Mobil jenazah pengangkut mendiang Legita Lim Gwat mendapat pengawal dari petugas Polsek Tangerang, sebelum dikremasi. (Foto: Istimewa) |
NET - Isak tangis mewarnai
kedatangan jenazah Legita Lim Gwat, 56, di Gereja Hati Santa Perawan Maria Tak
Bernoda di Jalan Daan Mogot, Kota Tangerang, Banten, Selasa (15/5/2018) sore.
Pasalnya, para jemaat dan keluarga tidak pernah menduga korban akan meninggal
dunia dengan cara tragis terkena bom bunuh diri di Gereja Santa Maria Tak
Bercela, Surabaya, Jawa Timur.
"Mendiang orangnya cukup
ramah dan baik hati pada sesama. Karenanya, para jemaat merasa kehilangan atas kepergiannya, dan mereka tidak
pernah menduga ia meninggal dengan cara
seperti ini," ujar Rudi Suwandi, ketua pengembaangan Seksi Sosial Ekonomi
Gereja Hati Santa Perawan Maria Tak Bernoda.
Dan setelah pelaksanaan misa di
Gereja Hati Santa Perawan Maria Tak Bernoda, kata Suwandi, mendiang akan di
kremasi di rumah duka Oasis
Lestari, Jatiuwung, Kota Tangerang.
"Mudah-mudahan kerabat maupun keluarga mendiang diberi ketabahan atas
kepergian korban,” tutur Suwandi.
Dalam misa tersebut, terlihat pula
Max Prawira, anak sulung dari tiga saudara korban. Sambil mengusap air mata,
Max mendekap foto mendiang ibunya. Para jemaatpun yang juga merasa haru tak
henti-hentinya memberi suport kepada Max agar tabah.
"Tabah Max, jangan tangisi
kepergian ibu. Ibu sudah tenang dan abadi di sana," kata seorang ibu
sambil memeluk dan mengusap-ngusap pundak Max yang terus meneteskan air mata.
Suasana haru semakin terlihat,
ketika peti jenazah memasuki gereja. Para jemaat tak henti-hetinya mengusap air
mata ketika nyanyian koor di kumendangkan. "Saya tidak tahan melihatnya,
dia orang baik. Kenapa harus pergi dengan cara begiini," ujar seorang ibu
jemaat gerja itu.
Setelah pelaksanaan misa di Gereja
Hati Santa Perawan Maria Tak Bernoda, jenazah korban langsung dibawa ke Rumah
Duka Oasis Lestari di Jatiuwung, Kota Tangerang untuk dikremasi di sana, Rabu
(16/5/2018).
Suami korban, Aan Teja juga
mengaku tidak pernah menduga istrinya akan meninggal dengan cara seperti
ini. “Kami sangat kehilangan atas
kepergian mendiang," ucap Aan.
Ligita Lim Gwat semasa hidup. (Foto: Istimewa) |
Dan kepergian mendiang yang tinggal di Perumahan Poris Indah, Blok C
No 2&7, RT 06/06, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang, kata Aan, untuk
mengikuti pameran batik bersama temannya. "Pada saat melakukan pameran di
sekitar gereja, istri saya mau masuk ke gereja tersebut untuk melaksanakan
ibadah. Di situlah terjadi bom bunuh diri," ungkap Aan terbata-bata.
Aan pun mengaku baru tahu istrinya
menjadi korban bom bunuh diri dari telepon salah seorang temannya yang juga
mengikuti pameran batik. ''Saat terima telepon, saya tidak begitu yakin. Karena
itu, saya mencoba telepon langsung istri. Karena tidak ada jawaban, saya
langsung lihat siaran telivisi dan mantau media online. Ternyata benar istri
saya jadi korban,'' kata dia.
Saat itu juga, kata Aan, Max anak
sulungnya langsung berangkat ke Rumah Sakit (RS) Bhayangkara Surabaya untuk
memastikan. Ternyata benar, bahwa istrinya menjadi salah satu korban bom bunuh
diri tetsebut. (man)
0 Comments