Oleh Dodi Prasetya Azhari SH
DUA VIDEO aksi bullying atau aksi penindasan yang dilakukan oleh siswa dan
mahasiswa menjadi viral dan heboh di media sosial (medsos) akhir-akhir ini.
Dalam kasus bullying yang pertama, terdapat anak berkebutuhan khusus yang
mendapat penindasan dari lima mahasiswa di Kampus Gunadarma, Depok.
Kemudian, terdapat juga aksi bullying yang korbannya adalah anak kelas 6
Sekolah Dasar (SD) Negeri 03 Kebon Kacang, Tanah Abang, di Thamrin City,
Jakarta Pusat. Aksi bullying tersebut diduga dilakukan oleh rekannya sendiri
yang berada di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Di tengah kondisi negara yang sudah merdeka seperti saat ini memang
seharusnya tindakan-tindakan atau perilaku-perilaku yang tidak sesuai dengan
asas-asas kemerdekaan harus dimusnahkan. Ingatlah pembukaan UUD (Undang-Undang
Dasar-red) 1945 alinea pertama “...dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas
dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan prikemanusiaan dan
prikeadilan”.
Menurut Wasekjen Internal Advokasi Rakyat Untuk Nusantara (ARUN) yang juga
aktif sebagai Ketua Umum Organisasi Kepemudaan Suara Kreasi Anak Bangsa (SKAB)
Dodi Prasetya Azhari SH, Saat Di Temui Di Kantor LBH (Lembaga Bantuan
Hukum-red) Tridharma Indonesia, Senin (17/7/2017) menjelaskan bahwa kalimat
dalam Pembukaan UUD tersebut adalah justifikasi yang berisi komitmen Negara
Indonesia yang begitu tegas memerangi penjajahan dari segi kehidupan apapun!
Oleh karena itulah, tindakan-tindakan “menjajah” di mana pun harusnya dikenai
dengan sanksi yang tegas pula.
Pendidikan adalah salah satu aspek kehidupan yang menyentuh langsung
masyarakat.
Dodi Prasetya Azhari yang akrab disapa Dodi dalam kesehariannya memang
sering berinteraksi dengan para pelajar dan mahasiswa ini menilai bahwa
sepatutnya pendidikan secara menyeluruh tidak hanya dipandang sebagai interaksi
antara pendidik dengan peserta didik. Interaksi antara sesama peserta didik pun
tentu tidak boleh terlepas dari proses pendidikan itu sendiri. Artinya
pengawasan terhadap perilaku siswa terhadap siswa lainnya pun harus dilakukan
dengan serius sebagai bagian dari upaya mewujudkan tujuan pendidikan yang sudah
ditentukan.
Menurut Dodi, Bullying adalah fenomena yang nyata pada pendidikan kita.
Bullying masih ada dan terasa, hanya saja dia tidak tampak. Atau kalaupun
tampak, ia tampak samar-samar, sehingga ada orang-orang yang melihat perilaku
ini atau yang mengalami perilaku seperti ini mengatakan bahwa yang terjadi
adalah proses pendidikan karakter, proses penempaan mental dan sebagainya,
bukan perilaku bullying. Lalu pertanyaannya, karakter yang bagaimana yang akan
dibentuk dengan perilaku semena-mena itu? Mental bangsa seperti apa yang
diharapkan dari perilaku khas penjajah itu?
"Bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak terjebak pada
penderitaan masa lalunya. Bullying pada pendidikan kita hanya akan mengajarkan
kita menjadi bangsa yang kerdil. Bangsa kita yang mula-mula menderita akibat
kesewenang-wenangan, lalu berjuang menghapus kesewenang-wenangan itu, kemudian
dewasa ini dipaksa untuk tunduk menerima kesewenang-wenangan hidup dalam
habitat kemerdekaanya. Sungguh ironi dan memalukan!" tambah Dodi.
Republik ini menganut ideologi Pancasila. Nilai-nilai yang terdapat pada
Pancasila kemudian diturunkan menjadi dasar hukum yaitu UUD 1945. Artinya,
kedua instrumen itu saling beriringan. Jika pada UUD 1945 kita tegas menolak
sistem penjajahan, maka pada ideologi Pancasila pun tentu nilai-nilai itu sudah
pasti ada. Ucapkanlah sila ke dua dan ke lima dari Pancasila dengan keras, itu
sudah cukup membuat orang-orang mengerti maksudnya.
Kita sudah seharusnya tidak lagi memberi peluang pada perilaku yang
bertentangan dengan ideologi Pancasila (anti-Pancasila) kita itu. Dan patut
rasanya kita dapat secara tegas akan mengatakan: bullying harus dihapuskan
karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Disisi lainnya Dodi Prasetya Azhari yang akrab di sapa Dodi ini sangat
mengapresiasi kebijakan kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan program
orang tua mengantar anak di hari pertama sekolah. Dan bagusnya hal ini juga
dapat direspon positif bagi para orang tua, terbukti ramainya kemarin para
orang tua yang menemani dan mengantar anaknya sekolah.
Menurutnya, hal ini sangat bagus, melalui program tersebut orang tua
diingatkan mengenai momentum istimewa bagi memori seorang anak yang akan
merekam setiap kejadian dan peristiwa dan pada kemudian hari dapat berperan besar
dalam tumbuh kembang mereka.
"Secara sederhananya, dapat dilihat bahwa hal ini dapat juga
menumbuhkan energi positif dan menambah semangat anak di sekolah. Anak pun
menjadi percaya diri dan lebih terbuka pada orang tua," kata Dodi. ***
Penulis adalah:
Ketua Umum Suara Kreasi Anak Bangsa (SKAB), dan
Wakil Sekjen Internal Advocasi Rakyat Untuk Nusantara (ARUN)
0 Comments