Gubernur Banten H. Wahidin Halim meninjau SMA Negeri 1 Lebak yang rusak. (Foto: Syafril Elain, Tangerangnet.com) |
SEDIKITNYA 350
ruang kelas tingkat Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah Kejuruan (SMA/SMK)
yang rusak berat akan diperbaiki maksimal akhir bulan Desember 2017 mendatang.
Perbaikan ruang kelas tersebut sesuai dengan intruksi Gubernur Banten H.
Wahidin Halim (WH).
Kepala Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Banten Engkos Kosasih Samanhudi
mengatakan total ruang kelas yang harus diperbaiki di Banten hingga saat ini
sebanyak 1.000 ruang kelas. Namun yang sangat penting untuk direhab
(diperbaiki) berjumlah 350 ruang kelas. Dari jumlah ruang kelas itu tersebar di
delapan kabupaten dan kota di Banten.
“Ruang kelas yang rusak berat sebanyak 350 lokal dianggarkan dalam APBD Perubahan 2017. Sisanya
sebanyak 650 ruang kelas lagi akan diselesaikan 2-3 tahun mendatang,” kata
Engkos, Kamis (16/11).
Selain perbaikan
ruang kelas, Dindikbud Banten juga diminta untuk memperbaiki layanan
peningkatan sistem aplikasi online, peningkatan sarana dan prasarana, kualitas
tenaga pendidik (guru) dan lain-lain. “Kita juga harus siap memetakan lokasi
jika ada pendirian sekolah baru,” tukas Engkos.
Oleh karena itu,
untuk memuluskan rencananya itu, Dindikbud berharap semua stakeholder termasuk
Pemkab dan Pemkot di Banten untuk mendukung program tersebut agar 350 ruang
kelas yang rusak itu bisa diperbaiki dan dituntaskan pada tahun 2017 ini. “Untuk
nominal anggarannya saya lupa,” papar Engkos.
Sementara itu,
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Banten Hudaya Latuconsina
mengatakan Dindikbud Banten tentu telah memetakan berapa kebutuhan ruang kelas
baru (RKB) yang harus dipenuhi. Pemetaan itu harus dibedakan antara rusak
berat, sedang, dan ringan.
“Memang untuk
membenahi 350 ruang kelas yang rusak dibutuhkan dana sekitar Rp 1,5 sampai Rp 2 miliar. Bahkan jika ditotalkan dengan
pembenahan yang rusak sedang dan ringan serta pengadaan sarana dan prasarana
dibutuhkan dan sekitar Rp 200 miliar,” papar Hudaya.
Untuk SMA/SMK,
Banten sebenarnya masih kekurangan sekolah tersebut sebanyak 336 buah yang
tersebar di delapan kabupaten dan kota. “Jika ada pendirian sekolah baru, lahan
juga harus diperhatikan. Jangan sampai di kemudian hari digugat oleh ahli
waris,” ujar Hudaya.
Pihaknya juga,
kata Hudaya, diperintahkan oleh pimpinan untuk memangkas program-program yang
bukan perioritas yang selama ini telah dijalankan Dindikbud, seperti
workhsop-workhsop. “Kemudian Dindikbud juga harus melakukan treetmen (cara baik
menyelesaikan masalah) pendidikan untuk di Tangerang dan Lebak seperti apa,
harus dibedakan, karena demografi dan kultur masyarakat di setiap daerah
berbeda-beda,” pungkasnya. (Adv-7)
0 Comments