangan Inggris menegakkan imperialisme dan
kepentingan jangka panjang sebuah gerakan organisasi rahasia demi terwujudnya
Tatanan Dunia Baru kaum Masonik.
Tidak puas
dengan keberhasilan tipudaya yang dilancarkan kolonialisme politik Zionis melalui
operasi konflik militer pada Perang Dunia I, Zionisme Internasional kembali
menancapkan ideologinya yang lebih kuat dan mengakar dengan merancang
meletusnya Perang Dunia II (1939-1945) dengan titik konflik di Eropa, Pasifik,
Atlantik, Asia Tenggara, Tiongkok, Timur Tengah, Mediterania dan Afrika serta
menyebar ke Amerika Utara dan Selatan.
Perang Dunia I
dan Perang Dunia II yang pecah berkecamuk, memporakporandakan hampir semua
pilar-pilar peradaban moral dan dimensi spiritual, infrastruktur ekonomi dan
runtuhnya nila-nilai agama, bersamaan dengan runtuhnya kepercayan universal
terhadap konsepsi perdamaian dunia. Gairah ultra-nasionalisme yang menghinggapi
tokoh penguasa dunia pada waktu itu, berubah menjadi ambisi politik fasisme
yang diwujudkan dalam bentuk invasi militer. Perang menjadi primadona untuk
mewujudkan sebuah ambisi politik yang dibungkus kolonialisasi ideologi;
memperluas wilayah kekuasaan negara dengan cara konfrontasi militer. Klaim tentang
ras yang lebih unggul dari ras manusia lainnya membakar fanatisme dan
pengkultusan terhadap ajaran ideologi sebagai pengganti agama.
Sindrom megalomania
melekat. Sentimen anti-semit ditebar di belahan Eropa. Sekutu kembali menjadi
pemenang dan berhasil membubarkan Reich Ketiga, lalu membentuk Perserikatan
Bangsa-Bangsa. Munculnya Amerika Serikat dan Uni Soviet sebagai kekuatan super
dipanggung politik dunia, mulai menyulut Perang Dingin, sebuah perang ideologi
antara kapitalisme melawan komunisme. Dibalik semua peristiwa-peristiwa besar
itu ada sebuah kekuatan besar yang memegang tali kendali dunia yang merancang
kejadian-kejadian besar di setiap negara dan itu bukan suatu kebetulan semata.
Dokumen
rahasia tentang Protokols of The Elders of Zion (cetak biru dari Tatanan Dunia
Baru dan kunci untuk memahami sejarah dan peristiwa-peristiwa besar saat ini),
mengungkapkan tentang gerakan organisasi rahasia yang didirikan para elite
dinasti Yahudi. Mereka memonopoli jaringan kekuasaan, dimulai dari ekonomi,
politik, dunia perbankan, media massa, farmasi, industri seni dan sektor vital
lainnya.
Mereka tengah
membentuk ulang tatanan kemanusiaan agar umat manusia menjadi budak Tirani
Pemerintahan Dunia, di bawah bendera Internationalisme. Maka, Zionisme yang
menggalang kekuataan kaum Yahudi di dunia hingga berdirinya negara Israel
dengan mencaplok tanah Palestina. Holocoaust hanyalah kedok untuk mengundang
empati kemanusiaan masyarakat dunia atas pembantaian ras sebagai representasi
anti-semit dengan misi terselubung, melegitimasi politik elite dinasti Yahudi
untuk menciptakan tanah airnya di kawasan Timur Tengah. Kemunculan ideologi
komunisme, kapitalisme dan lainnya adalah konsep ideologi yang dirancang dengan
sangat terkendali oleh skenario tersembunyi yang disusun untuk menciptakan
benturan konflik antar negara.
Tanpa sadar
mayoritas pemimpin-pemimpin dunia terperangkap dalam jebakan yang telah lama
dipersiapkan sebuah ordo rahasia.
Pasca Perang
Dunia II, Uni Soviet dengan Amerika Serikat, terlibat Perang Dingin yang
sengit, menjadikan dunia terbelah dua kubu, Barat sebagai negara-negara
penganut mazhab sistem politik ekonomi kapitalisme dan Timur sebagai
negara-negara yang berhaluan sosialisme. Munculnya Michael Gorbachev, politisi
muda di negeri Beruang Merah yang ditunjuk Majelis Tinggi Uni Soviet bukanlah
keputusan politik prematur, Gorbachev adalah salah satu bidak yang digerakkan
dalam papan catur pentas politik dunia dan Grand Master yang menggerakan bidak
tersebut adalah elite Illuminati.
Uni Soviet di
bawah pemerintahan Michael Gorbachev kemudian menggulirkan ide reformasi total
di bidang ekonomi dan politik. Reformasi versi Gorbachev ini tak ubahnya pedang
Brutus yang
menikam
lambung kekuasaan Julius Caesar pada zaman Romawi, ideologi sosialis marxisisme
pun terkapar. Reformasi Gorbachev terkenal dengan istilah Glasnost
(keterbukaan) dan Perestorika (restrukturisasi) menjadi dalih solusi untuk
mengatasi stagnasi ekonomi Uni Soviet sampai akhirnya Uni Soviet terpecah
menjadi negara-negara persemakmuran dan lepas dari kekuasaan Rusia.
Kapitalisme
dan komunisme sesungguhnya mengenakan topeng untuk menutupi wajah yang serupa;
sentralistik monopoli kekuasan dan kekayaan yang berpusat pada sistem ekonomi
materialisme. Perang Dunia I dan Perang Dunia II telah meluluhlantakkan
bangunan-bangunan peradaban transedental yang sekian abad lamanya dibangun oleh
semangat spiritualisme. Absurditas melahirkan ateisme berwajah modernisme dalam
arus globalisasi dan konsep sekulerisasi radikal menjadi doktrin yang diajarkan
dalam sistem pendidikan Barat dan disebarkan ke Timur melalui kolonialisasi
sistem pendidikan dan industri budaya. Sex bebas, industri hiburan malam, LGBT,
terorisme dan sindikat perdagangan narkoba/ narkotika merupakah sisi lain dari
wajah yang ditampakkan gerakan Illuminati.
Parade adegan
demi adegan sebagai peristiwa besar dalam sejarah, seperti terbunuhnya John F.
Kennedy setelah beberapa hari ditandatanginya The Green Hilton Memorial
Agreement bersama Presiden Soekarno untuk memutus mata rantai kekuatan keuangan
global yang mengendalikan pergerakan ekonomi dunia.
Terjungkalnya
Soekarno yang menawarkan konsepsi kepada negara-negara Asia Afrika dalam
menandingi dominasi Perserikatan Bangsa-Bangsa melalui The New Emerging Forces,
hingga digulingkannya rezim pemerintahan Saddam Hussen di Irak dan tewasnya
Moamar Khadafi
di Lybia dalam
revolusi sosial yang menjadikan tokoh revolusioner yang dicintai rakyatnya
tewas dengan cara tragis.
Serangan
terorisme 11 September (menurut versi Gedung Putih dilakukan oleh Al-Qaida
pimpinan Osama Bin Laden), pada menara kembar World Trade Centre (WTC) sebagai
simbol ekonomi negara adidaya Amerika Serikat, padahal Zionis Mossad-lah
tersangka utamanya. Revolusi di Timur Tengah yang dimulai dengan berkobarnya
perang di Irak dan Suriah. Pembetukan organisasi Islamic State in Irak and
Suriah (ISIS) dan masih banyak kejadian-kejadian besar tersebut yang tercatat
dalam sejarah sebagai “panggung sandiwara” lahir bukan kebetulan semata,
melainkan hasil rancangan persengkongkolan dari sebuah organisasi rahasia yang
bernama ILLUMINATI. [Bersambung ]
Tangerang,
2018
Penulis
adalah:
Koordinator
Divisi Komunikasi Eksternal Satgas Advokasi PP Pemuda Muhammadiyah.
0 Comments