PEMILIHAN
Kepala Daerah (Pilkada) serentak
kembali akan dilaksanakan pada tahun 2018 di Banten di antaranya; Kota
Tangerang dan Kabupaten Tangerang.
Kabupaten Tangerang dan kota Tangerang yang masih
dipimpin oleh kepala daerah yang baru 1 periode ini, masih diapresiasi publik
untuk kembali menjadi kontestan Pilkada 2018. Mengapa demikian?
Satu, Arief
Rachadiono Wismansyah sebagai Walikota Tangerang dan Ahmed Zaki Iskandar sebagai Bupati Tangerang adalah kepala daerah yang sarat dengan
prestasi, seabrek prestasi yang diraih oleh 2 daerah ini
menunjukan kapabilitas dari kepemimpinannya masing-maising.
Dua, dukungan masyarakat terhadap dua kepala daerah ini memperluas sentimen
publik atas kualitas program kerja yang dicapainya selama memimpin.
Tiga, saya yakin ekspektasi publik kepada dua kepala daerah ini masih diapresiasi dan
mendapat support (dukungan-red) untuk
kembali maju pada Pilkada 2018.
Ketiga hal
inilah yang menjadi dasar atas harapan kepada dua kepala daerah ini untuk maju
kembali. Akan tetapi, ke depannya yang menarik adalah Pilkada Kota Tangerang
yakni Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Tangerang.
Pasca Pilkada Banten ada skema yang berubah pada
persoalan politik di Kota Tangerang. Harapan publik terhadap Arief R.
Wismansyah- Sachrudin sebagai Walikota dan Wakil Walikota Tangerang besar,
karena Dwi Tunggal ini bisa menjalankan dan memperkuat satu dengan yang
lainnya. Tapi dukungan Pilkada Banten kemarin memperlihatkan kesan bahwa sudah
tidak romantis lagi dua orang ini yang pada akhirnya pesan yang diambil oleh kita adalah perang Baratayudha di
Kota Tangerang. Ini akibat dukungan terhadap calon Gubernur Banten (antara Wahidin
Halim dan Rano Karno-red) masing-masing.
Dengan terpilihnya Sachrudin menjadi Ketua DPD
(Dewan Pimpinan Daerah-red) Partai
Golongan Karya (Golkar) pun menjadi catatan bahwa semakin terang benderang
untuk menghidupkan mesin politik pada persiapan 2018. Saya mendengar juga bahwa
Arief mulai kewalahan dengan terpilihnya WH (Wahidin Halim-red) sebagai Gubernur Banten akan mengganggu political standing dia yang pada
akhirnya Arief mulai genit untuk mendekati Partai Demokra Indonesia Perjuangan
(PDIP) dan bahkan untuk menjadi Ketua DPC (Dewan Pimpinan Cabang-red) PDIP Kota
Tangerang.
Akan semakin seru dan menarik jika dua orang ini
sama-sama maju dari partai yg berbeda. Artinya, dua orang ini punya kualitas yang
sama, Arief dan Sachrudin tidak bisa dipisahkan dari suksesnya pembangunan di Kota
Tangerang. Jika dua orang ini bercerai
maka publik akan disuguhkan hidangan politik yang menggoda. Walaupun harapan
publik pastinya akan tetap menginginkan mereka tetap bersatu untuk kembali maju
di Pilkada Kota Tangerang
Satu, lain Arief lain Zaki. Zaki adalah sosok
kepala daerah yang down to earth. Zaki kerap membangun komunikasi ke publik
secara lebih luas, tidak ada skat yg dimunculkan olehnya hanya untuk lebih
dekat dengan masyarakat. Dan yang
menarik jarang sekali kepala daerah yang membalas komunikasi via WA
(WhatsApp-red) rakyatnya maupun orang lain hanya untuk membiarkan berjalan baik
komunikasi dengan warganya, tidak dibatasi olehnya. Karenanya bangunan
komunikasi yang baik yang dilakukan bupati Zaki memperluas dukungan politik
masyarakat kepadanya.
Dua,
seabrek prestasi Zaki terlihat bahwa konsentrasinya membuahkan hasil, pada saat
orang lain latah dengan prestasi-prestasi seperti membuat taman yang kesannya copy paste, tapi Zaki malah memperkuat
konsolidasi internal untuk memperluas basis ekonomi masyarakat di Kabupaten
Tangerang. Hal ini agar tidak ada ketimpangan sosial dan ekonomi yang dihadapi
oleh warganya. Ini yang paling substantif menyentuh kepada kebutuhan dasar
masyarakatnya. Akhirnya, semua kebutuhan dasar seperti pendidikan, kesehatan,
dan kebutuhan layak hidup terfasilitasi dengan baik olehnya.
Ketiga, dukungan partai politik semakin mulai
menggeliat. Zaki yang notabene sebagai
Ketua Partai Golkar sejatinya sudah menganggap tiket aman, dan tidak dapat
dipungkiri akan semakin banyak dukungan partai politik di parlemen mendukung Zaki untuk maju pada Pilkada Kabupaten
Tangerang.
Keempat, survei internal salah satu partai politik yang
saya terima dari popularitas Zaki
mencapai angka 85 persen dan keterpilihan diatas 50 persen semakin mengecilkan nyali orang yang akan
bertarung dengan Zaki.
Kelima, kepemimpinan yang berkesinambungan dan
merakyat yang ditunjukan dimulai dari orang tuanya; Haji Ismet Iskandar dan
dilanjutkan oleh Zaki Iskandar. Orang semakin bertambah yakin bahwa dua orang yang
pernah dan sedang memimpin Kabupaten Tangerang memiliki karakter dan tujuan
baik yang sama untuk mempertegas kesejahteraan untuk rakyat Kabupaten Tangerang.
Dan pastinya semua orang punya penilaian bahwa
Zaki akan terpilih lagi tanpa ada rintangan yang dihadapinya. Wallahu
a'lam bisshowab.
Penulis adalah:
Dosen pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP),
Universitas Muhammadiyah Tangerang (UMT).
0 Comments